Senin, 25 Desember 2006

Makna Senyuman

Apa yang membuat saya jatuh cinta pada istri saya? Yang membuat saya jatuh cinta padanya pertanyaan, “Mas, hari ini sudah berapa kali tersenyum?” Itulah pertanyaan perkenalan kami dan membuatnya saya jatuh cinta.

Dulu kami sekantor di Panglima Polim. Karena pertanyaan itu kami menjadi dekat. Senyum buat saya merupakan hal yang biasa, tapi tahukah anda apa pendapat istri saya tentang makna sebuah senyuman? Menurutnya, senyuman bagai sinar matahari pagi yang selalu memberikan semangat baru bagi kehidupan manusia.

Hari ini, sudah berapa kalikah anda tersenyum?

Salah Satu Kesibukan

Istri saya adalah mengajar mengaji selepas maghrib sejak kepindahan kami ke Depok. Nampak riang Hana ikut mengaji menirukan suara ibunya, a..ba..terkadang kalo kebetulan saya pulang sebelum maghrib, saya bisa membantunya. Jika tidak, saya mengawasi Hana sementara ibunya mengajar mengaji.

Pada satu malam saya bertanya kenapa mesti ngajarin ngaji. Istri saya bertutur, dulu sewaktu kecil dirinya pernah mengaji dan ustadznya bertanya besok gede ingin menjadi apa. jawabnya, ingin menjadi guru ngaji sebab dia ingin semua anak bisa menjadi baik.

“Itulah mas, buat saya mengajar mengaji adalah kesempatan buat saya untuk memberikan dorongan dan semangat bagi anak-anak untuk memilih jalan yang baik dan diridhoi oleh Allah SWT supaya kelak menjadi anak sholeh.” Kata istri saya.

Mendengar kata-katanya saya merasakan semangatnya untuk turut serta ambil bagian memberikan dorongan dang semangat bagi anak-anak untuk selalu memilih jalan yang baik dan terbaik ditengah kondisi yang serba sulit ini.

Sudahkah anda turut serta memberikan dorongan dan semangat pada anak-anak kita?

Kamis, 21 Desember 2006

Tukang Cukur

Sore itu saya bertandang dirumah salahsatu kerabat, nampak orang-orang sibuk berkerumun. Saya bertanya ada apa kok rame-rame. Kerabat itu mengatakan ada salahsatu orang yang tinggal dikontrakkan meninggal tanpa meninggalkan identitas diri yang jelas dan tidak memiliki kerabat.

Atas inisiatif pak er-te setempat warga saweran untuk biaya penguburan. Namun warga kebingungan sebab jenazah tidak ada yang sanggup memandikan. seorang ustadz yang biasa memandikan jenazah menentukan tarif biaya memandikan jenazah, sementara uang hasil saweran warga tidak cukup. Jenazah menjadi tidak ada yang memandikan.

ditengah kegalauan warga, lewatlah seorang tukang cukur yang biasa keliling datang menghampiri dan bertanya sedang ada apa. salahsatu dari warga menceritakan sedang kesulitan mencari orang yang bersedia memandikan jenazah tanpa dibayar. Kata tukang cukur itu, "sudah sini saya mandikan jenazahnya, tolong siapkan perlengkapannya." Pak Erte-pun tersenyum, warga saling membantu menyiapkan perlengkapannya. Kemudian mensholatkan dan menguburkannya dengan baik.

Sungguh mulia perbuatan tukang cukur itu, ditengah kota jakarta yang riuh. Orang meninggalpun susah. Susah mencari lahan dan susah mencari orang yang bersedia memandikan jenazah yang tanpa bayar. Orang bilang, apa sih yang dijakarta yang nggak bayar? buang air kecil aja bayar 1000,-, eh. udah naik belum ya? Dan saya percaya masih banyak orang-orang yang mulia seperti tukang cukur.

Bagaimana dengan anda?

Rabu, 20 Desember 2006

Siang Itu Penjual Soto

Mampir sejenak untuk sholat dhuhur di masjid. Setelah seharian berjualan dipanas yang terik dua mangkok yang terjual. Penjual soto sholat berjamaah. Nampak juga penjual peralatan rumah tangga. Selesai mereka sholat, kedua berbincang bagaimana kondisi sekarang ini yang semakin sulit.

“Hari saya hanya laku dua mangkok aja lho mas..” kata penjual soto. “Wah, bapak masih beruntung, saya malah belum laku satupun juga”... Jawab penjual peralatan rumah tangga.

“Lah, gimana to mas..sepi gini kok dibilang beruntung..” kata penjual soto setengah sewot. “Iya bapak, dagangan sepi kalo lapar masih makan soto. Kalo saya dagangan sepi apa saya makan ember plastik. Kata penjual peralatan rumah tangga sambil memegangi ember plastiknya.

Ikatan Dalam keluarga

Juga penting sebagai perekat kesetia­an, tetapi tabiat manusia dalam ikatan kekeluargaan bersifat angin-anginan. Pameo orang Jawa berbunyi; famili itu jika berada di tempat yang jauh baunya wangi, tetapi jika berdekatan, apalagi serumah mudah berubah menjadi bau busuk. Konflik antar keluarga sering lebih sulit di­damaikan dibanding konflik antar bukan keluarga.

Perekat kesetiaan yang kekal abadi adalah ikatan amal saleh, ikatan kebajikan. Suami isteri yang diikat oleh nilai-nilai kesucian kebajikan biasanya tahan godaan, tahan banting, tahan ombak. Di kala suka me­reka ber­syukur, di kala duka mereka bersabar. Sepan­jang zaman, zaman susah atau zamannya seneng nanti mereka tetap kuat, tabah dan indah dan bah­kan kebahagiaan dan keindahan masih tetap terasa meski yang satu sudah mendahului berada di alam lain. Pasangan yang demikianlah yang akan dapat menjadi pasangan bukan hanya seumur hidup, tetapi pasangan dunia akhirat.

Minggu, 17 Desember 2006

Jatuh Cinta

Orang yang sedang jatuh cinta logikanya selalu terbalik, yang berat terasa ringan, yang sebentar terasa lama dan yang lama terasa sebentar. Begitupun orang yang cinta kepada Allah SWT, ia merasa ringan beribadah, rindu baitullah, nikmat membaca al Qur’an, dan bahkan menyongsong kematian dengan tersenyum. Ciri cinta sejati ada tiga ; (1) lebih suka berduaan dengan yang dcintai daripada dengan yang lain, (2) lebih suka berbicara dengan yang dicintai daripada dengan yang lain, dan (3) lebih suka mengikuti kehendak orang yang dicintai daripada kehendak sendiri atau kehendak orang lain. Orang yang sedang jatuh cinta cenderung sering menyebut nama dia yang dicintai, dan bahkan merasa nikmat diperbudak olehnya Doa orang yang cinta kepada Sang Khaliq antara lain :

Allohumma rohmataka arju
fala takilni ila nafsi thorfata `ainin
ya arhama ar rahimin.

Ya Allah, hanya kasih sayang Mu yang kudambakan,
jangan Engkau biarkan aku menentukan sendiri kemauanku,
walau hanya sekejap mata,
wahai Tuhan kekasihku.

Kebun Mawar

Dihalaman rumah sungguh semerbak harum mewangi. Kebun mawar yang saya miliki adalah keindahan yang tak ternilai. Seperti senyumnya istri saya, riangnya hana yang sedang bermain, canda tawa bersama anak-anak mengaji, setiap saat sholat bersama, ngobrol bareng, terkadang kami juga ribut dan berantem yang semuanya merupakan harum semerbaknya kebun mawar yang ada dirumah kami.

Kebun mawar dirumah kami ditanam dan dipupuk setiap hari oleh cinta dan kasih sayang. Tak banyak yang kami lakukan melainkan menjalani hidup apa adanya. Setiap kali persoalan datang tanpa diundang, bagaikan pupuk bagi kebun mawar kami. Setiap kali itu juga kebun mawarnya menjadi indah.

Pernah satu hari saya bertanya pada istri, “Disaat apa yang paling indah dalam hidupmu?” Istri saya menjawab, “Ketika melihat mas agus pulang kerja dengan selamat” Itulah kebun mawar yang saya miliki.

Bagaimana dengan kebun mawar yang anda miliki?

Kamis, 14 Desember 2006

Jika Prahara itu Datang

Dalam menghadapi prahara rumah tangga dibutuh­kan kesabaran dari kedua belah pihak. Sabar artinya; tabah hati tanpa mengeluh, dalam menghadapi cobaan dan rintangan, dalam jangka waktu tertentu, dalam rangka mencapai tujuan.

Orang bisa sabar, jika ingat tujuan. Masing-masing suami dan isteri harus selalu mengingat tujuan mereka membangun rumah tang­ga, tujuan mendidik anak sampai jadi, dan tujuan hidup itu sendiri. Meski demikian, sabar ada batasnya.

Jika sekiranya ketabahan dan kesabaran yang yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu sedikitpun tidak membawa perbaikan, sebaliknya semakin terpuruk dalam kesulitan, maka agama memberi pe­luang untuk mencari jalan keluar yang terbaik, meski dalam bentuk perceraian. Perceraian yang terjadi setelah melampaui babak kesabaran pada umumnya membawa kebaikan bagi kedua belah pihak.

Kesa­baran dituntut terutama ketika awal mula mendapat gempuran prahara (as sobru `inda as sodmat al `ula). Jika pada gempuran pertama dapat bersabar, maka biasanya dalam melampaui tahap-tahap berikutinya, prahara itu menjadi lebih ringan, dan solusinya terkendali.

Rabu, 13 Desember 2006

Cinta Dan Kasih Sayang

Bahwa cinta dan kasih sayang (mawaddah dan rahmah) merupakan sendi dan perekat rumah tangga yang sangat penting. Cinta adalah sesuatu yang suci, anugerah Tuhan dan sering tidak rasional. Cinta dipenuhi nuansa memaklumi dan memaafkan. Kesabaran, kesetiaan, pengertian, pemberian dan pengorbanan akan mendatangkan/menyuburkan cinta, sementara penyelewengan, egoisme, kikir dan kekasaran akan menghilangkan rasa cinta.

Hukama berkata:
"Tanda-tanda cinta sejati ialah (1) engkau lebih suka berbicara dengan dia (yang kau cintai) dibanding berbicara dengan orang lain, (2) engkau lebih suka duduk berduaan dengan dia dibanding dengan orang lain, dan (3) engkau lebih suka mengikuti kemauan dia dibanding kemauan orang lain/diri sendiri)."

"Tidak bisa memuliakan wanita kecuali lelaki yang mulia, dan tidak sanggup menghinakan wanita kecuali lelaki yang tercela."

Selasa, 12 Desember 2006

Sekuntum Mawar

Tidak akan pernah cukup membuat istri saya bahagia. Kebahagiaan justru didapat ketika kami berdua melewati masa-masa sulit dalam rumah tangga. Sewaktu awal pernikahan kami, kondisi yang serba pas-pasan, tidak membuat istri mengeluh dengan keadaan. Ke pasar naik sepeda, pergi mengajar naik sepeda, ke warnet, kerumah teman juga dengan bersepeda yang merupakan kebahagiaan tersendiri buat kami.

Disaat kondisi mulai membaik, kami bisa menabung sedikit demi sedikit sampai kami pindah rumah ke Depok. Pindahan ini cukup melelahkan bagi kami berdua, untungnya Hana putri kami bisa cepat beradaptasi. Waktu berjalan begitu cepat, pekerjaan sudah menumpuk membuat pulang sampai larut malam.

Malam itu sudah membuat saya lelah, istri minta izin hendak nyuci piring, katanya mumpung Hana sudah tidur, besok pagi nggak akan sempat. Begitu istri saya selesai mencuci piring. Saya sampaikan bahwa saya minta maaf karena belum dapat membahagiakannya. Kami kemudian duduk berdua dan istri saya mengatakan, “Mas, jika belum bisa membahagiakan saya. Tolong jangan membuat saya menderita ya?”

Sambil menatap wajah istri saya, saya sempat sejenak merenungkan ucapannya. Tak Jauh dari kami berbincang nampak hana sedang tertidur dengan pulasnya.

Senin, 11 Desember 2006

Takut Bini

Saya pernah diundang oleh salahsatu komunitas ITB, bukan Institute Teknologi Bandung lho, melainkan Komunitas Ikatan Takut Bini (ITB) yang terdiri para suami yang takut ama bininya. Salahsatu peserta bertutur bahwa semua para suami ITB ini hampir 99% masuk neraka karena saking takutnya sama istri sehingga melakukan perbuatan apapun untuk kepentingan istri termasuk korupsi, kolusi, nepotisme.

Tapi ada satu suami yang sedang didepan pintu surga, dia tanya sama calon penghuni surga. Kenapa disaat para suami banyak masuk neraka sementara dia malah calon penghuni surga. Sang suami calon penghuni surga itu menjawab, apapun perbuatan yang dilakukan sehingga dia menjadi calon penghuni surga karena dia takut sama istrinya. Oalah ternyata penghuni neraka dan surga ini semuanya sama-sama takut istri to..

Cerita diatas hanya sekedar mengingatkan buat para suami agar tidak terlalu takut dengan istri melainkan takut kepada Allah SWT, eh maksudnya apa ya? Maksudnya jika istri mendorong-dorong untuk menghalalkan segala cara mendapat materi ya para suami sebaiknya menolaknya. Tapi apakah anda suami yang takut istri?

Minggu, 10 Desember 2006

Suka Dukanya Berjalan Kaki di Jakarta

Cobalah sekali-kali berjalan kaki ditrotoar jalan protokol seperti kota Jakarta, tentunya akan banyak cerita yang menarik. Demikian halnya dengan saya memiliki kesenangan tersendiri untuk jalan kaki, apa lagi ketika bulan ramadhan yang lalu ditengah kemacetan saat terdengar adzan maghrib saya suka turun dari bus kota untuk jalan kaki mencari tempat sekedar untuk berbuka puasa.

Kira-kira baru 100 meter saya berjalan ditrotoar dari belakang ada sepeda motor nyruduk yang membuat saya hampir terjatuh. Sang pengemudi motorpun berhenti sambil membuka helmnya, “Makanya kalo jalan liat dibelakang ada kendaraan minggir, jangan malah ketengah.” Dengan tampang galaknya. Saya sempat berpikir dia yang nabrak kok malah lebih galakan ya?

Kesalehan individu seringkali tidak berbanding lurus dengan kesalehan kita dijalan raya. Pengennya buru-buru sampe rumah. Tapi menaikkan motor ditrotoar cerminan kesalehan sosial yang rendah.

Bagaimana menurut anda?

Selasa, 05 Desember 2006

Menjadi Rendah Hati

Berkumpul dengan tukang ojek, teman-teman pengajar, siswa maupun dengan tukang bubur selalu mendorong saya untuk mendapatkan pencerahan dari mereka termasuk silaturahmi saya dengan seorang profesor. Yang juga seorang dai dan konselor.

Hubungan kami seperti guru dan murid, ayah dan anak juga seperti seorang sahabat. Setiap kali ketemu kami selalu diskusi tentang Psikologi, Islam dan kehidupan, yang membuat saya terheran bagaimana mungkin dia masih bersedia untuk mendengar pendapat dari orang yang lebih muda. Katanya, “seorang muslim ketika bertambah usia semakin matang jiwanya, dirinya didik untuk menjadi rendah hati dan kesediaan untuk belajar dengan siapapun termasuk dengan orang yang lebih muda.”

Sopir Angkot Masuk Surga

Entah dulu darimana awal cerita ini. Setiap kali diundang untuk berbagi dan berdiskusi maupun pengajian saya suka bercerita, bahwa disurga akan terjadi dihisab, banyak ulama, kyai yang masuk kedalam neraka sementara sopir angkot, metromini, PPD malah masuk surga.

Melihat kenyataan itu para ulama dan kyai melakukan demo serta menanyakan kenapa para sopir itu malah masuk surga sementara dirinya yang telah mengabdikan diri dan seluruh hidupnya untuk menyeru dijalan-Nya malah masuk neraka. “Pasti ini terjadi kesalahan.”kata sang kyai pemimpin demo. Kata malaikat penjaga neraka sudah benar, menurut catatannya mereka para ulama dan kyai memang selayaknya masuk neraka.

Para ulama akhirnya menghadap malaikat ridwan meminta kejelasan apa maksud semua ini. malaikat ridwan menjelaskan kepada para ulama kenapa mereka masuk neraka dan para sopir itu masuk surga.

Sewaktu para penumpang hendak menaikkan kaki kanannya ke angkot atau angkutan kota sudah diawali dengan ucapan bismillah, ketika sopir angkot itu ngebut dikit, para penumpang sudah berteriak istighfar, memohon ampunan pada Allah SWT. Karena perbuatannya itulah para sopir itu diganjar masuk surga. Sementara kalian para kyai dan ulama begitu kalian naik mimbar khutbah, para jamaah sudah mulai terkantuk-kantuk, ditengah ceramahmu untuk mengingat diri padaNya, para jamaah itu sudah tertidur pulas. Begitu selesai ceramahmu, para jamaah sudah tidak tahu lagi apa isi ceramah. Itulah sebabnya kalian dimasukkan ke dalam neraka.

Dari cerita diatas mohon tidak dianggap serius kemudian marah-marah atau mencak-mencak untuk menghujat cerita ini, saya hanya hendak mengajak para pembaca untuk mengambil hikmah dari cerita itu.

Ngebut Benjol

Ada hadist nabi bahwa perbuatan menyingkirkan duri dipinggir jalanpun akan dicatat sebagai amal baik. Namun ada teman yang bertutur disaat dirinya mengantar istrinya yang hendak melahirkan karena terburu-buru dan kondisi jalan agak gelap, dia tidak tau kalo didepan ada polisi tidur, membuat dirinya dan istri terpelanting. Begitu sampai dirumah sakit istrinya mesti segera disesar karena pendarahan disaat jatuh.

Tutur teman selanjutnya, “bukankah nabi mengajarkan kepada kita jika ada duri ditengah jalan mesti disingkirkan. Kenapa ya kita malah beramai-ramai membuat polisi tidur ditengah jalan? Apa semua pengemudi dianggap suka ngebut dan ugal-ugalan ?’

Barangkali kejadian dan yang dituturkan teman patutlah kembali mengkaji lebih dalam ketika hendak membuat polisi tidur seberapa urgentnya? Jika tidak penting, alangkah baiknya cukup ditulis NGEBUT BENJOL.

Anda punya solusi yang lebih menarik?

Pikiran Yang Terluka

Mencintai apapun dalam ajaran agama kita tidak boleh berlebihan, juga termasuk mencintai anak kita sendiri. Jika tidak, kecintaan yang berlebihan bisa menjadi belenggu dalam kehidupan kita. Saya punya kisah, dirumah kami pernah didatangi seorang pelukis yang mengantarkan sebuah lukisan wajah seorang gadis cantik milik salahsatu kerabat. Sang pelukis itu menceritakan bahwa lima bulan yang lalu salah satu kerabat kami datang kepadanya untuk melukis wajah gadis, anaknya yang sudah meninggal 8 tahun yang lalu. Kata pelukis, sewaktu lukisan itu dalam sketsa kerabat itu menangis melihatnya.

Setelah selesai bercerita pelukis itu hendak menyerahkan lukisan itu kepada bapak karena tidak pernah diambil. Tetapi bapak menolaknya, karena selain bukan bapak yang memesan. Jika kerabat yang memesan itu datang bersilaturahmi akan membuat luka dipikirannya lebih dalam. “Kok pikiran bisa terluka?”tanya saya. “Iya, hatinya sudah ikhlas atas kepergian anak gadisnya tetapi pikirannya belum bisa melupakan.itu yang membuat pikirannya terluka.”kata bapak.

Senin, 04 Desember 2006

Hakekat Zakat

Saya pernah menjumpai orang yang ketika sendalnya dimasjid mendamprat pengurus masjid yang dianggapnya tidak becus ngurusin umatnya. Namun saya juga pernah juga bertemu dengan orang yang kotak duitnya diambil orang diam saja bahkan memperlakukan sang pencuri sebagai orang yang terhormat. Entah kenapa saya justru terusik untuk mendapatkan pencerahan dari kejadian yang terakhir.

“Pak bukankah ketika orang mengambil kotak duit itu berarti bapak membiarkan orang lain berbuat kedzaliman, kenapa tidak mempertahankan hak bapak? Kenapa malah memperlakukan pencuri itu dengan hormat?” tanya saya.

“Itulah hakekat zakat buat saya. jika ada orang yang mengambil barang orang lain tanpa ijin tentunya karena dia sedang butuh. Dan saya mengikhlaskannya tentunya orang yang mengambil itu telah memberikan pelajaran berharga patut mendapatkan penghormatan.” Jawabnya.

Sekedar catatan aja, apakah kita sudah mampu memberiakn harta yang kita cintai kepada orang lain? Apakah kita mampu memberikan kotak uang yang seharian kita capek menyarinya atau mengumpulkannya berhari-hari? Jika itu mampu kita lakukan berarti itu sebuah penyucian diri yang sempurna.

Hakekat Sholat

Pernah saya menjumpai seorang suami yang selalu didamprat istrinya selalu senyum dan menurut apa kata istrinya. Saya agak heran kenapa dia bisa melakukan semua itu selama bertahun-tahun.

“Mas, kenapa setiap kali sampeyan didamprat istri selalu senyum dan bersabar?”tanya saya.

“Itulah hakekat sholat, kemampuan kita mampu mencegah diri dari perbuatan keji dan mungkar. Lantas untuk apa saya sholat lima waktu setiap didamprat istri, apa saya mesti membalas mendampratnya? Apa bedanya saya yang sholat dengan yang tidak sholat?” Jawabnya.

Sekedar komentar dari cerita diatas, sudahkah kita mampu membalas dampratan istri atau suami kita dengan senyuman, jika sudah berarti kita sudah sampai pada hakekat sholat yang sebenarnya.

Kenali Dirimu

Ada seorang laki-kali datang kerumah berkunjungn dan bersilaturahmi dengan bapak, bertanya bagaimana mendapatkan istri yang sholehah. “Oo..mudah kenali saja dirimu.”jawab bapak.

“Maksudnya bagaimana?”

“Kalo anda tidak sholeh, bagaimana mungkin anda ingin istri yang sholehah?”jawab bapak.

Kamis, 30 November 2006

Permintaan Seorang Anak

Saya punya seorang teman yang kepala sekolah SMP negeri, dia memiliki ibu yang berjualan di pasar. Pada usia lanjut Ibunya berjualan peniti, jarum, benang, kaca, bedak, sumbu kompor. Pada satu kesempatan dia meminta ibunya untuk pensiun berjualan selain tidak tega melihat ibunya terkena panas matahari namun juga demi keselamatan sang ibu. Dia bersedia mengganti uang penghasilan ibu berjualan setiap harinya.

Kata ibunya, “Emang kamu pengen liat ibu cepet mati ya?”

« Astaghfirullah ibu, bukan begitu maksud saya. Saya cuman pengen ibu istiharat menikmati masa tua. » jawab sang anak.

Ibunya bertutur bahwa baginya kehidupan dan kebahagiaan dirinya adalah berjualan sebab dari berjualan itulah dia bisa beramal dan bersilaturahmi dengan orang lain. Kalo dirinya diminta berhenti berarti dirinya tidak ada aktifitas beramal dan bersilaturahmi.

Penjual Peci

Setiap kali saya bertemu orang seperti berenang dilautan kearifan. Kearifan itu seolah menjadi satu pada diri sosok yang biasa dan tidak bernama. Pertemuan dengan orang lain buat saya berarti sama halnya mendidik diri sendiri, berempati bahkan juga terlibat dalam pergumulan batin yang melahirkan pencerahan.

Pencerahan itu juga saya dapatkan ketika saya bertemu dengan penjual peci yang beberapa hari menjelang lebaran yang lalu. Sosok raut mukanya berseri, dia bertutur bahwa sudah hampir 35 tahun dirinya berjualan peci. Saya bertanya padanya, “Bapak apa yang menarik dari menjual peci?”

Katanya menjual peci adalah pekerjaan yang mulia yang memiliki makna untuk selalu mawas diri. “adek tau apa artinya peci?” tanya si penjual peci. “Tidak pak.” Jawab saya. “Peci itu artinya pikiran suci, Maknanya agar kita menjaga kesucian pikiran kita dari belenggu dan kotoran-kotoran hawa nafsu.” Kata si penjual peci itu.

Kalah Dari Setannya Sendiri

Pernah satu malam saya dimasjid ada seorang mubaligh muda yang sedang gelisah dengan pak haji. “Pak haji, kondisi umat sekarang sangatlah memprihatinkan, banyak kemaksiatan dan susah diajak ke jalan yang benar. Itulah sebabnya saya berhenti untuk berdakwah.”kata mubaligh muda seperti kehilangan gairahnya.

Pak Haji itu mengatakan, “anak muda, kenapa umat engkau salahkan? Bukankah semakin canggih engkau berdakwah, semakin canggih punya setanmu menggoda dirimu? Jika engkau berhenti berdakwah berarti itu kekalahan diri dari setanmu sendiri.”

Komentar aja dikit, setan dan malaikat selalu melekat pada diri kita. Sewaktu kita bodoh setannya juga bodoh. Semakin kita pintar setannya juga semakin pintar. Kenapa jika ada kesalahan dan kekalahan kita selalu menyalahkan orang lain? Cobalah tengok ke dalam diri kita, begitulah kata Ebiet G Ade. Barangkali bisa menemukan semua kesalahan diri kita.

Jangan Lompat Pagar

Setiap sholat berjamaah biasanya selesai sholat berdoa bersama setelah itu bersalam-salaman. Ada salahsatu jamaah yang sepuh selalu mengatakan, “kalo keluar masjid jangan lompat pagar ya..”

Buat saya agak aneh sebab masjid ditempat saya pagarnya terbuat dari besi dan pintu masjid terbuka lebar, kenapa mesti lompat pagar. Begitu pikir saya. Karena saking seringnya jamaah yang sepuh itu mengatakan membuat saya bertanya jamaah yang lainnya. “Apa sih maksud dari perkataannya, Jangan lompat pagar? Bukankah pintu masjid tidak pernah dikunci.” Tanya saya.

Salahsatu jamaah menerangkan pada saya. Bahwa orang itu mengingatkan pada kita setelah selesai sholat keluar dari masjid janganlah kita melanggar norma-norma agama. Itulah maksudnya jangan melompat pagar.

Senin, 27 November 2006

Dzikir Destruktif

Ada seorang tamu yang datang kerumah, dia bertutur salah satu kerabatnya sangat rajin berdzikir, karena begitu bersemangatnya berdzikir kerabatnya itu kemudian menjadi gila. Tamu itu bertanya pada bapak kenapa bisa begitu.

Bapak menjawabnya, “Setiap perbuatan tergantung dengan niatnya. Demikian halnya berdzikir jika dipenuhi dengan keinginan dan berbagai hawa nafsu dzikir itu menjadi dzikir destruktif sehingga berakibat fatal bagi yang berdzikir. Dzikir yang sehat selalu bersamaan dengan berpikir dan beramal dengan diniatkan karena mencari ridha Allah SWT semata. Jika berdzikir, berpikir dan beramal telah berkelindan menjadi satu maka itu menjadi perbuatan yang produktif.

Dirikanlah sholat

Pernah suatu hari ada ustad mengisi pengajian dengan remaja masjid, ada salahsatu remaja yang bertanya, “Kenapa ada orang yang rajin setiap hari kelihatan tekun sholatnya namun suatu hari dikejutkan bahwa dia korupsi?”

“Didalam Islam perintah sholat bukan perintah mengerjakan sholat semata, namun perintahnya adalah “dirikanlah sholat. Perintah itu adalah perintah agar sholat menjadi bagian dari diri kita. Jalan kita, tidur kita makan kita, kerja kita bermain kita adalah sholat kita. Jika sholat bagian dari diri kita korupsi takkan terjadi.” Jawab ustad tersebut.

Istri Yang Penurut

Ada seorang suami yang jarang pulang, sang istri selalu mengingatkan bahwa dirinya sebagai suami memiliki tanggungjawab. Oleh sebab itu istrinya meminta untuk selalu pulang ke rumah setiap pulang kerja. Karena tak digubrisnya istri membiarkan suami jarang pulang ke rumah. Lama kelamaan istrinya-pun jarang pulang juga.

Pada suatu hari suaminya pulang tak dijumpai sang istri di rumah. Di saat istrinya pulang, suaminya marah-marah. “Kamu ini bagaimana suami pergi, kamu malah juga ikut pergi.”kata sang suami.

“Dulu sewaktu kamu jarang pulang, saya selalu mengingatkan dan tak pernah digubris. Ketika aku mengikuti apa yang kamu lakukan, dirimu malah marah-marah. Kalo gitu mana yang harus aku ikuti.” Kata istri yang penurut.

Sekedar catatan bagi para suami bahwa perbuatan kita lebih bermakna daripada seribu kata-kata. Jika perbuatan itu adalah perbuatan baik atau perbuatan buruk semuanya akan menjadi teladan bagi istri dan anak-anak kita.

Bagaimana menurut anda

Diluar Tembok Masjid Berkubah Emas

Pergilah ke Depok yang ada masjidnya berkubah emas, anda akan berdecak kagum, bagaimana tidak, selain kubah dengan menara emasnya juga ada lantai yang terbuat dari marmer. Halaman masjid yang luas dengan taman dan berbagai tanaman berbagai buahnya.

Ada seorang teman yang tinggal diluar tembok masjid berkubah emas, dia bertutur ada yang membuat saya lebih kagum, yang kekaguman saya melebihi dari masjid berkubah emas itu. “apa itu?”tanya saya.

“Tepat diluar tembok masjid berkubah emas, saya menyaksikan ada seorang ibu yang mengasuh anak-anak yatim dengan memanggil bunda, bunda dengan tulusnya, perempuan yang dipanggilnya bunda itu menciuminya anak-anak yatim dengan lembutnya. Adakah perbuatan yang lebih mengagumkan daripada memuliakan anak yatim?” Tutur teman

Selasa, 21 November 2006

Guru Kehidupan

Saya pernah diundang oleh pengajian ibu-ibu disalahsatu mushola. Saya bercerita bahwa orang baik dan orang jahat adalah guru kehidupan buat kita. Bukan hanya orang baik yang mengajarkan arti kehidupan namun juga orang jahat terkadang juga memperkokoh aqidah kita, tergantung bagaimana kita mampu memetik hikmah pada setiap kejadian yang kita alami. Jika kita pandai mensyukuri nikmat, kejadian yang kita anggap sebagai musibah bisa berubah menjadi berkah.

Selesai pengajian ada seorang ibu menghampiri, ibu tersebut bertutur bagaimana dirinya dan suaminya menemukan guru kehidupan dari orang yang jahat. Suami seorang pengusaha namun tidak pernah beribadah, termasuk tidak pernah menjalan ibadah sholat lima waktu. Sampai pada suatu hari usaha bangkrut karena krismon, hampir setiap hari didatangi debt collector untuk menagih hutang. Karena ketakutan terus diterror, suaminya menjadi rajin sholat lima waktu, puasa senin kamis bahkan sholat malam untuk memohon kepada Allah SWT supaya terlepas dari musibah. “Alhamdulillah tidak begitu lama, kami bisa melunasi hutang dan sampai sekarang suami saya tetap taat beribadah karena penagih hutang yang berwajah bengis itu.”kata ibu pengajian.

Hikmah dari cerita diatas bahwa penagih hutang yang awalnya dianggap jahat ternyata mampu merubah sikap orang yang awalnya lupa kepada Allah SWT menjadi hamba Allah SWT yang senantiasa sujud memohon pertolongannya dan berserah diri diharibaanNya. Pada kehidupan sehari-hari untuk bisa merubah perspektif terkadang kita memang butuh kondisi kritis. Yang menjadi pertanyaan, apakah perubahan perilaku itu mesti menunggu kondisi kritis dulu? Bukankah teramat mahal untuk sebuah perubahan?

Ikan Pedak

Setiap bertamu pada rumah teman, sahabat atau kawan dekat selalu memiliki ciri yang bebeda. Sewaktu di triple aiti, ada seorang pengurus yang suka menjamu mulai makanan pembuka, pengisi perut bahkan pencuci mulut. Ada seorang teman yang mengatakan kebiasaan orang timur tengah menjamu tamu memang seperti itu. Tidak peduli kawan dekat atau kawan jauh. Saudara atau tetangga selalu dijamu dengn hormat.

Selain itu saya juga bertandang pada seorang mantan guru SD yang hidupnya penuh kesederhanaan. Kebiasaannya kala makan siang menyuguhkan tamunya selain ada sayur asem, sambel, lalapan, tahu tempe dan yang tidak ketinggalan ikan pedak.

“Kita seharusnya hidup ini seperti ikan pedak ini.” Kata sang tuan rumah. “Bagaimana pak maksudnya?” tanya saya.

“Ikan pedak ini hidup dilaut tapi tidak membuat dirinya menjadi asin. Begitu juga diri kita hidup ditengah kemungkaran dan kemaksiatan tak membuat kita hanyut pada kemungkaran dan kemaksiatan itu.”

“Itulah kenapa sebabnya kenapa ikan itu dinamakan ikan pedak. Untuk selalu mengingatkan kita harus selalu menjaga Perut dan Dada dari barang yang haram.” Kata yang tuan rumah.

Bagaimana menurut anda?

Jagoankah Kita?

Suatu hari Nabi Isa berjalan bersama tiga orang muridnya, ketika melewati perempatan jalan mereka menjumpai bangkai binatang yang sangat besar dan baunya menyengat. Setelah sampai tujuan, mereka ditanya oleh sohibul bait, apakah mereka melihat sesuatu di perempatan jalan. Yang satu menjawab bahwa ia melihat bangkai besar sekali, yang satu lagi mengaku melihat bangkai yang baunya sangat menyengat, dan yang satu lagi mengaku melihat bangkai yang seram dilihat mata.

Giliran Nabi Isa, beliau menjawab bahwa ia melihat bangkai yang giginya sangat putih. Dari empat jawaban itu mengindikasikan adanya “isi jiwa” atau pusat perhatian yang berbeda-beda. Jadi pada dasarnya siapa itu seseorang dapat dilihat apa yang dikatakan, apa yang dilaporkan dan apa yang dikeluhkan. Kata-kata mutiara tasauf berbunyi ; Kullu wi`a in bima fihi yandloh, wa kullu ina in bima fihi tarsyuh, artinya jika ada cipratan dari gelas, pasti isi gelas itu sama dengan yang mencipratnya, dan jika ada suatu wadah rembes, pasti isi wadah itu ada kesamaannya dengan yang merembes. Bagaimana akidah seseorang, bagaimana tingkat iabadah seseorang dan bagaimana kualitas akhlaknya dapat ditengarahi dari apa yang keluar atau yang dikeluarkan olehnya.

Memang manusia bisa berpura-pura, tetapi keaslian seseorang akan muncul ketika mengalami keadaan puncak; sangat gembira, sangat sedih, sangat takut, sangat berkuasa, sangat terpojok dan sangat leluasa. Fenomena yang sering memperlihatkan keaslian seseorang antara lain adalah ketika kehilangan sesuatu, ketika ditinggalkan sesuatu, ketika ditimpa sesuatu.

Nabi bersabda; laisa as syadidu bis shur`ati innama asyadidu man yamliku nafsahu `indal aghodlobi. Artinya; jagoan itu tidak diukur dari kemampuanya bertarung, tetapi yang sebenarnya jagoan adalah orang yang tetap mampu menguasai dirinya terutama ketika sedang marah.

Senin, 20 November 2006

Masa Kalah Ama Setan?

Pernah saya menjadi pengurus remaja masjid dikampung saya tinggal, biasanya tiap malem senin kami selalu mengadakan pengajian remaja. Setiap pengajian kadang banyak yang ngaji bahkan pernah tidak ada yang datang sama sekali. Kalo pas lagi yang datang banyak hati rasanya senang sekali tapi kalo pas yang ngaji nggak ada yang datang rasanya sediih banget.

Barangkali saking sedihnya terlihat diekspresi wajah saya. Ada seorang Pak Haji yang memperhatikan wajah saya bertanya, “kenapa kok keliatan loyo?” “Ini Pak haji, anak-anak nggak ada yang dateng pengajian.”jawab saya.

“Wah, yang ngaji nggak ada yang datang aja keliatan loyo. Masa kalah ama setan?” kata Pak Haji. “Maksudnya bagaimana Pak Haji?” tanya saya.

“Setan aja pantang menyerah sampai mereka mampu menjerumuskan manusia ke jalan yang sesat. Masa kita yang berjuang menyeru dijalan Allah malah mudah menyerah...”kata Pak Haji.

Akhirnya saya pikir-pikir ada benarnya juga ya, masa saya kalah ama setan?

Kelebihan Orang Itu

Dirumah kami yang biasa mengaji hampir rata-rata anak orang yang tidak mampu, anak yatim juga ada satu dua anak orang yang berada. Salahsatu orang tua dari anak itu ada yang teramat istimewa buat bapak saya. Dia selalu diperlakukan istimewa. Buat saya agak aneh, bagaimana mungkin orang itu begitu istimewa. Tinggalnya masih ngontrak, bapaknya penjual sayur, ibunya ibu rumah tangga. Anaknya banyak. Bahkan dibilang keluarga itu keluarga miskin.

Saya sempat bertanya pada bapak, apa yang membuat bapak mengistimewakannya. Bapak menjawabnya. “Pertama, dia orang miskin yang tidak pernah mengeluh karena kemiskinannya. Kedua, karena kemiskinannya tidak menyebabkan dia mengambil hak orang lain, makanya dia bekerja keras untuk menghidupi keluarganya. Ketiga, kemiskinannya tidak menghalangi untuk tetap rajin beribadah. Oleh sebab itu kita harus mengistimewakan orang yang seperti ini”

Keberhasilan Seorang Guru

Sewaktu lebaran kemaren ada seorang santri pengajian dirumah yang datang berkunjung. Setelah selesai kuliah dengan gaya yang berapi-api dia mengkritik gaya pengajian yang sudah dianggapnya gagal didalam karena tidak mengikuti yang menggunakan metode atau sistem pendidikan. Setelah santri tersebut berbicara banyak bapak sebagai guru ngajinya balik bertanya, “apakah kriteria keberhasilan seorang guru mendidik muridnya?” Dia sebutkan semua teori yang dia tahu namun menurut bapak tidak satupun ada yang benar.

Akhirnya bapak mengatakan, “keberhasilan seorang guru dalam mendidik muridnya adalah ketika seorang murid sudah berani mengkritik pendapat gurunya, dengan begitu dia akan mengemukakan pendapatnya sendiri.”

Catatan penulis dari cerita diatas bahwa seorang guru tidak perlu risau jika muridnya sudah berani menyalahkan pendapatnya karena itu bukti sang guru telah berhasil menjadi pemantik bagi muridnya untuk berpendapat sendiri.

Derajatnya Lebih Rendah Daripada Batu

Ada orang yang baru lulus kuliah datang ke rumah minta kepada bapak untuk diberikan azimat supaya dia cepat dapat pekerjaan. Tidak sampai 5 menit tamu itu diusirnya. Dengan mengatakan, “Tidak ada orang yang butuh azimat, melainkan mereka orang yang derajatnya lebih rendah daripada batu.”

Saya tanya pada bapak maksud ucapannya apa. Bapak menjelaskan bahwa manusia oleh Allah SWT diberikan akal untuk berpikir dan bertindak logis. Jika dia tidak mampu berpikir dan bertindak logis dengan meminta bantuan azimat berarti dia menghilangkan peran akal. Dan itu menurunkan derajatnya sebagai manusia, yang lebih rendah daripada batu.

Kamis, 16 November 2006

Pindahan ke Depok

Mulai hari sabtu besok saya menjadi warga Depok, sebab sudah dapet rumah di Depok. Tepatnya di Permata Depok tapi dikampungnya. Pas jam 8 pagi kita mo pindahan rame-rame sekeluarga (saya, istri dan Hana, si kecil). selamat tinggal Ciledug..!

Berubah Bacaan

Saya suka sekali membaca sebab membaca berarti bertambah ilmu juga bertambah wawasan, sewaktu saya hendak disunat mendapatkan hadiah dari kakek sebuah buku yang berjudul Bulughul marom, bukan main senangnya. Banyak juga orang yang suka membaca.

Salah satu orang yang saya kenal dengan baik profesinya sebagai tukang becak. Dulu hampir tiap hari dia suka sekali membaca Kho Ping Ho, belakangan saya ketemu bacaannya sudah berubah buku-buku Imam Ghozali sempat saya tanyakan kenapa bacaannya berubah. Dia katakan kalo membaca buku kho ping ho bertambah umur tidak akan membuat dia jadi pandai bersilat namun jika membaca bukunya Imam Ghozali bertambah umur semakin bertambah iman & ilmu agamanya.

Ladang Amal

Ada seorang kyai yang identik dengan kehidupan malam seringkali keluar masuk ditempat maksiat dan bertemu serta dengan para pekerja malam. Saya bertanya padanya, “untuk apa keluar masuk tempat-tempat maksiat itu?” Jawabnya,“tempat-tempat seperti itulah yang menjadi ladang amal buat kita.”

“Kenapa memilih tempat maksiat?” tanya saya.

“Didalam kehidupan selalu ada tempat yang baik dan tempat yang buruk, ada tempatnya orang mukmin ada tempatnya orang kafir, ada tempatnya orang sholeh, tempatnya orang maksiat. Tugasnya orang mukmin, juga tugasnya orang sholeh adalah membujuk, merayu dan mengajak orang-orang tidak benar untuk kembali ke jalan yang benar. Hanya orang yang tidak bersabarlah menggunakan kekerasan atau ancaman agar orang kembali ke jalan yang benar. Dan itu sangat dibenci oleh Allah SWT.” Jawab sang kyai.

Beberapa tahun kemudian sang kyai meninggal, yang melayatnya dari rumah hingga ke makamnya penuh lautan manusia yang melepas kepergiannya. Selamat jalan Pak kyai, Terima kasih atas pencerahannya selama ini..

Buat Apa Sekolah?

Pilihan untuk tidak melanjutkan sekolah sepatutnya juga dihargai sebagaimana pilihan anak untuk melanjutkan sekolah. Itulah yang saya alami ketika ada anak pengajian yang memilih untuk tidak melanjutkan sekolah SMAnya.

“Apakah kamu yakin dengan pilihanmu untuk tidak melanjutkan sekolah?” tanya saya. Anak itu menjawabnya, “kalo orang lulus sekolah untuk kerja, saya tidak sekolah juga bisa kerja. Lantas buat apa sekolah?” Katanya penuh keyakinan.

Saya mengingatkan padanya betapa pentingnya sekolah itu namun dia tetap memilih untuk tidak sekolah. Sampai sekarang ditetap bekerja seperti yang diinginkannya bahkan kini dia sudah berkeluarga. Keyakinannya buat apa sekolah barangkali juga benar.

Kelebihan Orang Tua

Dulu saya pernah ngajar disalah satu SMK swasta di Jakarta Selatan. Pada suatu hari ada salahsatu orang tua siswa ngotot meminta anaknya untuk dipindahkan ke pesantren. Saya bertanya padanya kenapa begitu bersemangatnya memindahkan anak ke pesantren.

Orang tua itu bertutur kalo selain karena khawatir dengan kondisi pergaulan sekolah, dia juga bercerita sewaktu masa kecil orangtuanya hendak memasukkan ke pesantren tapi dirinya tidak mau. Makanya sekarang dia sangat berkeinginan memindahkan anaknya ke pesantren karena dirinya merasa menyesal kenapa dulu tidak dipesantren. Akhirnya kami terpaksa menyetujuinya.

Setelah selesai semuanya, ada salahsatu teman pengajar berkomentar tentang kejadian itu bahwa itulah kelebihan orang tua daripada anaknya. “Apa itu pak?”tanya saya. “Kelebihan orang tua dari anaknya karena orang tua melakukan kesalahan yang tidak dilakukan oleh anaknya. Orang tua tadi merasa melakukan kesalahan karena sewaktu kecil tidak dipesantren. Dia ingin anaknya tidak ingin anaknya melakukan kesalahan Makanya anaknya dipindah ke pensantren.” Tutur teman pengajar.

Benarkah itu?

Selasa, 14 November 2006

Berkedok Agama

Sebagai seorang guru ngaji bagi anak-anak saya memiliki kedekatan emosional. Dari tahun 91 kalo dihitung sampe sekarang tentunya sudah ratusan anak jika dikumpulkan biasa dulu sering mengadakan buka puasa bersama atau waktu lebaran suka mengadakan halal bi halal dirumah.

Kedekatan emosional itu juga terjadi dengan dika salahsatu anak pengajian yang dari pulang sekolah tidak langsung pulang ke rumah gara-gara ketakutan akan dibaiat dengan sekelompok pengajian.

Dika bertutur, awalnya dia pengurus rohis disekolahnya. Dia diajak oleh temennya untuk ikut pengajian tapi ketika naik mobil matanya ditutup. Begitu dia turun dia diceramahi untuk bergabung dengan pemerintahan yang Islami. Demi perjuangan dia harus menyetor terlebih dahulu uang baiat. Dika jika nggak punya uang boleh mengambil uang orang tuanya tanpa ijin karena mereka itu kafir.

Kemudian dika saya suruh istirahat dirumah dan saya pergi ke rumah orang tuanya menceritakan kejadian yang membuat dika takut. Akhirnya masalah bisa selesai dengan baik.

Dengan kejadian ini saya hanya menyarankan berhati-hatilah orang yang berkedok agama, karena banyak orang yang tidak bertanggungjawab menggunakan agama sebagai alat yang paling ampuh untuk mengeksploitasi orang lain demi kepentingan materi atau kepentingan kekuasaan.

Anda pernah mengalaminya?

Jika Hidup Penuh Cinta

Saya mengenalnya beberapa ramadhan yang lalu bersama istri dan mas Verry DJ dimasjid pondok gede. Waktu itu ada pesantren anak jalanan. Belakangan saya tahu banyak orang bermasalah yang datang padanya. Entah masalah keuangan, masalah cinta, bahkan rumah tangga. Setiap masalah selalu saja mampu terselesaikannya. Dia bagai bengkel reparasi. Setelah itu ditinggalkan begitu saja.

Dalam kapasitas saya sebagai orang biasa jika membayangkannya-pun saya tidak sanggup menghadapi berbagai masalah orang lain. Toh, dia bagaikan bapak bagi banyak orang. Pada satu kesempatan saya bertanya padanya, “apa resepnya untuk menghadapi begitu banyak orang yang masalah dan menyelesaikannya?”

Katanya, “Jika hidup kita penuh cinta, hidup terasa indah, masalah akan hadir bagai bunga kehidupan.”

Berebut Taubat

Pada satu kesempatan saya diajak teman ketempat pengajian. Setelah bertemu dengan Pak Kyainya berbasi-basi kedatangan kami akhirnya teman mengajukan pertanyaan pada sang kyai. Kata teman, “Pak Kyai bagaimana sih taubatan nasuha yang diterima oleh Allah SWT itu?”

Pak Kyai itu nampak raut muka berubah, dan mengatakan. “Seharusnya yang mengajukan pertanyaan itu bukan anda tapi saya lho...” Perkataan itu membuat kami agak aneh. “Maksudnya kyai bagaimana?”

“Kedatangan anda kemari kan untuk mendapatkan jawaban saya, itu berarti saya adalah orang yang dianggap selalu bisa memberikan jawaban tentang kebaikan. Tapi kenyataannya sering kali saya punya niat jahat dari kejahatan yang anda lakukan. Anda pun tidak mencurigai saya.”

“Bukankah itu saya yang seharusnya bertaubat?”Tanya sang kyai.

“Bukan kyai, saya yang seharusnya bertaubat.” Jawab teman sambil merebut tangan sang kyai untuk diciumnya.

“Tidak, saya akan bertaubat.” Kata kyai sambil menarik tangan.

Senin, 13 November 2006

Istri Yang Membawa Ke Surga

Pada satu kesempatan kami kedatangan tamu seorang pemuda yang ingin mencari seorang istri, bertanya pada bapak, “Pak, bagaimana ya ciri-ciri istri yang bisa kelak membawa kita ke surga?”

Bapak menjawab, “jika anda menginginkan istri yang membawamu ke surga carilah istri yang bawel, judes, males dan kurang ajar. jika sudah berumah tangga dan anda bisa bersabar menghadapinya dan mengarahkannya ke jalan Allah SWT, maka istri seperti inilah yang akan membawa anda ke dalam surga.”

Menghukum Mulutnya

Seringkali saya mendapatkan pencerahan dari perbuatan aneh orang yang secara formal di menyandang predikat ditengah masyarakat. Demikian juga halnya dengan seorang ustad beranjak populer dikampungnya, yang menolak setiap permintaan mengisi pengajian. Yang saya dengar ustad itu sedang menjalani puasa membisu.

Pada suatu hari saya bertemu dengan adiknya, bertanya apakah benar penolakan mengisi pengajian itu karena sedang puasa membisu atau karena hal lainnya. Katanya adik ustad itu, “Tidak benarnya gosip sedang puasa membisu atau amplopnya terlalu kecil. Yang benar pak ustad sedang menghukum mulutnya karena sudah terlalu banyak bicara.

Minggu, 12 November 2006

Baju Baru Lebaran

Setiap orang selalu punya kenangan terindah dalam hidupnya, disaat menjelang lebaran. Demikian halnya dengan saya sewaktu saya masih kecil sewaktu sekolah Dasar, seminggu menjelang lebaran sudah bermimpi untuk mendapatkan baju baru.

Takbir berkumandang. Malam itu terasa indah. Saya bertanya pada bapak, apakah baju baru saya telah selesai dijahit. Maklum saja bapak saya pekerjaanya memang tukang jahit. Belum, begitu jawab bapak. “Sekarang sebaiknya kamu ikutan takbiran aja dulu ntar kalo udah dijahit bapak kasih tau ya?”

Malam telah larut, takbiran membuat saya kelelahan. Saya sudah nggak tahan dengan ngantuk. Sayup-sayup terdengar suara mesin jahit sebagai pengantar tidur saya. Tengah malam saya terbangun, masih terdengar suara mesin jahit. Terlihat bapak yang sedang menjahit. Saya bertanya apakah sudah selesai dijahit baju baru saya. Bapak bilang belum, tidur aja lagi. Sayapun tidur lagi diantara suara orang bertakbir dan mesin jahit. Ditengah lelap saya tidur, terasa tubuh saya seperti digoyang-goyang. “Gus, baju baru udah selesai nih..”terdengar suara bapak.

Dengan mata terkantuk saya terbangun untuk melihat baju baru. Bapak menyuruh saya bergegas mandi untuk sholat ied. Rasanya dunia indah dengan memakai baju baru.

Bagaimana dengan pengalaman lebaran anda sewaktu kecil?

Bagai Membuang Kotoran

Kepribadian seseorang tidak dilihat tinggi rendahnya pendidikannya namun pribadi yang menarik selalu saja mengundang orang. Hampir saya melihatnya dirinya selalu sibuk mulai dari peminta-minta yang selalu datang ke rumahnya sampai penjabat tetap dilayani dengan baik. Begitu mudahnya dirinya berbuat baik pada orang lain, seolah tidak terbebani apakah orang yang ditolongnya akan membalasnya atau tidak. Toh, dia tetap melakukan kebaikan itu pada orang lain.

Pada satu kesempatan, kebiasaan kami untuk selalu diskusi keilmuan saya berkesempatan, saya gunakan untuk bertanya, bagaimana sih caranya agar kita mudah berbuat baik pada orang lain?”

“Lakukanlah kebaikan itu bagaikan kita membuang kotoran. Kalo kita membuang kotoran apakah mungkin kita korek-korek kembali? Lakukanlah kebaikan itu dengan setulus hati dan jangan pernah pengenangnya kembali.” Begitulah jawabnya.

Amal Kita

Seringkali dalam kehidupan kita sehari-hari jika melihat istri marah-marah dianggapnya sudah tak cinta lagi. Atau seorang guru yang memarahi muridnya karena tidak mengerjakan PR dianggapnya gurunya galak. Bahkan jika sedang naik kendaraan umum ditengah jalan kecopetan, kita beranggapan nasib sedang sial.

keyakinan kita terhadap satu peristiwa sangat bergantung dari bagaimana kita memaknai dari peristiwa itu sendiri. Jika kita menanggapinya sebagai nasib sial dicopet maka kesialan itulah yang menimpa kita namun jika kita menganggap sebagai keberuntungan bisa bersedekah dengan sembunyi-sembunyi maka itu sebagai dihitung sebagai amal pahala kita.

Demikian halnya dengan penjual bubur ayam yang saya kenal, setiap kali berjualan jika tidak laku dengan riangnya dia membagikan buburnya pada tetangganya. “saatnya beramal..” Katanya,

“apa tidak bangkrut kalo terus-terusan begitu pak?” tanya saya.

“Bagaimana bangkrut?, rizki diatur oleh Allah SWT. Bayi yang didalam kandungan aja diberi rizki apa lagi kita yang masih mau berusaha..”jawabnya.

Anak Selalu Mencontoh Ortu

Disekolah pada waktu sholat para siswa diwajibkan untuk sholat berjamaah. Ada seorang siswa yang tidak pernah mau sholat berjamaah. Karena sudah yang keempat kalinya sekolah terpaksa memanggil orrang tuanya. Setelah bertemu dengan ibunya, wali kelas menceritakan kondisi siswa yang tidak disiplin dengan tidak sholat berjamaah. Sebelum ibunya sampai menjawab pertanyaan dari bapak guru. Tiba-tiba si anak berdiri dan setengah berteriak.

“Ayah dan mamah aja tidak pernah sholat. Jangan pernah nyuruh adek sholat.” Siswa itu berlari meninggalkan ruangan. Sang ibu bercerita sambil meneteskan air mata bahwa suaminya sangat sibuk sampai tidak pernah sholat, demikian juga dengan dirinya.

Cerita diatas yang bisa dipetik hikmahnya bahwa ayah dan ibu merupakan sosok idola bagi anak. Seribu pelajaran disekolah akan tidak berarti jika dirumah tidak ada teladan dari para idola sang anak.

Mungkin anda punya cerita yang sama?

Kamis, 19 Oktober 2006

Selamat Hari Raya Idul Fitri

Mohon Maaf Lahir Batin..Selamat Hari Raya Idul Fitri..Jika ada salah kata mohon dimaafkan.

Wassalam,
M. Agus Syafii
Ida Ayu Rofiqoh (istri)
Hana Rufaida (putri kami)

Kamis, 05 Oktober 2006

Surga itu bukan hanya buat orang yang kaya

Pada satu kesempatan saya berbuka puasa di masjid Istiqlal, berbuka puasa bersama ada kebahagiaan tersendiri buat saya. Disebelah kiri saya seorang bapak masih dengan baju seragam biru-biru sementara disebelah kanan saya seorang kakek tua dengan dua anak, Matanya berbinar-binar disaat terdengar adzan maghrib. Kebahagiaan terpancar dari raut muka kedua anak itu.

“Kek, enak ya?” kata salah satu anak. Si kakek menganggukkan kepalanya dengan menikmati santapan berbuka puasanya. Sayapun ikut merasakan kebahagiaan itu. Sungguh indahnya ramadhan, terasa surga bukan hanya buat orang yang kaya.

Jumat, 29 September 2006

Sedikit Bicara, Banyak Mencintai

Pada suatu hari jalan saya sedang berkunjung dirumah seorang teman. Jalanan macet, entah kenapa jalanan itu bisa macet. Ditengah kemacetan tergelitik untuk bertanya pada orang. “Pak, ada apa ya kok macet bisa panjang gini?” tanya saya. “Ada yang meninggal mas.” Jawabnya.

“Oo, jadi orang yang melayatnya panjang ya? Emangnya pejabat ya pak?” “Bukan.” Direktur?” “Juga, bukan” “Terus apa dong pak?” “Itu mak tua, tukang urut. Masa mas nggak kenal sih?”

“Kok bisa tukang urut bisa begini banyak ya yang melayat?” Tanya saya. “Dia sih, sedikit bicara banyak mencintai. Banyak anak-anak ama ibu-ibu yang urut yang kagak bayar masih juga mau ngurut. Dia tuh sampe dikenal luar kampung.” Ceritanya dengan bangga.

Rabu, 27 September 2006

Kiat Membaca Qur'an & Buku Sirah Nabawiyah

Banyaknya email teman-teman yang ingin belajar membaca Qur'an sekaligus memahami maknanya dengan mengikuti turunnya wahyu pertama hingga akhir dengan mengikuti asbabun nuzulnya. Lantas Buku apa yang bisa menjadi rujukan?

Saya merekomendasikan untuk membaca bukunya Muhammad Haikal yang berjudul Sirah Nabawiyah. Yang menarik dari buku ini adalah hadist yang digunakan oleh Muhammad Haikal adalah hadist shahih dan enak dibacanya. Buku ini semacam panduan untuk memahami Qur'an secara mudah dan sederhana.

Saya dulu beli bukunya harga sekitar 100 ribuan di Gunung Agung udah lama banget sampe lupa kapan belinya, belakangan saya tau buku itu sudah dicreate oleh Heksa dalam bentuk e-book. silahkan di download Sirah Nabawiyah

Semoga bermanfaat dan selamat menunaikan ibadah puasa

Senin, 25 September 2006

Kiat Membaca Qur’an

Ada agenda tambahan dibulan suci ramadhan yang tidak lepas dari amalan ibadah puasa yaitu dengan tadarus atau membaca Qur’an. Dulu saya agak susah membaca Qur’an jika sekaligus disertai dengan memahami maknanya.

Istri saya memberikan kiat yang menarik bagaimana membaca Qur’an sekaligus memahami maknanya. Katanya, “Kalo mau baca Qur’an dengan makna, sebaiknya mas agus membacanya runut mengikuti dari ayat pertama turunnya wahyu, kemudian wahyu berikutnya dengan asbabun nuzulnya.” Ternyata kiat membaca seperti itu enak juga ya..Mau coba?



Kamis, 21 September 2006

Rizki Ruhani Bagi Suami

Pada satu kesempatan saya mendengarkan obrolan bapak saya dengan seorang tamu memprotes bagaimana mungkin seorang istri yang sholehah bisa membentak suaminya.

Jawabnya, “Istri yang sholehah, baik, penurut kata suaminya itu adalah rizki jasmani bagi suaminya. Sementara istri yang sholehah bisa juga mengomel dikala capek atau lelah setelah mengurus rumah seharian itu adalah rizki ruhani bagi suaminya sebab dari omelan istri itulah suami belajar untuk menjadi lebih sabar menghadapi istri yang sedang capek dan lelah.”


Tidak Menemukan Apa-apa

Setiap kali dimasjid saya selalu mengamati pak haji, yang selalu sholat berjamaah dan berdiam diri berlama-lama di masjid. Saya mencoba mengikuti apa yang dilakukan pak haji. Agar tahu manfaat berdiam diri itu. Sehari, dua hari saya berdiam diri. Berzikir dan sholat sunah saya lakukan. Agaknya terlalu jauh dari yang saya harapkan.

Selesai ba’da sholat isya’ saya gunakan untuk bertanya padanya. “Pak haji, apa yang telah ditemukan dari berdiam diri dimasjid selama ini?” Pak haji itu menjawabnya, “saya tidak menemukan apa-apa.”

Lemah Dahannya Kuat Rantingnya

Usia Hana putri kami sekarang ini setahun lebih beberapa bulan. Ada sesuatu yang membuat kami sebagai orang tua agak risau. Yaitu anak seusia mestinya sudah bisa berjalan. Awalnya saya dan istri menganggap hal yang biasa, karena mendengar omongan tetangga kok jadi terpengaruh juga ya.

Pada hari minggu kami bersama Hana mendapat undangan untuk makan siang bersama ketua yayasan sekolah kami. Siang itu kami dijemput pak karsono sopir sekolah. Kedatangan kami disambut dengan ramah. Kami bercerita tentang kecemasan bahwa Hana masih juga belum bisa berjalan.

Mendengar cerita kami Pak Dedi ketua yayasan sekolah mengatakan, “Tidak usah cemas, anak itu jika lemah dahannya kuat rantingnya. Artinya jika pertumbuhan fisiknya lemah berarti pertumbuhan berfikirnya lebih cepat. Berarti Hana ini anak cerdas, insya allah.” Kamipun mengamininya.


Kamis, 14 September 2006

Rizki Yang Tak Terduga

Dalam kehidupan sehari-hari saya sering mendapatkan rizki yang tak terduga. Kalo boleh jujur saya katakan bahwa awalnya saya tidak percaya dengan apa yang disebut dengan rizki yang tak terduga. Hal itu bermula sewaktu istri saya sedang hamil tua. Pada satu hari ada seorang murid mengaji datang ke rumah hendak meminjam uang untuk berobat adiknya. Kebutuhan yang sangat mendesak karena memang dari keluarga yang tidak mampu. Saat itu kami memang memiliki uang yang sedianya untuk periksa kehamilan. Spontan aja uang itu kami serahkan padanya.

Pada tengah malam, ketua yayasan sekolah menanyakan bagaimana kandungan istri saya dan pesannya pada akhir pembicaraan, “tolong besok kamu cek rekeningmu ya..”Alhamdulillah ternyata saldo bukan hanya cukup buat periksa kandungan namun juga cukup buat untuk biaya persalinan.

Sejak itu saya menyakini bahwa rizki yang tak terduga akan terjadi jika kita memberikan yang terbaik yang kita miliki pada orang lain. Anda tak percaya? Silahkan coba..

Tempat Sholat

Pada satu hari saya punya tugas menemani tamu dari Malaysia karena ada kegiatan. Dari menjemputnya dihotel sampai menemani belanja mencari oleh-oleh. Menjelang maghrib sang tamu mengajak saya sholat, setelah mencari dan bertanya kesana kemari akhirnya kami menemukan tempat sholat. Ditengah rasa lelah seharian menemaninya saya mendapatkan pertanyaan yang menarik darinya.

“Kenapa ya tempat sholat di Jakarta selalu ditempat parkir dan dibelakang resroom?” Katanya. Saya mesti bilang apa ya. Entah bagaimana saya akhirnya menjawab juga.”Barangkali yang punya gedung tidak pernah sholat.” Mendengar jawaban saya tamu itu tersenyum.

Anda bisa membantu saya untuk mendapatkan jawabannya?

Menjadi Pembelajar

Awal pernikahan kami, saya dengan istri menyepakati rumah tangga yang kami bangun adalah sebuah forum pembelajaran. Antara suami dan istri menjadi pembelajar. Semuanya berlalu begitu cepat, permasalahan silih berganti datang. Istri saya mengingatkan bahwa kita menjadi pembelajar, begitu katanya.

Pada satu kesempatan saya bertanya padanya, “apa sih maksudnya menjadi pembelajar?” Katanya, “Pembelajar tidak mengenal benar dan salah sebab semuanya proses belajar. Tidak saling mencari pembenaran dan tidak saling mencari kesalahan. Jika belajar berbuat salah. Ya, namanya juga sedang belajar.”

Pada perjalanan kehidupan sehari-hari jika menghadapi masalah jauh menjadi terasa lebih ringan dan lebih mudah menghadapi sebab sebagai pembelajar kami tidak mengenal benar salah. Ya namanya baru belajar to mas..

Sakit itu anugerah, jika disyukuri akan terasa nikmat

Seorang teman bertahun-tahun menderita sakit Asma menasehati saya, “Sakit itu anugerah, jika disyukuri akan terasa nikmat.” Mulanya saya tidak mengerti apa maksudnya. Entah kenapa pada satu malam, perut saya sakitnya bukan main. Hanya gara-gara lupa sarapan, terus asyik dengan kesibukan tak terasa sudah sore. Maag kambuh bukan main sakitnya. Sakit bisa menghadang siapa aja dan kapan aja. Tidak kenal waktu dan tidak kenal tempat.

Tentunya mencegah lebih baik daripada mengobati, Nabi SAW mengingatkan jagalah lima sebelum datangnya lima, salahsatunya adalah “jagalah sehatmu sebelum sakitmu.” Menjaga kesehatan terasa lebih penting disaat kita sudah merasakan sakit. Dan sakit itu sendiri juga anugerah Allah SWT yang mesti disyukuri adanya.

Saya agak keheranan dengan pendapat teman yang mengatakan bahwa sakit itu anugerah, bagaimana mungkin sakit bisa disebut sebagai anugerah Allah SWT? Karena disaat sakit itu muncul, mana mungkin bisa berpikir itu anugerah. Disaat saya banyak bertanya kenapa, sakitnya bertambah sakit.

Lemah tak berdaya, hanya mampu mengucap “La haula wala kuawata ila billah” Tidak untuk melawan rasa sakit, tidak berkeras hati untuk lekas sembuh. Hanya berserah diri, sakit sehat, hidup mati adalah kehendak-Nya.

Rupanya rasa sakitpun berkurang. Proses penyembuhannya lebih cepat dan yang lebih penting lagi saya bisa memahami sesungguhnya makna nasehat seorang teman, “Sakit itu anugerah, jika disyukuri akan terasa nikmat.

Selasa, 12 September 2006

Kehidupan Adalah Kematian

Saya mengenal seseorang mantan guru SD, setiapkali ketemu dengan dia selalu menunjukkan wajah kedamaian seolah semua kebutuhan hidupnya sudah tercukupi. Bagaimana mungkin itu bisa terjadi ditengah hidup yang kompetitif dan keras ini, berbagai macam cara dihalalkan sementara ada orang yang bisa hidup dengan damai tanpa masalah.

Seperti halnya saya selalu dipusingkan dengan yang bayar listrik, bayar rumah, telpon, Hana yang mulai beranjak gede, sudah mesti mikirin biaya sekolah. Disisi lain yang membuat saya hormat semua persoalan begitu mudah baginya. Saya masih ingat ketika bertanya padanya, “bagaimana kedamaian bisa hadir didalam hidup kita?” Katanya, “Kehidupan adalah kematian dari segala bentuk keinginan. Disaat kita bisa mati dari segala bentuk keinginan itulah kedamaian hadir ditengah hidup kita.”

Bagaimana dengan kedamaian yang anda dapatkan?


Menerima Berarti Memberi

Ada seorang ibu muda bertutur kepada saya lewat email bahwa suaminya telah berselingkuh dengan berbagai macam penderitaan dia telah lewati, disakiti hatinya sampai disaat sang suami membutuhkannya. Toh masih juga setia menemani suaminya.

Sungguh sangat luarbiasa ibu muda ini mampu menerima kenyataan hidup dengan ikhlas. Kemampuannya menerima itu berarti telah memberi obat penyembuh bagi suaminya. Saya katakan padanya, mari ibu pada kesempatan yang baik ini kita sama-sama berdoa semoga Allah SWT membimbing suami ibu kembali ke jalan yang benar sehingga dapat berkumpul bersama keluarga, anak dan istrinya.

Menerima Berarti Memberi

Ada seorang ibu muda bertutur kepada saya lewat email bahwa suaminya telah berselingkuh dengan berbagai macam penderitaan dia telah lewati, disakiti hatinya sampai disaat sang suami membutuhkannya. Toh masih juga setia menemani suaminya.

Sungguh sangat luarbiasa ibu muda ini mampu menerima kenyataan hidup dengan ikhlas. Kemampuannya menerima itu berarti telah memberi obat penyembuh bagi suaminya. Saya katakan padanya, mari ibu pada kesempatan yang baik ini kita sama-sama berdoa semoga Allah SWT membimbing suami ibu kembali ke jalan yang benar sehingga dapat berkumpul bersama keluarga, anak dan istrinya.

Memberi Berarti Menerima

Ada seorang teman yang selalu menyediakan uang receh dikantong celananya. Beberapa kali saya sempat menemaninya bepergian dia selalu memberikan uang recehnya, mulai dari pengamen sampai peminta-minta. Buat saya sebenarnya perbuatan itu bukanlah yang aneh. Cuman saya terkadang tergelitik untuk menemukan pencerahan dari perbuatan teman saya ini. Akhirnya saya beranikan diri untuk bertanya padanya.

“Mas, kenapa sih mesti repot-repot menyediakan uang receh untuk dibagikan buat orang lain?” Kata saya padanya.. “Apa yang kita beri berarti kitalah yang menerima.” Jawabnya. Selanjutnya dia menjelaskan bahwa apa yang diberikan buat orang lain itu sebenarnya dirinyalah yang menerima. Bukan orang lain.

Senin, 11 September 2006

Berhentilah Berfikir

Setiap kali ada kawan yang datang pada saya dengan segudang cerita masalahnya berharap masalahnya selesai dengan mndengarkan nasehat atau petuah saya. Padahal saya sendiri jika ada masaalah belum tentu saya bisa menyelesaikan masalah saya sendiri. Lantas kenapa saya mesti memberi nasehat pada orang lain. Begitulah pertanyaan kritis saya terhadap diri sendiri.

Pada satu kesempatan saya pusing dengan masalah saya yang tak kunjung selesai bertanya pada bapak. Bapak saya menyarankan, “Berhentilah berfikir.” Saya terhenyak mendengar jawabannya. Wah gawat nih saya kalo disuruh berhenti berfikir. Kata saya dalam hati.

Sejak itu saya berusaha mencari makna, apa maksudnya berhenti berfikir. Sampai kemudian datang kawan yang biasa datang dengan segudang masalah itu. Selesai bercerita dia bertanya apa solusinya. Saya katakan, “apa menurutmu makna berhentilah berfikir?” Seminggu kemudian kawan itu datang lagi, dia tidak bercerita. Hanya mengatakan, hari ini saya sudah berhenti berfikir loh.”

Apa ya maksudnya berhentilah berfikir?

Ketemu Guru Sejati

Pada satu hari dirumah kedatangan tamu, kebetulan bapak yang menemani tamu itu. Tamu itu mengatakan bahwa dirinya mengikuti majelis zikir, hampir tiap hari dia mengamalkan amalan yang diberikan ustadznya. Kata ustadznya jika zikir itu dia ucapkan sekian ribu kali dia akan bertemu dengan guru sejati. “bapak, tiap kali saya mengamalkan bukannya saya ketemu guru sejati saya tapi malah ketemu omelan istriku yang marah-marah, bentak-bentak bahkan sampai berbuat kasar. Sebelum saya mengamalkan amalan ini. Istri saya selalu hormat dan sayang. Begitu saya lafadzkan zikir ini kok malah istri saya kurangajar ya..” Keluhnya. “Gimana dong pak?”

“Nanda, sebenarnya apa yang diucapkan ustadz itu bener dan istripun juga tidak salah sebab istri itulah yang menjadi guru sejati kehidupanmu dengan omelan, marah-marahnya.” Kata bapak “Jadi guru sejatimu sudah ketemu pada diri istrimu."

Sholat Khusyu’

Setiap kali saya sholat selalu tidak bisa khusyu’ banyak sekali yang tidak saya pikirkan muncul malah dipikiran sewaktu sholat. Bahkan ada teman bercerita saking tidak khusyu’ waktu sholat, jika kehilangan kunci dia sholat setelah itu dia akan tahu dimana dia menaruh kuncinya.

Pada satu kesempatan saya betanya pada bapak, bagaimana sih sholat biar khusyu’ itu. Kata bapak, “sewaktu sholat taruh aja kepala.” Maksudnya bagaimana pak, tanya saya. Jawab bapak, “Maksudnya pada waktu sholat jangan banyak berpikir.”

Kamis, 07 September 2006

Tamu Aneh

Pada satu hari dirumah bapak kedatangan tamu, saya tak begitu
mengenalnya. Tamu itu duduk terdiam, sesekali senyum melihat
kedatangan saya. Dia hanya duduk diam tanpa berkata-kata. Tak lebih
dari satu jam tamu itu pamit.

Melihat kelakuan tamu yang aneh itu, saya-pun bertanya pada
bapak. "siapa pak tamu itu?" "tidak tau" "maksudnya kemari mau
ngapain pak?" "tidak tau." Emangnya bilang apa?" Tidak ngomong apa-
apa."

Saya dibuat bingung oleh jawaban bapak. "Tamu kok aneh ya?" Kata
saya. "Sebenarnya tamu itu tidak aneh, dia mengajarkan kepada kita
bagaimana cara berdiam diri yang baik." Jawab bapak.

Selasa, 05 September 2006

Ingin Menjadi Diri Sendiri

Biasanya di Labschool Cinere pada masa orientasi siswa baru banyak hal yang dilakukan untuk mengenalkan sekolah pada siswa baru tersebut. Setelah pengenalan dilakukan tiga hari tibalah hari pertama yang paling mendebarkan yaitu masuk kelas baru.

Salah seorang teman bercerita, bahwa ketika dirinya berdiri didepan kelas sebelum pelajaran dimulai, dirinya berbasa basi untuk perkenalan. “Nih, andi yang duduk paling depan, besok kalo besar pengen jadi apa?” “Pengen jadi presiden pak.” Jawab andi dengan lantang. “Kalo anton?” “anton pengen jadi jendral, pak.” Jawab anton. “Nah, kalo salim?” “Kalo salim, pengen jadi diri sendiri pak..”Kata salim. Mendengar jawaban itu seluruh kelas tertawa.

Mendengar cerita itu saya sejenak berfikir, apakah ada yang salah pengen menjadi sendiri?

Cemas itu Menyehatkan

Seringkali saya cemas karena mengharapkan sesuatu yang belum dapat kepastian. Misalnya jika saya hendak mengadakan seminar belum mendapatkan sponsor hal itu membuat saya cemas, bisa semalaman nggak bisa tidur. Paling yang saya kerjakan mengetik buat tulisan seperti sekarang ini saya lakukan. Salah satu yang membuat cemas lagi jantung saya suka berdebar-debar kencang.

Istri saya yang lulusan IIQ (Institute Ilmu Quran) bukanlah pakar menejemen kecemasan namun punya resep yang cukup membuat saya tenang. Katanya begini, “Mas agus ini mudah cemas menghadapi sesuatu itu bertanda sehat. Sebab setiap cemas kan jantung berdebar-debar, kalo jantung berdebar-debar, jantung lagi olah raga. Semakin berdebar semakin sehat.”

Oo, gitu ya? Berarti cemas itu sehat ya?

Buanglah Kebencianmu

Pada satu kesempatan saya mendengarkan pengajian dimasjid. Seorang ustadz berceramah mengenai cara kita bahagia maka membuanglah kebencian. Pada satu sesi tanya jawab ada seorang penanya. “Ustadz, apakah saya juga harus membuang benci saya terhadap setan?”

“Iya, buanglah semua kebencian sebab kebencian selain merusak jiwa ada perbuatan dari setan yang bisa diambil hikmahnya bahwa karena kebenciannya terhadap manusia, setan terjerumus dalam api neraka yang kekal abadi .” Jawab sang ustadz.

Tak terbayangkan oleh saya apa jadinya manusia yang seluruh tubuhnya dipenuhi rasa benci ya?

Belajar Dari Hana

Biasanya dihari libur kegiatan yang paling menyenangkan buat saya adalah jalan-jalan pagi hari atau sore hari. Kesempatan jalan-jalan bersama Hana juga digunakan oleh istri saya untuk menyuapi. Makanannya beragam mulai dari bubur ayam sampai sayur bening. Istri saya selalu mengerti Hana akan mau makan jika ada temannya. Kelihatan ada sarah, anak tetangga sedang bermain istri saya menunjuk sambil mengatakan, “kita deket sarah.”

Seperti umumnya anak-anak seumurannya Hana kadang makannya lahap, kadang juga susah. Karena kesibukan ditengah pekerjaan, belakangan agak jarang menemani Hana Jalan-jalan.

Sore itu saya melihat Hana dengan ibunya ditemani sarah. Hana menggeleng-geleng kepalanya untuk disuapi. Ibunya memberikan tempe pada Hana, setelah itu Hana memberikan pada sarah. Baru kemudian Hana mau disuapin oleh ibunya. Istri saya menjelaskan Hana hanya mau makan jika ada makanan yang dibagi dengan temannya.
Dalam hati kecil saya mengatakan, “subhanallah, sore ini saya mendapatkan pelajaran berbagi dari Hana.”

Selasa, 29 Agustus 2006

Doa Ibu

Rizki sedikit atau banyak tentulah patut disyukuri. Hal itu juga saya alami ketika saya mendapatkan rizki lebih. Saya berkeinginan membagi dengan keluarga juga bapak dan ibu saya.

Bapak mengingatkan apa yang terjadi pada diri saya hari ini, rizki dan kemudahan itu bukan sekadar usaha saya pribadi. “Terus usaha siapa lagi pak?” Tanya saya. “Selain usaha dirimu, juga ada peran doa ibu.” Jawab bapak. “Setiap malam saya menyaksikan ibumu berdoa buat dirimu agar diberikan rizki yang halal dan kemudahan didalam pekerjaan.”

Senin, 28 Agustus 2006

Macet Itu Asyik loh..

Kalau ingin wisata kemacetan cobalah berkeliling kota Jakarta. Apa lagi yang tinggal di Ciledug. Yang namanya macet hampir jadi makanan sehari-hari. Tidak mengenal pagi, siang, sore atau malam macet bisa dijumpai dimanapun. Selain macet bisa membuat stress juga membuat pusing tujuh keliling dari hari-hari tanggal tua.

Pernah saya mengeluh paada istri bagaimana macetnya diperjalanan menuju ke kantor. Katanya, “Mas, obatnya macet adalah berzikir. Selain mengobati stress dan pusing tujuh keliling juga mendapat pahala lho.”

Sejak itu ketika saya ditengah kemacetan, waktu saya gunakan sebaik mungkin untuk berzikir, ternyata asyik juga ya…

Kecelakaan Itu Membuatnya Tersadar

Setiap orang pernah mengalami kecelakaan, entah kecelakaan kecil seperti jari yang ke iris pisau atau kecelakaan yang bisa berakibat fatal. Seringkali kecelakaan mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dan membuat cara pandang hidup seseorang berubah, cara perilaku, cara bertutur bahkan cara menyikapi hidup-pun juga berubah.

Ada seorang teman, seorang pengajar yang sangat cerdas dan rasional. Mampu mematahkan setiap argumentasi lawan diskusinya ketika berdebat. Pernah salahsatu mahasiswanya kesal sampai mengejar-ngejarnya ditengah diskusi yang belum selesai. Setiap apapun yang berbau metafisik ditolaknya. Dan banyak mahasiswa yang terkagum-kagum padanya.

Pada suatu hari selesai mengajar, entah datangnya darimana ada motor melaju dengan kencang dan menabraknya. Selama 40 hari dirinya tidak sadarkan diri. Dalam kondisi koma. Ditengah kondisi koma itulah, kawan saya bertutur bahwa dia melihat dua malaikat sedang berbincang. “bagaimana yakin itu malaikat?” tanya saya. Katanya dia mendengarkan percakapan dua orang itu. Satunya mengatakan bahwa dirinya sudah saatnya meninggal dunia. Kata yang kedua, jangan sekarang..beri dia kesempatan untuk bertobat.

Saya tak percaya dia menceritakan semuanya itu dengan serius. Saya sempat berfikir bahwa dia bercanda. “Tidak, saya tidak bercanda”. Sanggahnya. “Setelah itu saya baru bangun tersadar dan saya mendengarkan dua malaikat berbincang rasanya sebentar itu selama 40 hari.” Begitulah katanya

Sejak kecelakaan itu saya melihat banyak hal yang dalam dirinya telah berubah. Saya sempat merenung sejenak peristiwa itu dan bertanya, apakah setiap kesadaran hadir mesti melalui kecelakaan terlebih dahulu ya?

Di Matanya Tidak Ada Orang Jahat

Pada satu kesempatan saya diajak teman mendengar pengajian disalahsatu mushola diperkantoran. Sang penceramah menceritakan tentang kemuliaan hati orang-orang yang sholeh dan dirinya hampir setiap hari berjumpa dengan orang-orang seperti itu. Ceramahnya cukup penyejukkan dikala siang panas menyengat . Di sesi berikutnya pengajian dilanjutkan sesi tanya jawab.

Ada anak muda yang penuh semangat bahwa kondisi negara sekarang ini sedang gawat, harga melambung tinggi, banyaknya pengangguran. Hal itu disebabkan oleh pemimpin yang korup.

Sang penceramah itu mengatakan, memang ada pemimpin yang korup tapi masih banyak pemimpin yang amanah, buktinya anda yang sampai sekarang masih bisa bekerja dengan baik, kita masih bisa mengadakan pengajian hari ini, itu semua hasil dari pemimpin yang amanah.

Teman yang duduk sebelah menyikut tangan saya sambil mengatakan, “hebat juga ustadz ini, dimatanya tidak ada orang yang jahat dimuka bumi ya..”

“Sebaiknya kita memang harus begitu kan?” jawab saya.

Minggu, 27 Agustus 2006

Mudahnya Bahagia

Di Labschool Cinere saya memiliki seorang teman, baik, ramah dan mudah senyum. Selain itu selalu dia orang yang sangat susah menderita, buat saya itu hal yang agak mengherankan ditengah kesibukan sebagai wakil kepala sekolah SMP Labschool Cinere pasti melelahkan dan memusingkan. Toh, masih sempat-sempatnya bercanda mulai dari satpam sampai siswa. Saya biasanya memanggilnya Pak Budi.

Ditengah keheranan terhadap Pak Budi saya berkesempatan bertanya padanya, “apa sih yang membuat pak budi begitu mudah bahagia?” Pak Budi menjawabnya, “Yang membuat saya bahagia adalah ketika melihat orang lain bahagia.”

Wah, ternyata menggapai kebahagiaan itu sangat mudahnya, pikir saya. Lantas bagaimana anda menggapai kebahagiaan?

Senin, 21 Agustus 2006

Awal Pencerahan

Pencerahan berfikir pada setiap orang tentunya berbeda. Ada yang sehabis membaca buku, ada yang dengan diskusi atau ada sehabis pulang ikut kursus. Demikian halnya dengan saya, pencerahan bisa saya dapatkan dimana-mana, membaca buku, ngobrol dengan istri bahkan bertemu dengan pengamen dijalanan sekalipun. Tapi awal sekali pencerahan dalam hidup saya terjadi justru satu peristiwa dengan bapak.

Saya ingat waktu itu hari raya idul adha, sehabis pulang sekolah saya menceritakannya pada bapak bahwa di depan Kodim (Komandan Distrik Militer) Tulung Agung sedang dibagikan daging korban. Saya bertanya pada bapak, apakah boleh saya ikut mengantri untuk mendapatkan daging korban itu. Bapak saya mengatakan, "kita boleh miskin tapi jiwa kita kaya." Setelah itu bapak mengajak saya pergi ke pasar membeli daging kambing. Hari itu kami sekeluarga sedang berpesta dengan menyantap daging kambing yang baru kami beli. Itulah awal pencerahan dalam hidup saya. Bagaimana awal pencerahan hidup anda?

Rabu, 16 Agustus 2006

Seperti melihat Bidadari

“Hampir tiap hari saya melihat wajah bidadari” Begitulah ucap seorang teman. Yang saya tahu dulunya dia beranggapan Hidup ini adalah penderitaan sedangkan perkawinan adalah lembaga pelanggengan penderitaan. Dia berfikir dengan perkawinan, penderitaannya menjadi berakhir. Yang terjadi malah sebaliknya makin hari penderitaanya bertambah. Mulai dari Istrinya cerewet, banyak nuntut, suka bentak. Makin menderita deh gue. Katanya.

Pandangan itu berubah Sampai pada suatu ketika dirinya menyaksikan sepasang kakek nenek sedang ada direstoran yang memesan satu paket makan dan minum. Dia berniat membelikan satu paket lagi namun ditolak oleh kakek itu dengan alasan mereka selalu satu untuk berdua. “bagaimana kakek bisa melewati penderitaan sepanjang hidup bersama nenek selama itu? Tanyanya. Kakek itu menjawab, “perkawinan kami indah, seindah kehidupan di surga sehingga kami bisa melewati semua penderitaan selama 50 tahun dan dia adalah bidadari saya.” Sambil menunjuk sang nenek. Mendengar jawaban sang kakek wajah nenek keliatan berseri-seri.

Katanya, Sejak itu kalo istri saya sedang ngomel-ngomel, banyak nuntut, bentak-bentak. Marah-marah. Saya seperti melihat bidadari sedang mengajak bermain ditaman firdausy. Hasilnya keributan terhindarkan, solusi ditemukan, masalah terjawab. Kemudian rumah tangga makin harmonis.

Mendengarnya seolah saya tak percaya, masa sih melihat bidadari? Apa anda pernah melihat bidadari dirumah?

Selasa, 15 Agustus 2006

Bersedekahlah Tiap Hari

Dirumah saya tinggal biasanya tiap ba’da maghrib selalu digunakan untuk mengaji anak-anak. Pengajian ditempat kami disebutnya pengajian Mutiara Salafiyah. Maksudnya sih, pengajian mutiara tradisi. Selain anak-anak ngaji biasanya suka ada yang bertandang sekedar untuk berdiskusi agama atau ngobrol ringan seputar kehidupan sehari-hari. Berbincang banyak hal rupanya keasyikan tersendiri bagi bapak saya, apa lagi jika berbincangnya soal agama, bisa sampai larut malam.

Pernah pada suatu hari bapak kedatangan tamu pindahan dari kampung sebelah. Seorang karyawan perusahaan. Dia mengeluh karena dirinya dililit hutang. Dan dia bertanya bagaimana agar dirinya terlepas lilitan hutang. Bapak menjawabnya, “supaya adek terlepas dari lilitan hutang, pada setiap hari jumat bersedekahlah pada orang yang kekurangan.” Tak terasa waktu sudah larut malam. Tamunya berpamitan.

Tak sampai satu bulan tamu tersebut kembali lagi, bersama istrinya dia mengucapkan banyak terima kasih pada bapak. Dia mengatakan bahwa dirinya bukan hanya terbebas dari lilitan hutang tapi juga bisa beli rumah. “Oh ya.” Kata bapak terperangah. “Kalau begitu mulai hari ini anda harus bersedekah tiap hari supaya tidak terlilit hutang lagi.” Kata bapak selanjutnya dan kali ini tamunya yang terperangah mendengarnya.

Senin, 14 Agustus 2006

Tidak Semua Penyakit Ada Dibuku

Begitulah seorang teman yang berprofesi sebagai dokter. Dia bercerita bahwa dirinya pernah dibuat pusing menangani pasien yang sudah 40 hari koma pasca operasi, tak sadarkan diri. Semua bukunya dibuka kembali. Semua profesor diberbagai bidang penyakit diajaknya konsultasi. Namun tak juga ketemu jawabannya.

Sampai suatu ketika dia melihat seorang ibu tua menengok sang pasien. Tak selang lama beberapa hari pasiennya siuman dari koma, terdasarkan diri dan tak lama kesehatannya berangsur pulih. Dokter tersebut keheranan, bagaimana mungkin dari tak sadarkan diri selama 40 hari bisa pulih kurang dari satu minggu hanya karena ditengok seorang ibu tua.

Dia beranikan diri bertanya pada istri pasien yang waktu itu menungguinya. Kata istrinya, ibu tua itu adalah ibu sang pasien. Sewaktu menengok itu ibunya berkata bahwa dirinya hari ini sudah memaafkan semua kesalahan anaknya. Setelah ibunya pergi, suaminya mulai sadarkan diri.

Minggu, 13 Agustus 2006

Ubahlah Bencimu Menjadi Cinta

Berteman dengan siapapun buat saya adalah sesuatu yang menggembirakan. Banyak mutiara hikmah yang berserakan dimanapun justru yang muncul dari orang-orang yang sederhana. Salah satunya penjual sate ayam. Awalnya saya mengenalnya dibulan suci ramadhan beberapa tahun yang lalu. Orang Madura ini baik dan ramah. Itulah yang membuat dagangan satenya menjadi ramai.

Pada suatu hari dia bertutur bahwa pada saat bulan tertentu seperti bulan ramadhan dirinya bisa kuwalahan melayani pembeli. Sampai dia mengajak sanak saudaranya ikut membantunya berjualan, termasuk bapaknya sendiri. Katanya, pada satu sore para sudah banyak pembeli yang mengantri. Bapak dan saudara-saudara sibuk melayani sementara dirinya pulang untuk mengambil lontong dan sate ayam dirumah. Sekembali ke warung dan pembeli sudah mulai berkurang. Adzan maghrib berkumandang. Sang bapak menghampiri dirinya dan mengatakan kalau kotak uang penjualan hari ini telah hilang diambil orang. Sebagai gantinya bapaknya bersedia bekerja selama ramadhan tidak usah digaji.

Hari telah berlalu, seminggu kemudian. Abis jelang adzan maghrib ada seorang pemuda pesan sate ayam beserta lontong. Bapaknya langsung melayaninya. Orang itu dilayani dengan istimewa, membuat anaknya menjadi heran, kenapa bapak memperlakukan dia sangat istimewa. Mulai dari membakarkan sate, menyiapkan lontongnya, teh hangatnya dengan sangat ramahnya.

“Bapak, siapakah dia? Kenapa bapak melayani dengan sangat istimewa? Apa dia pejabat kelurahan?” Katanya penuh keheranan.

“Bukan. Dia adalah yang mengambil kotak uangmu tempo hari.” Jawab bapaknya. Mendengar jawaban bapak seperti itu rasanya darah saya mendidih. Pengen rasanya saya luapkan amarah saya pada orang itu. Tapi bapak saya mencegahnya dengan mengatakan. “Jangan kamu luapkan amarahmu. Dia adalah guru sejatimu sebab dari dialah, dirimu bisa belajar mengubah bencimu menjadi Cinta.”

Saya dibuat tertegun mendengar tutur katanya. Sayapun sempat bertanya dalam hati, Mengubah benci menjadi cinta? Apakah mungkin? Bagaimana menurut anda?

Senin, 07 Agustus 2006

Setiap Di Masjid

Saya selalu memperhatikan setiap aktifitas orang yang ada di dalam masjid, ada sholat sunah dengan khusyu' banget, ada yang berdoa dari dhuhur sampe ashar. Ada juga yang berdoanya sambil menangis.

Tentunya itu semua aktifitas seorang hamba memohon kepada Allah SWT.
ada lima model hubungan hamba dengan Allah SWT. Pertama model hubungan budak dan tuan. Budak selalu takut kepada tuannya karena ia merasa telah tidak memiliki diri sendiri karena sudah dimiliki tuannya tu, yang dengan itu mudah dijadikan kambing hitam atas semua kegagalan. Orang tipe ini memandang Tuhan sebagai Yang Maha Galak dan Suka menghukum (syadid al `iqab dan dzu intiqam), oleh karena itu beribadah baginya adalah untukan mencari selamat. Kedua model kuli dan majikan. Kuli hanya punya dimensi mingguan, lebih dari itu artinya adalah kegagalan. Kuli tak pernah sanggup berfikir memperoleh rapelan. Jika upah seminggu tidak dibayar majikan maka ia berubah dari hormat menjadi galak. Tipe orang seperti ini jika merasa doanya tidak dikabulkan Allah SWT maka ia marah dengan sekaligus tidak mau lagi menjalankan ibadah, karena diangap percuma. Ketiga model pedagang dan pembeli. Pedagang akan memperlakukan pembeli sebagai raja manakala ia dapat membayangkan keuntungan yang besar dari transaksinya. Jika tidak maka ia merasa tidak perlu menghormatinya. Tipe orang seperti ini dalam beribadah selalu memperhitungkan pahala. Oleh kalo pas bulan Ramadlan yang dianggap penuh berkah itu ia dapat menjalankan berbagai paket ibadah dalam jumlah besar, karena membayangkan pahalanya yang berlipat-lipat. Selanjutnya di luar Ramadlan ia menjadi sangat biasa dan bahkan agak malas, karena transaksi pahalanya bertarip wajar. Keempat model hubungan orang yang berhutang budi kepada orang yang berjasa. Kata orang, hutang budi dibawa mati, oleh karena itu bagi orang yang berhutang budi rasanya ia tak dapat melunasi hutangnya dengan cara apapun. Orang tipe ini didorong oleh rasa syukurnya kepada Tuhan dalam beribadah kepada Nya merasa segalanya tak cukup karena merasakan betapa besarnya anugerah Allah SWT kepada dirinya. Kelima, model orang yang jatuh cinta kepada kekasihnya. Bagi orang yang sedang mabuk kepayang, penderitaan terasa indah, yang berat terasa ringan, yang dingin terasa hangat, dan yang panas terasa dingin. Orang tipe ini merasakan betapa nikmatnya beribadah kepada Allah SWT meski harus melalui kesulitan demi kesulitan.

Kamis, 03 Agustus 2006

Gempa Beberapa Waktu Yang Lalu

Jakarta pernah terjadi gempa, di Labschool Cinere anak-anak sekolah berhamburan keluar ketakutan, ada yang berteriak-teriak. Ada yang sembunyi ke kamar mandi. Ada yang ngumpet dibawah bangku. Hal itu terjadi secara spontan bagi para siswa.

Pada satu kesempatan kami berkumpul dengan para siswa untuk mendiskusikan fenomena gempa dan respon ketika terjadinya gempa. Ada yang berpendapat bahwa gempa itu adalah azab yang datang dari Tuhan karena banyak hambaNya yang lalai. Ada juga yang berpendapat bahwa gempa itu adalah kejadian alam karena adanya gesekan lempengan bumi. Lantas bagaimana respon kita?

Masing-masing siswa juga berpendapat berbeda, ada yang mengatakan kita berdoa saja pak. Ada juga yang berpendapat kita berlindung dibawah meja. Wah, kalo saya sih ngumpet aja dikantin bisa sambil makan. Kata salahsatunya. Gerr, semuanya tertawa mendengar ucapan polos itu.

Setelah selesai, kami jelaskan kepada para siswa bahwa gempa bumi itu adalah kejadian alam karena gesekan lempengan bumi. Gempa bisa juga diartikan sebagai azab dari Allah bagi orang yang lalai tapi bagi orang yang beriman gempa adalah mukjizat yang datang dari Allah SWT agar memperkokoh iman kita betapa Maha BesarNya Allah SWT. Yang perlu kita lakukan disaat gempa adalah tenangkan hati. Berdoa kepada Allah Mohon keselamatan dan ampunan sambil kita berikhtiar menyelamatkan diri. Tidak perlu ketakutan, apalagi berteriak-teriak. Berlarian, hanya akan membuat kepanikan.

Gempa pada kejadian berikutnya, alhamdulillah para siswa sudah tidak ada kepanikan, tidak ada teriakan, hanya ada satu dua yang keluar kelas. Bahkan ada yang satu kelas meneruskan tetap belajar.

Selasa, 01 Agustus 2006

Berjalan Kaki

Merupakan kegiatan yang amat menyenangkan buat saya ketika hendak berangkat ke kantor. Sehabis sholat subuh, bermain sejenak dengan Hana setelah itu sarapan sambil menonton berita. Berangkat ke kantor dipagi hari berjalan kaki dengan diantar anak dan istri bertegur sapa dengan tetangga. Oleh sebab itu berjalan kaki terasa lebih bermakna sebagai silaturahmi. Sedangkan silaturahmi, menurut ajaran Nabi Muhammad SAW ada dua manfaat. Pertama, memanjangkan usia dan yang kedua menambah rizki.

Berjalan kaki buat saya sebuah aktifitas yang murah dan menyenangkan. Kemana-mana jalan kaki, naik angkot karena memang tidak punya kendaraan, sepeda motor atau mobil.

Pernah suatu ketika saya berbincang dengan “Gondrong” Si penjual bubur, dengan bangganya dia bercerita bahwa dirinya selama 15 tahun berjalan kaki kalau pergi ke pasar atau berjualan bubur. Katanya, berjalan kaki adalah sebagai bentuk rasa syukur karena Allah SWT telah memberinya “kekayaan” dengan wujud kaki yang kuat, yang lebih berharga dari kendaraan bermotor jenis apapun. Sejauh apapun kita jalan, kita tidak akan terasa lelah melainkan kaki bertambah kuat, badan menjadi sehat. Begitulah katanya.

Amatlah sederhana yang diucapkan “Gondrong” Si penjual bubur dengan menyebut kaki sebagai “kekayaan” yang tak ternilai harganya. Seringkali kaki diabaikan dan disepelekan begitu kehadiran kekayaan dengan wujud kendaraan membuat kita menjadi enggan dan malas berjalan kaki. Tubuh menolak, berjalan sedikitpun kaki terasa menjadi kesemutan. “Ah, buat apa berjalan kaki. Udah ada tukang ojek ini. Nyapek2in aja jalan kaki.” Begitulah kata saya pada istri kalau pas lagi malasnya datang.

Sungguh betapa sulitnya mendidik diri sendiri. Berjalan kaki buat saya bukan hanya sekedar karena tidak punya motor atau mobil, biar kuat ataupun sehat tapi juga sebagai upaya mendidik diri sendiri agar senantiasa mensyukuri nikmat apa yang oleh Allah SWT telah berikan.

Lantas bagaimana dengan anda? Masih berminatkah jalan kaki

Doa Untuk Para Syahid Dan Mujahid di Palestina dan Lebanon

Hampir dua minggu ini diskusi kebiadaban Israel terhadap kaum Muslimin di Palestina dan Lebanon hampir mengiris hati kemanusiaan, dirumah, tetangga, masjid, disekolah, diruang kantin. Tragedi kemanusiaan yang amat sangat memilukan semua orang yang memiliki hati nurani pasti mengutuk Israel yang telah menelan korban 750 orang lebih.

Pada satu kesempatan dimasjid diskusi ringan dengan beberapa teman. Ada salah seorang bertanya, "Apakah serangan Israel ke Palestina dan Lebanon yang menewaskan banyak orang itu bertanda Allah SWT telah menurunkan azab buat kaum muslimin?" Diantara kami ada yang menjawabnya bahwa itu bukanlah azab melainkan Mukjizat-Nya sebagai wujud rasa cinta-Nya kepada kaum Muslimin. Firman Allah SWT sebagaimana dalam al-Quran.

"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?" [QS. Al- Fushshilat]

Dalam sejarah, Mukjizat mempunyai pengertian dan pengajaran yang penting kepada manusia. Dikaruniakan mukjizat Allah SWT kepada kita untuk dilihat sebagai tanda kebesaran dan kekuasaan Allah Maha Pencipta yang bertujuan menyadarkan manusia supaya kembali kepada ajaran-Nya. Kiranya benar Firman Allah SWT yang berbunyi, "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan ridho kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka". (Q.S. Al Baqoroh : 120).

"Lantas apa yang kita harus lakukan sekarang?"

"Pertama, mari kita perkuat aqidah kita. Dengan menjalankan Syariat-Nya dengan sebaik mungkin. Kedua, kita rapatkan barisan. Pererat ukhuwah. Saling bahu membahu kalau ada yang punya rizki lebih mari sumbangkan kepada lembaga yang kompeten untuk menyalurkannya kepada rakyat Palestina dan Lebanon. Bagi yang bergerak dimedia kita kampanyekan dukungan kita untuk rakyat Palestina dan Lebanon. Bagi yang sanggup berjihad, berjihadlah dijalan Allah SWT. Ketiga, Mari kita berdoa untuk para syahid dan bagi mereka para mujahid untuk selalu diberikan kekuatan oleh Allah untuk melawan Zionis Israel." Kata-kata itu parau, menambah ghiroh. Masjid sepi terasa ramai oleh doa-doa kami untuk para syahid dan para mujahid Palestina dan Lebanon.

Minggu, 30 Juli 2006

Tangga Menuju Kebahagiaan

Di dalam keluarga akan selalu hadir bagi mereka yang tahu dimana letak tangga sesungguhnya berada. Seringkali kita tersesat pada tangga semu dalam hidup ini. Gambaran mobil mewah, kekayaan yang melimpah, kedudukan bagai tangga fatamorgana yang justru menjauhkan diri kita menuju kebahagiaan. Allah SWT sudah memperingatkan kita dalam surah al-Anfal (8:63) “Law anfaqta ma fil ardhi jami’an ma allafta baina qulubihim” Walaupun kau belanjakan semua kekayaan yang berada dimuka bumi, kau tidak akan bisa mempersatukan hati mereka. Itu berarti bahwa tangga yang sesungguhnya untuk mencapai kebahagiaan bukanlah kondisi material namun lebih bersifat essensial.

Oleh sebab itu kondisi materi tidak bisa menjadi tolok ukur kebahagiaan dalam keluarga, ada keluarga yang sangat kaya raya bahagia, juga ada keluarga yang tidak punya justru menderita. Namun sebaliknya ada keluarga yang tidak berpunya namun sangat bahagia dan ada juga orang yang kaya raya justru menderita karena harta bendanya. Semua itu tergantung sejauhmana keluarga tersebut menemukan tangga kehidupan menuju kebahagiaan yang hakiki.

Dalam perjalanan hidup saya pencarian tangga menuju kebahagiaan seperti tak pernah henti sebagaimana halnya anda. Kali ini saya menawarkan pilihan tangga bagaimana dalam keluarga untuk bisa mencapai kebahagiaan.

Tangga pertama, “Man arofa nafsahu wa man arofa robbahu.” Kenalilah dirimu, maka engkau akan mengenal Tuhanmu. Mengenali diri berarti juga mengenali Tuhan. Kenapa mengenali diri berarti mengenali Tuhan? Mengenali diri diawali mengenali suara hati kita. Suara hati akan terdengar jika kita mampu mengendalikan hawa nafsu yang bagaikan kuda liar. Membiarkan tubuh dikendalikan hawa nafsu akan membuat tubuh menjadi sarang penyakit. Membiarkan jiwa dikendalikan hawa nafsu maka berbagai penyakit jiwa akan bersarang. Dengan mengendalikan hawa nafsu maka akan terdengar suara hati. Pada suara hati kita melihat Allah SWT sebagai tujuan akhir. “Wa ilallahi turja’ul umur” (Dan hanya pada Allah-lah dikembalikan segala urusan). SQ. Al-Baqoroh 2:210.

Tangga kedua, Belajarlah menerima diri sendiri. Ada cerita seorang istri yang bersuamikan ekspatriat. Suatu hari sang suami pulang ke Belanda. Tanpa seijin suaminya sang istri melakukan operasi plastik untuk memancungkan hidungnya. Begitu suaminya pulang dari Belanda melihat hidung istrinya yang berubah menjadi mancung membuat sang suami menjadi marah besar. Istri keheranan, kenapa suaminya marah. Kata suaminya, “saya itu mencintai kamu karena hidung kamu yang pesek itu.”

Dari cerita itu dapatlah kita petik bahwa menerima diri sendiri berarti menerima segala bentuk kekurangan dan kelebihan diri kita. Menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri berarti menemukan sinergi didalam diri sendiri sebab didalam diri itulah kita juga terdapat perbedaan.

Tangga ketiga, belajarlah memberi. Ada seorang kawan yang selalu berbuat baik kepada orang lain. Jika lagi tanggal tua gaji udah habis, dia malah mentraktir makan soto. Kawan saya itu mengatakan, jika ingin mendapatkan sesuatu belajarlah dengan memberi. Jika ingin kebahagiaan, berikanlah kebahagiaan itu pada orang lain. Jika kita ingin kebaikan berikanlah kebaikan itu kepada orang lain. Jika ingin kekayaan maka sering-seringlah bersedekah. Maka kita akan mendapatkan dari apa yang kita berikan pada orang lain.

Tangga keempat, temukanlah guru sejati kehidupan. Disekolah seringkali saya dipusingkan jika berhadapan dengan siswa yang suka pacaran disekolah, tidak ikut sholat jumat, datangnya suka terlambat rasanya tidak tahan menghadapinya, malah ada rekan pengajar yang mengatakan pada saya, “Kita harus bersyukur sebab dari merekalah kita sebenarnya menemukan guru sejati kita., kita bisa belajar sabar, ikhlas, dan membuat kita semakin memahami kehidupan.”
Dari ucapan sahabat tersebut maka makna yang bisa dipetik bahwa bersyukurlah kita jika memiliki istri yang sangat cerewet, atau suami yang susah diatur, murid yang bandel datangnya suka terlambat sebab dengan demikian kita akan menemukan guru sejati kehidupan. Dari sanalah kita bisa belajar makna kehidupan.

Tangga kelima, “baiti jannati.” rumahku adalah surgaku. Puncak tangga didalam keluarga menuju kebahagiaan adalah jika kita mampu menjadikan rumah sebagai surga. Rangkaian tangga menjadi diri sendiri, belajar menerima, belajar memberi dan menemukan guru sejati adalah rangkaian sikap kita untuk membangun rumah tangga kita menjadi surga pada semua anggota keluarga, baik suami, istri dan anak-anak. Dengan demikian pada tangga yang terakhir adalah menuju rumahku adalah surgaku. Lantas bagaimana dengan tangga kehidupan yang anda miliki?

Rabu, 26 Juli 2006

Biasanya Silaturrahmi

Identik dengan lebaran, terminal bus, stasiun kereta dan bahkan pelabuhan dan bandara dipenuhi oleh calon penumpang. Jalan raya pantura macet total menjelang hari lebaran. Mau kemana mereka, dan apa sebenarnya yang mereka cari ? Yah mereka mau mudik, mau pulang kampung. Apa yang mendorong mereka mau bersusah payah mudik lebaran ? Ada dua hal; pertama tradisi lebaran yang sudah ratusan tahun. Tradisi mempunyai kekuatan luar biasa dalam menggerakkan aktifitas sosial. Tradisi juga menjadi benteng dari nilai-nilai budaya. Kedua;Tradisi mudik menjadi lebih kuat karena di dalamnya ada nuansa agama, yaitu silaturrahmi. Manusia adalah makhluk sosial, oleh karena itu dorongan untuk bertemu keluarga dan teman-teman lama di kampung halaman berasal dari fitrah sosialnya. Bagi santri, mudik menjadi bernuansa religius karena silaturrahmi memang perintah agama.

Secara harfiah, silaturrahmi artinya menyambung persaudaraan atau menyambung tali kasih sayang. Agama melarang jotekan atau marahan. Suami isteri yang sedang marahan oleh agama ditolerir hanya selama tiga hari. Lebih dari tiga hari mereka diancam dengan dosa. Sebenarnya silaturrahmi tidak dibatasi oleh lebaran. Setiap saat kita dianjurkan untuk menebar salam, menebar silaturrahmi. Dengan silaturrahmi, fitnah bisa diredam, salah faham bisa terkoreksi, permusuhan bisa menurun.

Menurut hadis Nabi, siaturrahmi mengandung dua kebaikan, yaitu menambah umur dan menambah rizki. Yang dimaksud dengan nambah umur bukan tahunnya, tetapi maknanya. Ada orang yang umurnya pendek tapi maknanya panjang, sebaliknya ada orang yang umurnya panjang tetapi justeru tak bermakna. Silaturrahmi akan menambah makna umur kita karena di dalamnya ada unsur perkenalan, publikasi, belajar, apresiasi disamping rizki. Yang kedua silaturahmi bisa menambah rizki. Rizki dari silaturrahmi bisa bisa berupa uang, makanan, persaudaraan, jaringan, pekerjaan, jodoh, besanan, pengalaman, ilmu dan sebagainya. Rizki itu sendiri artinya semua hal yang berfaedah (kullu ma yustafadu). Uang yang kita terima menjadi rizki jika ia membawa faedah. Kenaikan pangkat menjadi rizki jika membawa faedah. Isteri atau suami adalah rizki jika membawa faedah. Jika kesemuanya itu tidak membawa faedah meski jumlahnya banyak, maka itu bukan rizki, tetapi bencana. Betapa banyak orang ketika penghasilannya pas-pasan hidupnya berbahagia dengan anak isterinya, tetapi ketika naik pangkat dan penghasilannya besar justeru kelakuannya menjadi berubah dan akhirnya keluarganya menjadi berantakan. Nah naik pangkat dan uang banyak itu ternyata belum tentu menjadi rizki keluarga, sebaliknya malah menjadi bencana baginya.

Lalu bagaimana caranya bersilaturahmi ? ada empat cara . Pertama dengan kirim salam. Kedua bisa dengan kirim sms atau surat, surat biasa atau email. Ketiga berkunjung, bertatap muka. Ke empat, meski tidak ketemu muka tetapi jika bingkisannya nyampai, weselnya nyampai, itu juga silaturrahmi. Nah yang paling sempurna adalah gabungan dari empat cara itu; jauh-jauh sudah kirim salam, kemudian disusul surat atau telpon bahwa akan mudik, tolong di jemput di stasiun, ketiga benar-benar mudik sekaligus membawa tentengan.