Selasa, 29 Agustus 2006

Doa Ibu

Rizki sedikit atau banyak tentulah patut disyukuri. Hal itu juga saya alami ketika saya mendapatkan rizki lebih. Saya berkeinginan membagi dengan keluarga juga bapak dan ibu saya.

Bapak mengingatkan apa yang terjadi pada diri saya hari ini, rizki dan kemudahan itu bukan sekadar usaha saya pribadi. “Terus usaha siapa lagi pak?” Tanya saya. “Selain usaha dirimu, juga ada peran doa ibu.” Jawab bapak. “Setiap malam saya menyaksikan ibumu berdoa buat dirimu agar diberikan rizki yang halal dan kemudahan didalam pekerjaan.”

Senin, 28 Agustus 2006

Macet Itu Asyik loh..

Kalau ingin wisata kemacetan cobalah berkeliling kota Jakarta. Apa lagi yang tinggal di Ciledug. Yang namanya macet hampir jadi makanan sehari-hari. Tidak mengenal pagi, siang, sore atau malam macet bisa dijumpai dimanapun. Selain macet bisa membuat stress juga membuat pusing tujuh keliling dari hari-hari tanggal tua.

Pernah saya mengeluh paada istri bagaimana macetnya diperjalanan menuju ke kantor. Katanya, “Mas, obatnya macet adalah berzikir. Selain mengobati stress dan pusing tujuh keliling juga mendapat pahala lho.”

Sejak itu ketika saya ditengah kemacetan, waktu saya gunakan sebaik mungkin untuk berzikir, ternyata asyik juga ya…

Kecelakaan Itu Membuatnya Tersadar

Setiap orang pernah mengalami kecelakaan, entah kecelakaan kecil seperti jari yang ke iris pisau atau kecelakaan yang bisa berakibat fatal. Seringkali kecelakaan mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dan membuat cara pandang hidup seseorang berubah, cara perilaku, cara bertutur bahkan cara menyikapi hidup-pun juga berubah.

Ada seorang teman, seorang pengajar yang sangat cerdas dan rasional. Mampu mematahkan setiap argumentasi lawan diskusinya ketika berdebat. Pernah salahsatu mahasiswanya kesal sampai mengejar-ngejarnya ditengah diskusi yang belum selesai. Setiap apapun yang berbau metafisik ditolaknya. Dan banyak mahasiswa yang terkagum-kagum padanya.

Pada suatu hari selesai mengajar, entah datangnya darimana ada motor melaju dengan kencang dan menabraknya. Selama 40 hari dirinya tidak sadarkan diri. Dalam kondisi koma. Ditengah kondisi koma itulah, kawan saya bertutur bahwa dia melihat dua malaikat sedang berbincang. “bagaimana yakin itu malaikat?” tanya saya. Katanya dia mendengarkan percakapan dua orang itu. Satunya mengatakan bahwa dirinya sudah saatnya meninggal dunia. Kata yang kedua, jangan sekarang..beri dia kesempatan untuk bertobat.

Saya tak percaya dia menceritakan semuanya itu dengan serius. Saya sempat berfikir bahwa dia bercanda. “Tidak, saya tidak bercanda”. Sanggahnya. “Setelah itu saya baru bangun tersadar dan saya mendengarkan dua malaikat berbincang rasanya sebentar itu selama 40 hari.” Begitulah katanya

Sejak kecelakaan itu saya melihat banyak hal yang dalam dirinya telah berubah. Saya sempat merenung sejenak peristiwa itu dan bertanya, apakah setiap kesadaran hadir mesti melalui kecelakaan terlebih dahulu ya?

Di Matanya Tidak Ada Orang Jahat

Pada satu kesempatan saya diajak teman mendengar pengajian disalahsatu mushola diperkantoran. Sang penceramah menceritakan tentang kemuliaan hati orang-orang yang sholeh dan dirinya hampir setiap hari berjumpa dengan orang-orang seperti itu. Ceramahnya cukup penyejukkan dikala siang panas menyengat . Di sesi berikutnya pengajian dilanjutkan sesi tanya jawab.

Ada anak muda yang penuh semangat bahwa kondisi negara sekarang ini sedang gawat, harga melambung tinggi, banyaknya pengangguran. Hal itu disebabkan oleh pemimpin yang korup.

Sang penceramah itu mengatakan, memang ada pemimpin yang korup tapi masih banyak pemimpin yang amanah, buktinya anda yang sampai sekarang masih bisa bekerja dengan baik, kita masih bisa mengadakan pengajian hari ini, itu semua hasil dari pemimpin yang amanah.

Teman yang duduk sebelah menyikut tangan saya sambil mengatakan, “hebat juga ustadz ini, dimatanya tidak ada orang yang jahat dimuka bumi ya..”

“Sebaiknya kita memang harus begitu kan?” jawab saya.

Minggu, 27 Agustus 2006

Mudahnya Bahagia

Di Labschool Cinere saya memiliki seorang teman, baik, ramah dan mudah senyum. Selain itu selalu dia orang yang sangat susah menderita, buat saya itu hal yang agak mengherankan ditengah kesibukan sebagai wakil kepala sekolah SMP Labschool Cinere pasti melelahkan dan memusingkan. Toh, masih sempat-sempatnya bercanda mulai dari satpam sampai siswa. Saya biasanya memanggilnya Pak Budi.

Ditengah keheranan terhadap Pak Budi saya berkesempatan bertanya padanya, “apa sih yang membuat pak budi begitu mudah bahagia?” Pak Budi menjawabnya, “Yang membuat saya bahagia adalah ketika melihat orang lain bahagia.”

Wah, ternyata menggapai kebahagiaan itu sangat mudahnya, pikir saya. Lantas bagaimana anda menggapai kebahagiaan?

Senin, 21 Agustus 2006

Awal Pencerahan

Pencerahan berfikir pada setiap orang tentunya berbeda. Ada yang sehabis membaca buku, ada yang dengan diskusi atau ada sehabis pulang ikut kursus. Demikian halnya dengan saya, pencerahan bisa saya dapatkan dimana-mana, membaca buku, ngobrol dengan istri bahkan bertemu dengan pengamen dijalanan sekalipun. Tapi awal sekali pencerahan dalam hidup saya terjadi justru satu peristiwa dengan bapak.

Saya ingat waktu itu hari raya idul adha, sehabis pulang sekolah saya menceritakannya pada bapak bahwa di depan Kodim (Komandan Distrik Militer) Tulung Agung sedang dibagikan daging korban. Saya bertanya pada bapak, apakah boleh saya ikut mengantri untuk mendapatkan daging korban itu. Bapak saya mengatakan, "kita boleh miskin tapi jiwa kita kaya." Setelah itu bapak mengajak saya pergi ke pasar membeli daging kambing. Hari itu kami sekeluarga sedang berpesta dengan menyantap daging kambing yang baru kami beli. Itulah awal pencerahan dalam hidup saya. Bagaimana awal pencerahan hidup anda?

Rabu, 16 Agustus 2006

Seperti melihat Bidadari

“Hampir tiap hari saya melihat wajah bidadari” Begitulah ucap seorang teman. Yang saya tahu dulunya dia beranggapan Hidup ini adalah penderitaan sedangkan perkawinan adalah lembaga pelanggengan penderitaan. Dia berfikir dengan perkawinan, penderitaannya menjadi berakhir. Yang terjadi malah sebaliknya makin hari penderitaanya bertambah. Mulai dari Istrinya cerewet, banyak nuntut, suka bentak. Makin menderita deh gue. Katanya.

Pandangan itu berubah Sampai pada suatu ketika dirinya menyaksikan sepasang kakek nenek sedang ada direstoran yang memesan satu paket makan dan minum. Dia berniat membelikan satu paket lagi namun ditolak oleh kakek itu dengan alasan mereka selalu satu untuk berdua. “bagaimana kakek bisa melewati penderitaan sepanjang hidup bersama nenek selama itu? Tanyanya. Kakek itu menjawab, “perkawinan kami indah, seindah kehidupan di surga sehingga kami bisa melewati semua penderitaan selama 50 tahun dan dia adalah bidadari saya.” Sambil menunjuk sang nenek. Mendengar jawaban sang kakek wajah nenek keliatan berseri-seri.

Katanya, Sejak itu kalo istri saya sedang ngomel-ngomel, banyak nuntut, bentak-bentak. Marah-marah. Saya seperti melihat bidadari sedang mengajak bermain ditaman firdausy. Hasilnya keributan terhindarkan, solusi ditemukan, masalah terjawab. Kemudian rumah tangga makin harmonis.

Mendengarnya seolah saya tak percaya, masa sih melihat bidadari? Apa anda pernah melihat bidadari dirumah?

Selasa, 15 Agustus 2006

Bersedekahlah Tiap Hari

Dirumah saya tinggal biasanya tiap ba’da maghrib selalu digunakan untuk mengaji anak-anak. Pengajian ditempat kami disebutnya pengajian Mutiara Salafiyah. Maksudnya sih, pengajian mutiara tradisi. Selain anak-anak ngaji biasanya suka ada yang bertandang sekedar untuk berdiskusi agama atau ngobrol ringan seputar kehidupan sehari-hari. Berbincang banyak hal rupanya keasyikan tersendiri bagi bapak saya, apa lagi jika berbincangnya soal agama, bisa sampai larut malam.

Pernah pada suatu hari bapak kedatangan tamu pindahan dari kampung sebelah. Seorang karyawan perusahaan. Dia mengeluh karena dirinya dililit hutang. Dan dia bertanya bagaimana agar dirinya terlepas lilitan hutang. Bapak menjawabnya, “supaya adek terlepas dari lilitan hutang, pada setiap hari jumat bersedekahlah pada orang yang kekurangan.” Tak terasa waktu sudah larut malam. Tamunya berpamitan.

Tak sampai satu bulan tamu tersebut kembali lagi, bersama istrinya dia mengucapkan banyak terima kasih pada bapak. Dia mengatakan bahwa dirinya bukan hanya terbebas dari lilitan hutang tapi juga bisa beli rumah. “Oh ya.” Kata bapak terperangah. “Kalau begitu mulai hari ini anda harus bersedekah tiap hari supaya tidak terlilit hutang lagi.” Kata bapak selanjutnya dan kali ini tamunya yang terperangah mendengarnya.

Senin, 14 Agustus 2006

Tidak Semua Penyakit Ada Dibuku

Begitulah seorang teman yang berprofesi sebagai dokter. Dia bercerita bahwa dirinya pernah dibuat pusing menangani pasien yang sudah 40 hari koma pasca operasi, tak sadarkan diri. Semua bukunya dibuka kembali. Semua profesor diberbagai bidang penyakit diajaknya konsultasi. Namun tak juga ketemu jawabannya.

Sampai suatu ketika dia melihat seorang ibu tua menengok sang pasien. Tak selang lama beberapa hari pasiennya siuman dari koma, terdasarkan diri dan tak lama kesehatannya berangsur pulih. Dokter tersebut keheranan, bagaimana mungkin dari tak sadarkan diri selama 40 hari bisa pulih kurang dari satu minggu hanya karena ditengok seorang ibu tua.

Dia beranikan diri bertanya pada istri pasien yang waktu itu menungguinya. Kata istrinya, ibu tua itu adalah ibu sang pasien. Sewaktu menengok itu ibunya berkata bahwa dirinya hari ini sudah memaafkan semua kesalahan anaknya. Setelah ibunya pergi, suaminya mulai sadarkan diri.

Minggu, 13 Agustus 2006

Ubahlah Bencimu Menjadi Cinta

Berteman dengan siapapun buat saya adalah sesuatu yang menggembirakan. Banyak mutiara hikmah yang berserakan dimanapun justru yang muncul dari orang-orang yang sederhana. Salah satunya penjual sate ayam. Awalnya saya mengenalnya dibulan suci ramadhan beberapa tahun yang lalu. Orang Madura ini baik dan ramah. Itulah yang membuat dagangan satenya menjadi ramai.

Pada suatu hari dia bertutur bahwa pada saat bulan tertentu seperti bulan ramadhan dirinya bisa kuwalahan melayani pembeli. Sampai dia mengajak sanak saudaranya ikut membantunya berjualan, termasuk bapaknya sendiri. Katanya, pada satu sore para sudah banyak pembeli yang mengantri. Bapak dan saudara-saudara sibuk melayani sementara dirinya pulang untuk mengambil lontong dan sate ayam dirumah. Sekembali ke warung dan pembeli sudah mulai berkurang. Adzan maghrib berkumandang. Sang bapak menghampiri dirinya dan mengatakan kalau kotak uang penjualan hari ini telah hilang diambil orang. Sebagai gantinya bapaknya bersedia bekerja selama ramadhan tidak usah digaji.

Hari telah berlalu, seminggu kemudian. Abis jelang adzan maghrib ada seorang pemuda pesan sate ayam beserta lontong. Bapaknya langsung melayaninya. Orang itu dilayani dengan istimewa, membuat anaknya menjadi heran, kenapa bapak memperlakukan dia sangat istimewa. Mulai dari membakarkan sate, menyiapkan lontongnya, teh hangatnya dengan sangat ramahnya.

“Bapak, siapakah dia? Kenapa bapak melayani dengan sangat istimewa? Apa dia pejabat kelurahan?” Katanya penuh keheranan.

“Bukan. Dia adalah yang mengambil kotak uangmu tempo hari.” Jawab bapaknya. Mendengar jawaban bapak seperti itu rasanya darah saya mendidih. Pengen rasanya saya luapkan amarah saya pada orang itu. Tapi bapak saya mencegahnya dengan mengatakan. “Jangan kamu luapkan amarahmu. Dia adalah guru sejatimu sebab dari dialah, dirimu bisa belajar mengubah bencimu menjadi Cinta.”

Saya dibuat tertegun mendengar tutur katanya. Sayapun sempat bertanya dalam hati, Mengubah benci menjadi cinta? Apakah mungkin? Bagaimana menurut anda?

Senin, 07 Agustus 2006

Setiap Di Masjid

Saya selalu memperhatikan setiap aktifitas orang yang ada di dalam masjid, ada sholat sunah dengan khusyu' banget, ada yang berdoa dari dhuhur sampe ashar. Ada juga yang berdoanya sambil menangis.

Tentunya itu semua aktifitas seorang hamba memohon kepada Allah SWT.
ada lima model hubungan hamba dengan Allah SWT. Pertama model hubungan budak dan tuan. Budak selalu takut kepada tuannya karena ia merasa telah tidak memiliki diri sendiri karena sudah dimiliki tuannya tu, yang dengan itu mudah dijadikan kambing hitam atas semua kegagalan. Orang tipe ini memandang Tuhan sebagai Yang Maha Galak dan Suka menghukum (syadid al `iqab dan dzu intiqam), oleh karena itu beribadah baginya adalah untukan mencari selamat. Kedua model kuli dan majikan. Kuli hanya punya dimensi mingguan, lebih dari itu artinya adalah kegagalan. Kuli tak pernah sanggup berfikir memperoleh rapelan. Jika upah seminggu tidak dibayar majikan maka ia berubah dari hormat menjadi galak. Tipe orang seperti ini jika merasa doanya tidak dikabulkan Allah SWT maka ia marah dengan sekaligus tidak mau lagi menjalankan ibadah, karena diangap percuma. Ketiga model pedagang dan pembeli. Pedagang akan memperlakukan pembeli sebagai raja manakala ia dapat membayangkan keuntungan yang besar dari transaksinya. Jika tidak maka ia merasa tidak perlu menghormatinya. Tipe orang seperti ini dalam beribadah selalu memperhitungkan pahala. Oleh kalo pas bulan Ramadlan yang dianggap penuh berkah itu ia dapat menjalankan berbagai paket ibadah dalam jumlah besar, karena membayangkan pahalanya yang berlipat-lipat. Selanjutnya di luar Ramadlan ia menjadi sangat biasa dan bahkan agak malas, karena transaksi pahalanya bertarip wajar. Keempat model hubungan orang yang berhutang budi kepada orang yang berjasa. Kata orang, hutang budi dibawa mati, oleh karena itu bagi orang yang berhutang budi rasanya ia tak dapat melunasi hutangnya dengan cara apapun. Orang tipe ini didorong oleh rasa syukurnya kepada Tuhan dalam beribadah kepada Nya merasa segalanya tak cukup karena merasakan betapa besarnya anugerah Allah SWT kepada dirinya. Kelima, model orang yang jatuh cinta kepada kekasihnya. Bagi orang yang sedang mabuk kepayang, penderitaan terasa indah, yang berat terasa ringan, yang dingin terasa hangat, dan yang panas terasa dingin. Orang tipe ini merasakan betapa nikmatnya beribadah kepada Allah SWT meski harus melalui kesulitan demi kesulitan.

Kamis, 03 Agustus 2006

Gempa Beberapa Waktu Yang Lalu

Jakarta pernah terjadi gempa, di Labschool Cinere anak-anak sekolah berhamburan keluar ketakutan, ada yang berteriak-teriak. Ada yang sembunyi ke kamar mandi. Ada yang ngumpet dibawah bangku. Hal itu terjadi secara spontan bagi para siswa.

Pada satu kesempatan kami berkumpul dengan para siswa untuk mendiskusikan fenomena gempa dan respon ketika terjadinya gempa. Ada yang berpendapat bahwa gempa itu adalah azab yang datang dari Tuhan karena banyak hambaNya yang lalai. Ada juga yang berpendapat bahwa gempa itu adalah kejadian alam karena adanya gesekan lempengan bumi. Lantas bagaimana respon kita?

Masing-masing siswa juga berpendapat berbeda, ada yang mengatakan kita berdoa saja pak. Ada juga yang berpendapat kita berlindung dibawah meja. Wah, kalo saya sih ngumpet aja dikantin bisa sambil makan. Kata salahsatunya. Gerr, semuanya tertawa mendengar ucapan polos itu.

Setelah selesai, kami jelaskan kepada para siswa bahwa gempa bumi itu adalah kejadian alam karena gesekan lempengan bumi. Gempa bisa juga diartikan sebagai azab dari Allah bagi orang yang lalai tapi bagi orang yang beriman gempa adalah mukjizat yang datang dari Allah SWT agar memperkokoh iman kita betapa Maha BesarNya Allah SWT. Yang perlu kita lakukan disaat gempa adalah tenangkan hati. Berdoa kepada Allah Mohon keselamatan dan ampunan sambil kita berikhtiar menyelamatkan diri. Tidak perlu ketakutan, apalagi berteriak-teriak. Berlarian, hanya akan membuat kepanikan.

Gempa pada kejadian berikutnya, alhamdulillah para siswa sudah tidak ada kepanikan, tidak ada teriakan, hanya ada satu dua yang keluar kelas. Bahkan ada yang satu kelas meneruskan tetap belajar.

Selasa, 01 Agustus 2006

Berjalan Kaki

Merupakan kegiatan yang amat menyenangkan buat saya ketika hendak berangkat ke kantor. Sehabis sholat subuh, bermain sejenak dengan Hana setelah itu sarapan sambil menonton berita. Berangkat ke kantor dipagi hari berjalan kaki dengan diantar anak dan istri bertegur sapa dengan tetangga. Oleh sebab itu berjalan kaki terasa lebih bermakna sebagai silaturahmi. Sedangkan silaturahmi, menurut ajaran Nabi Muhammad SAW ada dua manfaat. Pertama, memanjangkan usia dan yang kedua menambah rizki.

Berjalan kaki buat saya sebuah aktifitas yang murah dan menyenangkan. Kemana-mana jalan kaki, naik angkot karena memang tidak punya kendaraan, sepeda motor atau mobil.

Pernah suatu ketika saya berbincang dengan “Gondrong” Si penjual bubur, dengan bangganya dia bercerita bahwa dirinya selama 15 tahun berjalan kaki kalau pergi ke pasar atau berjualan bubur. Katanya, berjalan kaki adalah sebagai bentuk rasa syukur karena Allah SWT telah memberinya “kekayaan” dengan wujud kaki yang kuat, yang lebih berharga dari kendaraan bermotor jenis apapun. Sejauh apapun kita jalan, kita tidak akan terasa lelah melainkan kaki bertambah kuat, badan menjadi sehat. Begitulah katanya.

Amatlah sederhana yang diucapkan “Gondrong” Si penjual bubur dengan menyebut kaki sebagai “kekayaan” yang tak ternilai harganya. Seringkali kaki diabaikan dan disepelekan begitu kehadiran kekayaan dengan wujud kendaraan membuat kita menjadi enggan dan malas berjalan kaki. Tubuh menolak, berjalan sedikitpun kaki terasa menjadi kesemutan. “Ah, buat apa berjalan kaki. Udah ada tukang ojek ini. Nyapek2in aja jalan kaki.” Begitulah kata saya pada istri kalau pas lagi malasnya datang.

Sungguh betapa sulitnya mendidik diri sendiri. Berjalan kaki buat saya bukan hanya sekedar karena tidak punya motor atau mobil, biar kuat ataupun sehat tapi juga sebagai upaya mendidik diri sendiri agar senantiasa mensyukuri nikmat apa yang oleh Allah SWT telah berikan.

Lantas bagaimana dengan anda? Masih berminatkah jalan kaki

Doa Untuk Para Syahid Dan Mujahid di Palestina dan Lebanon

Hampir dua minggu ini diskusi kebiadaban Israel terhadap kaum Muslimin di Palestina dan Lebanon hampir mengiris hati kemanusiaan, dirumah, tetangga, masjid, disekolah, diruang kantin. Tragedi kemanusiaan yang amat sangat memilukan semua orang yang memiliki hati nurani pasti mengutuk Israel yang telah menelan korban 750 orang lebih.

Pada satu kesempatan dimasjid diskusi ringan dengan beberapa teman. Ada salah seorang bertanya, "Apakah serangan Israel ke Palestina dan Lebanon yang menewaskan banyak orang itu bertanda Allah SWT telah menurunkan azab buat kaum muslimin?" Diantara kami ada yang menjawabnya bahwa itu bukanlah azab melainkan Mukjizat-Nya sebagai wujud rasa cinta-Nya kepada kaum Muslimin. Firman Allah SWT sebagaimana dalam al-Quran.

"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?" [QS. Al- Fushshilat]

Dalam sejarah, Mukjizat mempunyai pengertian dan pengajaran yang penting kepada manusia. Dikaruniakan mukjizat Allah SWT kepada kita untuk dilihat sebagai tanda kebesaran dan kekuasaan Allah Maha Pencipta yang bertujuan menyadarkan manusia supaya kembali kepada ajaran-Nya. Kiranya benar Firman Allah SWT yang berbunyi, "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan ridho kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka". (Q.S. Al Baqoroh : 120).

"Lantas apa yang kita harus lakukan sekarang?"

"Pertama, mari kita perkuat aqidah kita. Dengan menjalankan Syariat-Nya dengan sebaik mungkin. Kedua, kita rapatkan barisan. Pererat ukhuwah. Saling bahu membahu kalau ada yang punya rizki lebih mari sumbangkan kepada lembaga yang kompeten untuk menyalurkannya kepada rakyat Palestina dan Lebanon. Bagi yang bergerak dimedia kita kampanyekan dukungan kita untuk rakyat Palestina dan Lebanon. Bagi yang sanggup berjihad, berjihadlah dijalan Allah SWT. Ketiga, Mari kita berdoa untuk para syahid dan bagi mereka para mujahid untuk selalu diberikan kekuatan oleh Allah untuk melawan Zionis Israel." Kata-kata itu parau, menambah ghiroh. Masjid sepi terasa ramai oleh doa-doa kami untuk para syahid dan para mujahid Palestina dan Lebanon.