Senin, 30 Juli 2007

Topeng

Pagi itu Hana minta dibelikan topeng. Topeng yang dimana anak-anak yang lainnya juga banyak yang memakai. Hana paling suka topeng spiderman. Sama seperti halnya orang-orang dewasa yang banyak memakai topeng dalam kehidupan sehari-hari. Yang tanpa topeng itu tidak akan memiliki kepercayaan dirinya.

Orang tua, guru, politisi, pemimpin dengan topengnya berusaha melanggengkan otoritasnya. Otoritas itu yang membuat mereka merasa diri paling berkuasa. Jangan pernah bertanya, jangan pernah mengkritik, jangan pernah menggugat. Pokoknya dengarkan dan laksanakan, begitulah kata mereka.

Disaat Hana hendak memakaikan saya topeng. Ibunya setengah meledek dengan mengatakan. “Ayah, copot dulu topengnya..”

Pahala

Satu sore ada salah satu murid ngaji datang ke rumah mengantar seloyang kue, katanya disuruh mamah mengantar kue buat dedek hana. Kata istri saya kemaren ada yang mengantar telur ayam kampung, ikan lele dan ada juga yang ngasih amplop. “Sebenarnya saya sudah bilang ke anak-anak, ngajinya nggak usah bayar. Mereka sudah mau mengaji aja saya sudah seneng.” Ucap istri saya.

Saya katakan pada istri saya, “Mereka sebenarnya memang tidak memberi apa-apa. Barangkali itu pahala buat dirimu yang sudah mengajar mengaji anak-anak itu.”

Senyum & Sapaan

Mengawali hidup di pagi hari dengan satu senyuman dan menyapa orang- orang yang anda temui sama dengan badai yang mampu memporakporandakan segala duka dan penderitaan.

Sebab satu senyuman dan sapaan yang tulus adalah perbuatan kecil namun membawa kebahagiaan yang besar bagi orang lain yang telah anda temui dan orang-orang yang sudah tertular virus kebahagiaan dari anda, juga akan mempengaruhi orang-orang yang dijumpainya agar turut
bahagia.

Jadi, tunggu apa lagi..senyum dan sapalah orang-orang yang anda temui dipagi hari ini..

Kunci Kebahagiaan

Terkadang sebelum berangkat jika istri tidak memasak saya suka makan nasi uduk dipojok. Pagi itu saya makan nasi uduk. Disebelah saya ada tukang ojek usianya hampir enam puluh tahun. Dia bertutur untuk hidup bahagia itu mudah. “apa itu pak..”tanya saya.

“Kunci hidup bahagia itu mudah, asal kita tahu cara menikmati hidup maka selamanya kita akan bahagia. Jika saatnya lapar, kita bisa merasakan nikmatnya makan. Jika saatnya capek kita bisa merasakan nikmatnya istirahat. Jika kita beribadah, kita bisa merasakan nikmatnya sholat.” Kata tukang ojek itu sambil minum teh pahit. Sementara saya menikmati nasi uduk.

Ternyata benar, sungguh bahagianya hidup saya bisa merasakan nikmatnya makan nasi uduk di pagi hari.

Dikirain Kondangan

Sore itu saya, istri dan Hana naik motor jalan-jalan. Saking asyiknya kami naik motor, kami baru tersadar bahwa jalan yang kami lalui ada pesta kawinan. Istri saya turun dan menyalami setiap orang yang berdiri sambil mengucapkan “Permisi pak..” Orang-orang itu mengira kami adalah tamu yang hendak kondangan.

Tak jauh saya menunggu, istri saya kemudian naik lagi. Saya katakan sebaiknya kita kondangan aja. Istri saya malah mencubit pinggang saya sambil mengatakan, “udah jalan..” Kemudian Motor melaju kencang. Dari kejauhan lagu qasidah mengalun, “Sungguh senangnya penganten baru..sa.lalala..

Penyesalan

Di Minggu pagi rumah kami kedatangan tamu yang singgah. Sepasang suami istri terpelajar. Sang istri bertutur dengan berlinangan air mata. Mereka berdua bekerja selama dua puluh tahun untuk masa depan anak-anaknya. Katanya, “Bagaimana saya tidak kaget, anak saya yang pertama. Saya kira kuliah dengan benar malah tidak tahunya, tidak pernah kuliah dan pemakai narkoba. Apa lagi yang bontot, malah lebih parah lagi.”

“Terus apa yang bapak ibu lakukan sekarang?”tanya saya. “Kami berdua memutuskan untuk tidak bekerja. Demi masa depan mereka berdua, kami akan menjaga & mendidik mereka dengan benar.” Kata bapak dan istrinya mengiyakan.

Wajah mereka nampak penuh penyesalan. Saya bisa merasakan kedukaan mereka yang teramat dalam. Tak berapa istri saya menghidangkan teh manis. Hana sedang asyik mencoret-coret buku tulisnya.

Minggu, 29 Juli 2007

Penjual Salak

Satu hari rumah kami ada ibu setengah baya membawa sekeranjang buah salak. Penjual salak itu menawarkan pada istri saya dengan harga 8 ribu rupiah per kilonya. “Bagaimana kalo lima ribu aja bu, boleh nggak?” tawar istri saya.

Ibu penjual salak itu mengiyakan tapi dengan satu syarat, dia meminta baju bekas pakai istri saya. Istri saya menyepakati penawaran itu dan akhirnya satu kilo buah salak dibayar dengan lima ribu rupiah plus satu baju layak pakai. Ibu penjual salak itu nampak gembira menerima lima ribu rupiah dan mendapatkan baju layak pakai dari istri saya.

Senyum & Sapaan

Mengawali hidup di pagi hari dengan satu senyuman dan menyapa orang-orang yang anda temui sama dengan badai yang mampu memporakporandakan segala duka dan penderitaan.

Sebab satu senyuman dan sapaan yang tulus adalah perbuatan kecil namun membawa kebahagiaan yang besar bagi orang lain yang telah anda temui dan orang-orang yang sudah tertular virus kebahagiaan dari anda, juga akan mempengaruhi orang-orang yang dijumpainya agar turut bahagia.

Jadi, tunggu apa lagi..senyum dan sapalah orang-orang yang anda temui dipagi hari ini..

Kamis, 26 Juli 2007

Malam Semakin Larut

Malam Semakin Larut

Udara dingin terasa menusuk. Malam menunjuk jam 11. Saya berjalan kaki menuju warung penjual jamu. Sebenarnya hal yang tidak biasa minum jamu. Beberapa waktu lalu jatuh naik motor. Badan masih juga sakit. Diwarung penjual jamu nampak sepi. hanya terlihat perempuan muda bermek-ap tebal, wajahnya pucat dengan mengenakan celana jin. Saya memesan jamu pegel linu.

Terdengar suara, “apa kabar Kak Agus?” Saya memperhatikan suara itu. Jantung terasa berhenti berdetak. Perempuan muda ternyata saya mengenalinya. Wajahnya tak asing buat saya. “alhamdulillah, baik. Lagi ngapain?” kata saya. “Nunggu temen. Kak” Jawabnya. Tak begitu lama, temannya lelaki datang. Dia minta ijin pamit. Saya mengangguk.

Bersama perginya. Saya teringat beberapa tahun lalu, pada wajah gadis kecil berlari sambil menghampiri saya, “Kak Agus, nanti kalo aku udah besar. Mau jadi guru ngaji kayak Kak Agus..” Ingatan itu membuat hati bagai teriris.

Jamu disuguhkan, setelah minum jamu. saya bergegas pulang.

Senin, 23 Juli 2007

Sugesti

Setiap ucapan selalu menjadi sugesti bagi yang mendengarkannya. Oleh sebab itu ketika kita menengok orang yang sedang sakit kita dilarang berkomentar sesuatu yang tidak baik atau membuat pikirannya menjadi tertekan, hal ini sama bagi dokter yang tidak boleh menceritakan apa yang diderita pasiennya sebagaimana adanya.

Pernah ada teman yang bertutur, satu hari ada kerabatnya sedang sakit. Kemudian ditengokin oleh tetangganya. Ditengah bezuk tetangga berkomentar. “eh, jeng. Kemaren ponakanku sakit kayak gini. Tiga hari kemudian meninggal loh..” Nggak lama si sakit kejang-kejang. Untung bisa diselamatkan.

Barangkali kalo kita sedang bezuk, memang harus berhati-hati bicara..

Sakit Juga anugerah

Sehat itu anugerah, sakit juga anugerah. Tanpa adanya sakit kita tidak akan pernah tahu betapa nikmatnya sehat. Pernah saya bertemu dengan seseorang yang sakit berat, setiap kali batuk selalu muntah darah. Dokterpun sudah angkat tangan.

Sampai satu hari saya menjumpainya sakitnya sudah berangsur-angsur pulih. Saya tanyakan padanya terapi apa yang dilakukan yang membuatnya pulih kembali. Katanya, Jika sakit dianggap anugerah, maka yang ada pasrah dan berserah diri, kemudian menikmati sakit itu sendiri. Itulah yang membuatnya sembuh.

Penemu Bolam

Dipengajian biasanya selain mengajar mengaji saya juga suka bercerita tentang Nabi Nuh, nasrudin Hoja bahkan terkadang tentang riwayat hidup Thomas alfa Edison. Pernah pada satu malam saya bertanya pada anak-anak pengajian. “anak-anak siapa penemu bolam?”

Ada seorang anak baru kelas satu SD angkat tangan, sambil menjawab. “Saya kemaren menemukan bolam dikelas Kak.” “O..Idin ya yang menemukan bolam dikelas..ya tepuk tangan Idin yang menemukan bolam.”

Anak-anak menjawab apapun boleh, dulu kita juga pernah menjadi anak-anak..

Pelupa

Pernah saya punya tetangga yang memiliki sifat pelupa yang minta ampun. Apa lagi pelupanya bisa dimana saja dan kapan saja. Misalnya naruh kunci, dia lupa naruhnya. Naruh duit, dia lupa dimana dompetnya. Mungkin juga kalo lemari tidak sebesar itu mungkin juga dia juga bisa lupa dimana lemarinya berada.

Tapi setiap kali dia sholat selalu saja kemudian dia ingat dia menaruh kunci, dompet dan semua yang dia lupa. Jadi kalo pas dia lagi lupa naruh sesuatu. Suami pasti udah berteriak, “udah sholat aja dulu..” Biasanya setelah itu dia baru ingat dimana dia naruhnya.

Apakah anda juga pelupa? Dan juga punya cara untuk mengingatnya? Yuk berbagi cerita..

Pertanyaan Seorang Teman

Mungkin karena seringnya saya posting dimilis. Ada seorang teman kirim email dan bertanya, Pak agus kerjaannya tiap hari email-emailan ya. Saya kemudian menjawabnya, Benar. Saya digaji untuk mengirim email.

Salah satu alasan ketika saya menerima tawaran untuk pekerjaan sekarang ini adalah mengirimkan email ke milis dengan satu tujuan. Menyebarkan virus kebahagiaan didalam hidup semua orang yang membaca tulisan saya.

Saya berharap anda adalah orang yang berbahagia hari ini..

Kawan Lama

Setiap Minggu malam, didepan saya tinggal selalu ada pasar kaget. Pasar yang ramenya cuman setiap Minggu malam. Disaat saya sedang berjalan sekdar menikmati keramaian pasar kaget saya bertemu dengan seorang kawan lama. Ada satu hal yang tidak berubah dari kawan lama ini. Wajahnya selalu nampak gembira.

Malam itu kami sempat berbincang banyak. Saya sempat tanyakan kenapa wajahnya selalu nampak gembira dari dulu tidak pernah berubah. Dia katakan, “Mas, kegembiraan adalah terapi hidup sehat yang paling mudah didapatkan.”

Sudahkah hari ini anda bergembira?

Imajinasi

Awalnya saya tidak mengerti, apa maksudnya Hana. Hana mengulurkan tangannya menyuapi saya. Ternyata didepan Hana duduk ada majalah resep masakan ibunya. Setelah beberapa kali Hana menyuapi saya. Terdengar suara nyam, nyam, nyam dari mulut mungil Hana.

Rupanya saya baru menyadari imajinasi Hana sedang tumbuh berkembang, dalam bermain Hana sedang belajar memahami rasa. Sebab tanpa imajinasi orang tua seperti saya juga bisa kehilangan rasa nikmatnya dalam sebuah masakan.

Bagaimana dengan hidangan anda makan siang hari ini? Cukup nikmat bukan?

Workholic

Masuk kantor pada hari-hari kerja adalah hal yang biasa, tapi jika pada hari libur anda pergi ke kantor ini baru luar biasa. Sama seperti halnya hari minggu lalu. Ada seorang teman yang menelpon saya dan mengabari bahwa dirinya sekarang ada didepan kantor dan dia baru menyadari bahwa hari ini adalah hari minggu.

Setelah satu jam ngobrol panjang dengan saya, dia bertanya kenapa saya seperti orang bingung ya mas. Saya katakan padanya, semakin bingung kita berarti semakin bagus. Sebab itu berarti kita masih memiliki kesadaran bahwa diri kita itu manusia bukan mesin. Dan saya lebih mencemaskan dirimu jika hari ini tidak bingung ketika tau hari libur masih juga pergi ke kantor. Akhirnya saya katakan padanya agar maen ke rumah saja.

Hari libur masuk kantor, kalo memang ada lembur ya gpp. kalo nggak, berarti cinta banget ama kerjaan atau mungkin juga kita seorang workholic.

Ibu Yang Lupa

Bangun pagi kemudian sarapan. Saya dan istri sempat berbincang. Istri saya bercerita bahwa dulu dirinya bertemu dengan seorang ibu yang lupa dimana rumahnya. Ketika ditanya apakah ada nomor telpon rumahnya, ibu itu bilang juga lupa. Istri saya bertanya kenapa bisa begitu.

“Sebab ibu itu terlalu banyak pikiran sehingga lupa dimana rumahnya dan nomor telponnya,” jawab saya. “Lantas bagaimana supaya tidak terlalu banyak pikiran,” tanya istri saya lagi. “O..gampang aja. Tidak usah terlalu banyak yang dipikirin..”

Minggu, 22 Juli 2007

Hidup lebih Sehat, Indah dan bahagia

Jika anda ingin hidup sehat, indah dan bahagia syarat utama adalah mudah gembira. Hari ini mulai dari dari bangun tidur, sholat subuh, sejenak bermain dengan Hana, bergegas untuk ke kantor, naik bus, memasuki kantor ketemu satpam, bertegur sapa dengan setiap orang semuanya membuat saya gembira.

Demikian halnya dengan anda, begitu membaca tulisan ini. Bukahlah hati anda dan bergembiralah. Maka hidup kita akan lebih sehat, indah dan bahagia. Jika selagi bisa, tertawalah..

Senin, 16 Juli 2007

Setiap Silaturahmi

Menyapa teman dengan tulisan selalu menjalin indah silaturahmi. Tak hendak mengajarkan apapun namun sekedar bertegur sapa untuk mengucapkan salam. Salam memberikan kedamaian dalam hidup dan memperbanyak teman dan saudara.

Cobalah berjalan bertemu dengan orang yang ada tidak kenal, senyumlah dan ucapkan salam. Atau naiklah angkutan kota, jika beruntung akan menjumpai anak kecil yang sedang mengamen. Barangkali kita bisa mendengar suara Sang Khaliq menyapa kita melalui suara anak kecil yang sedang mengamen itu.

Pengertian Sang Istri

Selain bekerja tentu saja saya juga memiliki kegiatan lainnya seperti mengajar mengaji anak-anak, menjadi trainer untuk tukang becak, anak-anak jalanan, pelatihan jurnalistik yang sering diadakan teman-teman remaja masjid.

Gaji sebulan, biasanya habis pada tengah bulan untuk semua aktifitas itu. Ditengah kondisi seperti itu istri saya selalu mengatakan, “alhamdulillah, tabungan kita semakin banyak ya mas..” Kata-kata itu membuat hidup ini menjadi indah, keluarga menjadi bahagia dan membuat saya semakin bersemangat dengan aktifitas semua itu.

“Laper Mah..”

Hari ini ada ucapan Hana yang membuat bulu kuduk saya merinding. Kata-kata itu meluncur dari bibirnya yang mungil dengan gayanya polos sambil memegang perutnya, “laper mah..”

Kata-kata itu menghunjam kesanubari saya sebagai seorang ayah. Ditengah anak-anak negeri ini, entah berapa banyak yang mengucapkan kata “laper mah..” pada orang tuanya yang sudah tidak ada lagi untuk dimakan. Sudah saatnya bagi kita tengok kanan dan kiri, jangan-jangan ada tetangga kita yang memang sudah tiga hari tidak makan.

Tak lama kemudian terdengar suara istri, “Hana, ayo makan. Nich ibu sudah gorengin telur.”

Kekuatan

Setiap hari bangun pagi. Menyapa hari dengan berjalan kaki. Selalu saja menghantarkan saya pada orang-orang yang sudah sejak lama tidak lagi memikirkan dirinya sendiri. Melainkan mengerjakan sesuatu yang bermanfaat buat orang lain. Itulah sebuah pekerjaan yang memiliki kekuatan untuk menyebarkan kebaikan pada orang-orang disekitarnya.

Salahsatunya adalah Amat yang menyebut dirinya Anak Punk (baca: Pang). Alias anak pangkalan ojek, selalu saja menyapa orang yang lewat, mau naik ojek atau tidak, tetap saja disapanya.

Ikhlas

Tidak ada yang istimewa dari istri saya, biasa aja. Namun banyak hal yang saya belajar darinya. Misalnya, kebiasaan istri yang suka membuat kueh dan setelah sukses membuat kueh, dia bagikan ketetangga.

Katanya, begitulah caranya mengajarkan Hana untuk berbuat ikhlas.

Hidup Mengalir

Berangkat pagi, pulang malam. Bahkan terkadang menikmati panasnya matahari disiang hari menjadi hal yang teramat istimewa. Hidup mengalir diarus sungai yang sangat deras. Berserah diri entah kenapa muara air sungai itu mengalir.

Hidup mengalir seperti pagi hari ini, setelah sholat subuh dan sejenak bermain dengan Hana. istri menghidangkan nasi pecel. Sungguh nikmat dihidangkan dengan nasi panas dan peyek sebagai lauknya. Tiada henti mengucapkan puji syukur atas semua karuniaNya sebab sampai saat ini apapun yang dihidangkan sang istri masih juga terasa nikmat dan dikala malam tidur juga terasa nyenyak membuat tubuh dipagi hari menjadi segar untuk bersiap berangkat kerja.

Butir-Butir Pasir

Jika anda ingin menulis, tulislah! Apapun yang anda tulis adalah memenuhi kebutuhan diri anda untuk berkomunikasi dengan orang lain. Tulisan-tulisan itu jika pengalaman hidup anda yang penuh makna dari hal kecil dan sederhana, maka hal itu bagai butir-butir pasir yang membuat mudah hidup bagi orang lain.

Itulah sebabnya saya selalu menyempatkan diri untuk menulis pengalaman hidup yang sederhana dan mudah dipahami bagai orang lain dan tulisan itu membuat saya banyak teman serta saudara baru yang mengalir deras melalui sms maupun email.

Maka ijinkan saya untuk mengajak anda atau siapapun yang membaca tulisan ini untuk menulis. Tulislah sekarang dan apa saja dengan satu niat, “Tebarkan Cinta Kasih Pada Sesama.”

Anak Yatim

Dirumah saya tinggal selalu ramai dengan anak mengaji. Biasa bapak dan ibu, kadangkala adik saya juga ikut membantu mengajari anak-anak mengaji. Bapak saya memang hobi mengajar anak-anak mengaji. Diantara anak-anak mengaji itu ada anak yatim yang luarbiasa nakalnya. Terkadang membuat kita menjadi gemes ngeliatnya.

Bapak saya mengatakan, “Anak yatim itu biasanya memang nakal. Kenakalannya sebenarnya adalah suara panggilan Ilahi agar kita lebih memperhatikannya. Apakah hati kita peka mendengarkan panggilanNya? Ataukah malah membuat kita marah?

Rabu, 11 Juli 2007

Kekaguman

Pada satu hari ada seorang teman menyatakan diri bahwa dirinya kagum terhadap sesuatu. Membuat saya teringat kegaguman pada sosok bapak saya.

Malah bapak saya mengatakan, "Kekaguman terhadap apapun adalah racun yang berbahaya. membuat dirimu tidak waspada."


Selasa, 10 Juli 2007

Kehilangan

Sesuatu itu akan berarti ada setelah kita kehilangan sesuatu itu. Begitulah yang diucapkan seorang bapak yang sering membaca tulisan pendek itu. Hari Senin kemaren dia bertutur pada saya, bahwa dirinya cemburu dengan tulisan saya. Disaat dia membaca tulisan saya tentang Hana dan ibunya, kenapa bukan dirinya yang melakukannya.

Baginya, keluarga menjadi berarti setelah dirinya kehilangan istrinya yang tercinta. “Kenapa ya saya merindukan istri saya setelah dirinya tiada?” Katanya sambil memeluk saya.

Belajar Adalah Mengerjakan

Setiap kali istri saya mensetrika baju, mencuci atau memasak selalu mengajak Hana. Bukan hendak disuruh tapi karena tidak ada yang menjaganya. Sejak itulah Hana selalu mengerjakan apa yang ibunya kerjakan.

Itulah sebabnya istri saya selalu menyediakan setrika, kompor gas, piring, panci, wajan, sendok, garpu, semuanya terbuat dari plastik. Ternyata baru saya sadari bahwa Hana mengalami proses belajar lebih cepat dengan mengerjakan seperti yang ibunya kerjakan.

Kreator Kecil

Percayalah masa kecil adalah masa yang paling bahagia. Seperti halnya Hana, hari-harinya selalu memiliki cara bermain yang selalu baru. Salahsatunya naik kursi yang beroda dan tangan saya ditarik-tarik agar mendorongnya dari belakang. Sambil melambaikan tangan ke ibunya, barangkali Hana sedang membayangkan diri naik becak.

Itulah Hana, kreator kecil saya..

Memanusiawikan Manusia

Hasil dalam proses belajar adalah menusiawikan manusia. Apapun metode, peralatan, buku tetap dibutuhkan namun yang paling penting adalah hasil, yaitu memanusiawikan manusia.

Itulah sebabnya saya dan istri selalu mendiskusikan kegiatan bersama dengan mengikutsertakan Hana. Misalnya seperti minggu pagi ini kami berdua sepakat hendak jalan pagi di Puri Beta. “apakah Hana ikut?” tanya ibunya. “Nggak.” Jawab Hana sambil geleng-geleng kepala.

Wah, Hana punya pilihan sendiri yaitu naik motor dan akhirnya kami memutuskan naik motor ke Puri Beta.

Keutuhan Keluarga

Menjaga keutuhan keluarga merupakan hal yang penting. Itulah sebabnya dalam kehidupan sehari-hari perlu menciptakan hal-hal baru dalam aktifitas bersama dengan membuat tema.

Pernah satu hari kami membuat tema, “Mencari harta karun” maka kami pergi ke toko buku bersama-sama, untuk mencari buku bacaan. Buat kami, buku adalah harta karun.

Barangkali tidak ada salahnya dicoba..

Belajar Adalah Mengerjakan

Setiap kali istri saya mensetrika baju, mencuci atau memasak selalu mengajak Hana. Bukan hendak disuruh tapi karena tidak ada yang menjaganya. Sejak itulah Hana selalu mengerjakan apa yang ibunya kerjakan.

Itulah sebabnya istri saya selalu menyediakan setrika, kompor gas, piring, panci, wajan, sendok, garpu, semuanya terbuat dari plastik. Ternyata baru saya sadari bahwa Hana mengalami proses belajar lebih cepat dengan mengerjakan seperti yang ibunya kerjakan

Pembentukkan karakter

Didalam keluarga proses belajar menjadi bagian yang paling penting untuk diciptakan pada anak. Tersedia komputer, buku, modul, CD interaktif semuanya hanyalah kebutuhan sekunder. Sedangkan kebutuhan primernya adalah berinteraksi dengan orang lain dan dunianya sendiri, dengan melibatkan pikiran, tubuh dan jiwa. Semakin banyak aktifitas berinteraksi sosial semakin bagus, sebab bermuara pada pembentukkan karakter.

Itulah sebabnya dirumah kami selalu mengadakan kegiatan mengaji anak-anak, selain karena untuk beribadah namun juga untuk terciptanya proses belajar secara terus menerus pada Hana putri kami.

Senin, 09 Juli 2007

Jilbab-Jilbab Putih

Sewaktu saya hadir dipernikahan salah seorang teman, saya sempat mendengarkan lagu Qasidah yang berjudul jilbab-jilbab putih. Lagu itu melantun terdengar enak. Mengingatkan saya suasana dulu sekolah. Banyak santriwatinya yang mengenakan jilbab putih sebagai lambang kesucian dengan senyum manisnya.

Qasidah hampir terlupakan, saya agak susah untuk mencari kaset Qasidah. Terasa agak aneh ketika mendengarkan lagu Perdamaian dinyanyikan oleh Arman GIGI, tidak memiliki nuansa Qasidah yang cenderung lembut.

Sehabis saya kondangan, tak jauh dari saya berjalan. Nampak anak-anak riang bernyanyi, “Gara-gara Si Kucing Garong…”

Kegembiraan Pagi Hari

Setiap pagi hari adalah kegembiraan buat Hana dan kami sebagai orang tua. Sebab kegembiraan pagi hari merupakan kegembiraan belajar. Biasa Hana sebelum subuh sudah bangun dan kami melanjutkan dengan sholat subuh. Setelah itu ibunya mengajak Hana mengaji, pergi ke pasar atau juga sekedar jalan-jalan dipagi hari.

Kegembiraan belajar itulah yang selalu kami bangkitkan di dalam keluarga agar tercipta makna, nilai dan harapan bahwa hidup adalah kebahagiaan.

Mengajar

Belajar untuk diri sendiri? Ah, itu mudah. Belajar mengajarkan pada orang lain? Ehm, tidak yakin kalo mudah. Itulah yang saya perhatikan pada istri saya, ketika mengajarkan Hana. Setiap kali tengah malam ibunya selalu membimbing Hana untuk ke kamar mandi dan ternyata cukup effektif membuat Hana tidak mengompol dikasur pada tengah malam.

Untuk bisa mengajarkan hana seperti itu. Saya sebagai orang tua merasakan bahwa mengajarkan bukanlah hal yang mudah sebab membutuhkan kesabaran dan ketulusan agar bisa membantu dalam belajar. Apa lagi membantu belajar anak yang baru berusia 2,2 th. Percaya dech..susah minta ampun..

Penggemar

Salah satu berkah rajin menulis di milis yaitu adanya penggemar. Awalnya saya tidak menyadari apakah tulisan-tulisan saya memang patut dibaca atau tidak, pokoknya yang penting nulis aja dech. Pernah saya selama seminggu tidak posting sama sekali, ada beberapa email yang menanyakan, apakah saya sedang sakit dan mendoakan semoga cepat sembuh.

Namun ada penggemar tulisan saya, yang sempat membuat saya haru. Seorang bapak dari Cirebon datang untuk bertemu dengan saya sambil membawakan oleh-oleh berupa kitab kuning dan mengatakan, “saya sudah bisa menebak. Mas Agussyafii ini seperti yang ditulisannya. Tapi tidak seganteng potonya yang diblog.”

Perkenankan Saya menyapa

Dipagi yang indah ini perkenankan saya menyapa diri anda dengan ketulusan hati. Setelah sekian lama saya menulis, banyak cerita dan ungkapan yang mengalir begitu saja. Banyak hal yang indah, yang membahagiakan dalam hidup ini yang patut kita bagikan bersama.

Sekiranya anda memiliki kebahagiaan dipagi ini, mohon bagikan kebahagiaan itu pada orang tercinta anda, orang yang terdekat anda atau orang yang anda jumpai pagi ini ketika anda berdiri. Saya yakin hari ini adalah hari yang terindah dalam hidup anda.

Rabu, 04 Juli 2007

Di Pengajian

Satu hari istri saya bertutur, kemaren malam sewaktu mengajar mengaji sempat bertanya, "anak-anak mesti rajin ngaji. biar nanti masuk surga." "Hayo siapa yang mau masuk surga?" Hampir semua angkat tangan. Ada satu yang nggak angkat tangan. "Loh, dek..kenapa nggak pengen masuk surga?" "nggak bu, kata mamah, adek nggak boleh pergi kemana-mana, abis ngaji disuruh langsung pulang."

Selasa, 03 Juli 2007

Nggak

Hana sekarang ini sudah mulai bisa berkata nggak. Semua ucapan ibunya dijawab nggak. Istri saya suka mengeluh, katanya Hana bikin gemes aja, masak semuanya dijawab nggak. Hana mandi, nggak. Hana makan, nggak. Hana bobok, nggak. Gimana nggak gemes, mas..

Begitulah jika ibu menjadi suka gemes terhadap anaknya, gara-gara semua ucapannya disanggahnya. Barangkali Hana memang sedang mengajarkan buat kami, bahwa hidup ini akan lebih dinamis dan menyenangkan dengan sebuah penyanggahan. Tak bisa saya bayangkan jika kita menjadi manusia yang selalu mengangguk dari apa yang diucapkan oleh guru, orang tua maupun politisi.

Kemapanan berpikir bukan hanya meracuni namun juga melemahkan semangat belajar. seorang murid hanya dicekoki oleh guru dengan berbagai teori dan rumus. Sekolah sudah lagi bukan sebagai tempat belajar namun tak ubahnya bimbel. Pembangun karakter manusia terkalahkan oleh nilai semata pada ujian nasional. Apa lagi yang menggairahkan jika sudah seperti ini? Bukan lagi berkata tidak pada narkoba, namun juga berkata tidak pada kemapanan berpikir yang keliru.

Dari kejauhan istri saya berteriak, jangan didukung anaknya bilang nggak ya...

Pencuri

Ketika saya sedang mengajar, salahsatu cerita pengantar yang saya paling suka adalah cerita Nasrudin Hoja yang berjudul pencuri. Konon Nasrudin kedatangan seorang pencuri. Nasrudin ketakutan dan bersembunyi kedalam peti besar. Sang pencuri keheranan kenapa dia bersembunyi. Kata Nasrudin, dirinya malu sebab didalam rumahnya tidak ada yang bisa diambil oleh pencuri itu.

Begitulah dalam kehidupan kita sehari-hari. Seringkali kita membiarkan pencuri dari luar untuk mengambil dari dalam diri kita yang berharga yaitu rasanya malu. Bahkan kita juga malu ketika masih memiliki rasa malu itu sendiri.

Ditengah lajunya bis kota, segerombolan anak muda berteriak-teriak lapar, mau makan tidak punya uang. Berharap belas kasihan orang dengan cara membentak-bentak orang, sudah menjadi tontonan tiap hari dalam bis kota. Juga tak mau kalah seorang tokoh ormas yang sibuk mempertontonkan libido kekuasaannya padahal pemilu masih juga lama. Sementara dirinya diam seribu bahasa ada masyarakat yang terendam lumpur panas. Dan tak kalah dahsyatnya bagaimana televisi kita mengajarkan anak-anak SD untuk tidak malu-malu lagi untuk berpacaran. Seolah berkata, Ayo anak-anak buang jauh-jauh malu kalian.

Dalam kesendirian seringkali mendidik diri sendiri dengan mematikan mesin keinginan agar tidak mengundang pencuri diluar diri merampas sesuatu yang sangat berharga yaitu rasa malu, tentunya sangat sulit dan tidak mudah. Namun juga harus dilakukan sebab dengan rasanya malu itulah yang membentengi diri kita menuju hidup dilembah nistapa bagai hidup didalam neraka.

Permainan

Dulu sewaktu saya SMA suka sekali dengan bermain catur. Sampai saya pernah ikut porseni setingkat propinsi. Permainan catur sungguh menyenangkan, terkadang jika saya kalah atau menang membuat saya tidak bisa tidur. Jika saya kalah tidak bisa tidur, semalaman saya berpikir kenapa saya bisa kalah. Dan jika saya menang, saya juga berpikir penuh kebanggaan memuji diri betapa hebatnya saya bisa menang. Begitulah permainan selalu memabukkan.

Demikian halnya dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari permainan. Pernah suatu hari dikantor kedatangan tamu sosok cantik yang berkerudung. Dia muntahkan semua apa yang dipikiran dan hatinya akibat kekalahan. Saya bisa merasakan kekalahan itu membuatnya tidak bisa tidur sepanjang hidupnya selama berpikir dirinya kalah karena ada pencuri kemenangan diluar diri.

Kemenangan adalah penting namun lebih penting lagi bagaimana bermain cantik, tidak lagi berpikir menang atau kalah. Apa lagi berpikir memenangkan permainan dengan segala cara. Dengan demikian kemenangan atau kekalahan menjadi indah dan menarik yang mengundang simpati masyarakat.

Rasanya saya merasa beruntung, bisa menikmati hidup dengan mengalir sebagai penonton yang baik, sambil mengajar mengaji anak-anak dirumah sudah cukup membuat saya bahagia.

Kegelapan

Hana putri saya suka takut dengan kegelapan jika malam hari. Pernah suatu malam listrik dirumah kami padam. Hana ketakutan, mamahnya memeluk Hana dan saya mengambil lampu emergency. Kemudian kami mengajak Hana untuk menikmati indahnya lampu emergency ditengah kegelapan dengan bermain.

Seperti halnya Hana, seringkali kita sebagai orang dewasa juga takut pada kegelapan. Namun jika takut dengan gelapnya malam hari cukuplah kita sedia lampu emergency. Semuanya menjadi terang menderang. Demikian halnya jika yang gelap hidup kita, dipenuhi dengan kegagalan, penderitaan, sakit hati, maka secara otomatis lampu emergency didalam kita menyala, menerangi kegelapan disekitarnya.

Maka beruntunglah jika kita hidup penuh kegelapan sebab kita akan menjadi penerang hidup bagi orang-orang disekeliling kita. Semakin gelap semakin bagus, berarti sinarnya semakin terlihat terang benderang. Disaat itulah anda terpilih sebagai pembimbing kehidupan bagi orang lain.

Malam semakin larut. Ditengah sinar lampu emergency Mamahnya menyanyikan lagu buat Hana, ‘ambilkan bulan bu, ambilkan bulan bu untuk menyinari dimalam hari.. ‘ Tak lama kemudian Hana tertidur lelap dengan mimpi indahnya.

Minggu, 01 Juli 2007

Kosa kata

Setelah sekian lama tenggelam dalam kesibukan, hampir jarang berkomunikasi dengan Hana membuat saya sulit memahami ada yang dimau. Seperti kosa kata antara jajan dan jalan-jalan yang terdengar ditelinga saya hampir sama. Beberapa kali hana menangis karena saya salah mentafsirkannya. Pernah minta jajan, kami pergi ke warung. Ternyata Hana tidak minta jajan melainkan minta jalan-jalan. Pernah juga saya kira minta jalan-jalan, ternyata minta jajan.

Begitu juga dalam kehidupan kita sehari-hari. Banyak teman yang bertutur pada saya tentang pertengkaran atau perselisihan yang berawal dari salah memahami kosa kata. Seringkali kosa kata yang terdengar pada telinga kita sangat bergantung pada persepsi yang ada pikiran kita. Jika persepsi yang terbangun adalah kamu. Semua kosa kata yang terdengar, “semua adalah tanggungjawab kamu.” “Saya menderita gara-gara kamu. Ini semua salah kamu.”

Jika persepsi terbangun adalah saya. “Semua itu karena saya. Kalau tidak ada saya, kamu jadi apa.” Ketika persepsi sudah bukan lagi saya atau kamu, berarti persepsi itu adalah kita. Seperti yang diucapkan seorang suami pada istrinya, “kebahagianku adalah kebahagiaanmu juga sayang.” “apalah artinya diriku tanpa dirimu.” “apa yang kau rasakan juga aku rasakan.”

Disaat itulah saya menyadari bahwa persepsi yang saya miliki masih dalam persepsi saya pada diri Hana, sehingga saya kurang peka terhadap apa yang dia kehendaki.

Sulit Bahagia

Jika anda adalah orang yang sulit bahagia, berarti anda adalah orang yang mudah menderita. Padahal penderitaan adalah sang guru kebahagiaan, kebahagiaan tidak akan pernah tampil kreatif jika tanpa mimbingan sang guru yang bernama penderitaan.

Seringkali banyak orang berkeluh kesah bahwa hidupnya menderita, tanpa pernah berkeinginan meletakkan penderitaan sebagai Sang guru. Guru penderitaan akan disebut berhasil mendidik muridnya jika mampu menumbuhkan motivasi belajar. Ketika guru mampu menumbuhkan motivasi belajar bagi murid yang bernama kebahagiaan maka kehidupan seseorang akan lebih dinamis, sebab baginya penderitaan dan kebahagiaan adalah proses pembelajaran.

Kenyamanan

Dulu saya pernah menjadi pengajar dengan ruangan AC, gaji diatas rata-rata pengajar sekolah lainnya. Hidup lumayan lebih terjamin. Begitu berjalan setahun seolah ada bagian yang hilang. Kenyamanan malah mematikan kreatifitas. Ketika seorang guru telah kehilangan kreatifitas maka dirinya bergerak secara mekanistik, tak ubahnya seperti robot.

Terkadang saya merasa perlu mencurigai kenyamanan sebagai racun berbahaya terhadap kreatifitas kehidupan. Jika itu terjadi pada seorang pengajar maka sangat berbahaya bagi murid-muridnya. Sebab seorang pengajar akan dibilang berhasil apabila mampu menumbuhkan motivasi belajar bagi muridnya. Lantas bagaimana mungkin pengajar mampu menumbuhkan motivasi belajar bagi muridnya kalau sang gurunya sendiri telah kehilangan motivasi belajarnya?

Layang-Layang

Hari libur buat saya adalah hari yang paling indah, sebab dihari libur itulah saya dan Hana bisa bermain. Seperti hari minggu Hana minta saya maen layang-layang bersama Hanif & Haikal. Ketika angin bertiup kencang, layang-layang itu semakin terbang tinggi. Semakin tinggi layang-layang itu terbang tinggi, nampak Hana semakin riang gembira.

Barangkali seperti itulah kehidupan, seolah Hana sedang mengajarkan pada saya ditengah angin bertiup kencang dengan menarik dan mengulur benang begitulah kita mengatur irama diri kita, agar layang-layang semakin terbang tinggi. Angin (baca: masalah) dalam kehidupan kita sehari-hari sangat dibutuhkan untuk menerbangkan jiwa kita pada puncak kearifan. Semakin kencang angin, semakin berat satu masalah berarti semakin bagus untuk jiwa kita, sebab dengan semakin berat beban masalah hidup yang kita hadapi berarti semakin tinggi pula puncak kearifan jiwa kita. Disaat itu pulalah jiwa kita mencapai kebebasan sejati. Yaitu kebebasan dari belenggu segala bentuk hawa nafsu diri.

Hari sudah sore, layang-layang dipegang Hanif. Hana memandangi dengan senyuman. Saya mendapatkan satu pelajaran berharga hari ini, dengan bermain layang-layang.

Mentari Pagi

Ada seorang teman sering kali memperhatikan yang saya tulis. Saking hapalnya dengan tulisan saya, minggu lalu saya sempat absen menulis. Teman tersebut sempat mengatakan bahwa dirinya kehilangan mentari pagi. Begitu pula ketika saya sudah kembali aktif menulis, jakarta terguyur hujan dengan seharian. Teman itu juga tenggelam dalam kesibukkannya. Saya balik mengirimkan sms “kemana ya perginya mentari pagi hari ini?”

Begitulah mentari pagi. Tetap indah untuk diperbincangkan. Ditulis dan dibacanya. Mentari pagi tetap menyapa, dikala kita menderita atau bahagia. Bahkan dikala manusia mengeksloitasi dirinya untuk kepentingan partai politik, ormas maupun operator gsm. Toh, tak membuatnya marah atau merasa dirugikan. Itulah kenapa saya seringkali menulis lebih suka mengawali dengan kata mentari pagi. Sebab mentari pagi memiliki ketulusan memberi sinarnya tanpa pernah mengeluh dan keinginan untuk memperkaya diri sendiri. Sebagaimana saya juga temukan pada pribadi-pribadi yang sederhana yang setiap hari saya temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti yang pernah ceritakan pada anda sebelumnya.