Minggu, 31 Agustus 2008

Tantangan Bersahabat Dengan al-Quran


Malam sehabis sholat tarawih saya sempat bertadarus bersama dengan Amat di masjid. Malam itu sangat menggembirakan karena dari berdua bisa menjadi berlima. Agak sulit untuk mengajak orang-orang untuk bertadarus, biasanya orang tua lebih mudah untuk diajak sedangkan yang lebih muda mungkin disibukkan dengan kegiatan yang lain.

Tadarus adalah mendekat diri untuk bisa bersahabat dengan al-Quran. Bersahabat dengan al-Quran memanglah tidak mudah. Namun jika seseorang tahu akan manfaat bersahabat dengan al-Quran tentunya orang akan banyak memilih untuk bersahabat dengan al-Quran. Sebagaimana Sabda Baginda Nabi SAW: “Bacalah Al-Quran karena ia akan memberikan syafaat kepada para “sahabatnya”. Bacalah “dua bunga”, surat Al-Baqarah dan surat Ali Imran, sebab pada hari kiamat nanti keduanya akan datang seolah-olah dua gumpalan awan, atau seperti dua bayang-bayang, atau seperti dua gerombol burung-burung yang berbaris yang akan memberi syafa’at kepada para “sahabatnya”. Bacalah surat Al-Baqarah, karena jika kita mengambilnya (membaca/menghafal) merupakan suatu keberkahan dan meninggalkannya merupakan suatu kerugian. Perkara ini tidak mungkin dilakukan oleh orang-orang yang batil.” (HR. Muslim).

Tantangan terberat bagi seseorang yang ingin bersahabat dengan al-Quran pada era modern ini adalah aktifitas yang hanya mengarah kepada kepentingan duniawi dan melupakan fitrah kemanusiaan kita. Waktu kita hampir terkuras dengan urusan dunia dan nafsu materi. Kita sering kali tidak sadar bahwa kita sudah terhipnotis oleh aneka macam kepalsuan dan tipu daya yang terus menjerumuskan diri kita.

Tentunya kita menyadari bahwa dunia ini adalah ladang memperbanyak amal kebaikan sebagai bekal kembali menuju kampung akhirat. Nah, salah satu cara untuk membangunkan kesadaran fitrah diri kita yaitu menjadikannya al-Quran sebagai sahabat di dalam kehidupan.

Kamis, 28 Agustus 2008

Manfaat Berbuat Kebaikan

Pada suatu hari raja Persia melewati seorang tua yang sedang menanam pohon buah Zaitun, kemudian raja Kisra berhenti sebentar sambil berfikir tentang harapan yang berada di pikiran orang tua itu, sedangkan orang tua itu boleh jadi tidak lagi hidup ketika saatnya memakan buah dari pohon yang ia tanam tersebut karena umurnya yang sudah sangat tua tersebut.

kemudian raja Kisra berkata: “Wahai Orang tua bukan waktunya lagi engkau menanam pohon Zaitun ini, karena pohon ini lambat pertumbuhan dan berbuahnya sedangkan kau orang tua yang sangat renta sekali.”

orang tua itu berkata : “wahai raja Kisra, orang-orang dahulu juga telah menanam apa yang kita makan hari ini, maka sudah sepantasnya kita menanam supaya anak cucu kita nanti bisa makan apa yang kita tanam sekarang”

Lantas Raja Kisra berkata "Anda sungguh luar biasa mulia." seperti biasanya apabila raja berkata seperti itu kepada seseorang, maka kepada orang itu diberi hadiah sesuai dengan ukuran yang sepantasnya, maka raja membayar untuk harga buah tersebut kepada orang tua itu.

maka orang tua itu berkata lagi “wahai raja, bagaimana pendapatmu tentang apa yang aku tanam, alangkah cepat berbuahnya.”

raja Kisra itu berkata, “luar biasa“ untuk yang kedua kalinya, kemudian orang tua itu diberikan hadiah lagi yang lain.

orang tua itu berkata lagi. “wahai raja, setiap pohon yang berbuah sekali dalam satu tahun, sedangkan pohonku ini berbuah dalam sebentar saja dua kali.”

maka raja berkata untuk kali ketiga “luar biasa”, kemudian raja berjalan dan berkata kepada para sahabatnya “Ayo pergi, jika kita terus-terusan berhenti di kebun orang tua ini, maka tidak akan cukup apa yang ada di perbendaharaan kita untuk memberi hadiah kepadanya”.

Cerita diatas adalah contoh bahwa Setiap kebaikan yang kita lakukan selalu membawa manfaat bagi yang mengerjakan kebaikan itu sendiri sebagaimana Firman Alloh SWT.

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Alloh adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir: seratus biji, Alloh melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Alloh Maha Luas (karunia)-Nya) lagi Maha mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261).

Rabu, 27 Agustus 2008

Pak Tua Pencari Paku

"Sudah tidak terasa sakit" kata pak tua itu yang wajahnya penuh dengan keriput, hitam legam sambil memegang besi semberani alat untuk mencari paku dipinggiran jalan Ciledug Raya. Pak tua itu memegang tangannya yang terserempet angkot. Saya menawarkan untuk berobat namun pak tua itu menolaknya. Saya mengantarkan untuk pulang, katanya hari ini belum mengumpulkan paku untuk dijual. Akhirnya kami berdua minum teh botol diwarung pinggir jalan.

Berkali-kali pak tua itu ngatakan masih untung dirinya hanya terserempet tangan, tidak sampai luka parah. Masih bisa berjalan dan bisa menikmati minum teh botol. Pak tua itu bertutur, dua tahun lalu dirinya pernah ketabrak truk sampah dan hanya dirawat di bawah kolong jembatan, "alhamdulillah mas, dalam waktu 1 bulan saya sudah bisa kembali berjalan mencari paku."

Miris hati saya mendengar penuturannya, ditengah hidup yang kian sulit, pak tua berjuang sendirian menghadapi hidup karena Istrinya sudah lama meninggal dan dua anaknya menjadi pemulung di bantar gebang. Sementara kehidupannya hanya mengandalkan dengan mencari paku dan barang-barang bekas.

terdengar suara napas yang terasa berat, sebuah potret orang yang hidup dijalanan yang menggantungkan harapan pada kebaikan rizki yang berserakan di jalan. Wajahnya selalu penuh syukur terhadap semua nikmat yang dianugerahkan padanya.

Kala terik panas menyengat saya pamit hendak melanjutkan perjalanan ke kantor. Pak tua itu mengucapkan terima kasih. Padahal sayalah yang seharusnya mengucapkan terima kasih padanya. Pertemuan yang singkat itu bagaikan saya membaca ayat-ayatNya pada pagi hari ini.

"Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya tanpa hikmah". (QS Shaad 38 : 27).

Dari pertemuan itu saya mengambil satu hikmah bahwa hidup seberat apapun akan menjadi ringan jika kita senantiasa bersyukur terhadap semua anugerahNya sekalipun hal itu pahit.

Selasa, 26 Agustus 2008

Sebaik-baiknya Sahabat

Malam begitu larut. saya kedatangan seorang tamu yang sangat bersahaja. kesahajaannya membuat kami merasa dekat. saya memanggilnya pak haji. Dalam kesempatan itu pak haji mengatakan bahwa sebaik-baiknya sahabat adalah al-Quran.

"Kenapa pak sebaik-baiknya sahabat adalah al-Quran?" tanya saya.

"Sebab al-Quran adalah sahabat yang membetulkan kita jika kita salah langkah bukan menganggap apapun yang kita lakukan benar."jawab pak haji.

Setelah mendengarkan jawaban pak haji, cukup lama saya memikirkannya. saya kira yang dikatakan benar karena kita membutuhkan sahabat yang mampu berkata jujur. mendapatkan sahabat yang jujur berarti juga menjadi penerang hidup kita dan al-Quran adalah sosok yang jujur dan berkata benar. jika kita salah langkah, kita diingatkan.

Sebagaimana sabda Baginda Nabi SAW, "Sesungguhnya ucapan yang paling baik adalah al-Quran (H.R Bukhori)

Senin, 25 Agustus 2008

Gadis Kecil Itu Telah Membuatku Menangis

ini sedikit oleh2 yang bisa aku share dari acara kemarin. Rasa terima kasih tak terhingga aku ucapkan kepada Panitia Inti TC2 (Mas Agussyafii, Mba Meidy & Keluarga, Dado, dan teman2 yg lainnya). Terima kasih karena mengijinkan kami untuk bergabung bersama kalian, terima kasih atas kesempatan untuk meraih kebahagiaan dengan berbagi kebahagiaan dengan orang lain, terima kasih atas segala pengertian dan kemakluman atas segala khilaf & salah, terima kasih karena kita bersaudara....

Puji serta syukur ke hadirat Allah SWT, yang tanpa ijin dan kasih sayangNYa maka semua ini tidak akan terjadi...
Artikel ini khusus dipersembahkan kepada para Mujahid & Mujahidah TC, semoga Allah memberkahi......


Baksos, Kampung Lio, depok Baru

Alhamdulillah…..sekali lagi Allah memberikan kesempatan ini, ya kesempatan untuk meraih kebahagiaan dengan berbagi dengan sesama, terutama kepada mereka2 yang keadaanya kurang beruntung dari kita. Berbagi senyum….berbagi tawa….berbagi kebahagiaan….

Minggu, 24 Agustus 2008, Kelompok Milis Tahajjud Call mengadakan suatu aksi sosial dengan tema, “Tanda Cinta Tahajjud Call 2”. Acara dilakukan di suatu tempat yang menurutku bisa jadi sangat memperihatinkan untuk suatu wilayah perkotaan. Letaknya kira2 500 m dari stasiun depok baru.

Aku dan beberapa teman minggu pagi itu memang mempersiapkan diri utk menjadi voluenteer dalam acara ini. Kami berkumpul di depan stasiun kereta dan berjalan menyusuri jalan setapak.

Hehm…sebenarnya hatiku sedikit gelisah menyusuri jalan dimana di samping kiri dan kanan penuh dengan rumah2 yg keadaannya sangat memperihatinkan. Lingkungan yang kotor dan suasana yang mirip dengan tempat sampah (afwan), maklum tempat ini ternyata memang tempat para pemulung sampah dan juga para pedagang keliling. Daerah yang potensial bagi kita-kita yang memang ingin menyisihkan “rejeki” yang Allah berikan. Belum lagi menjumpai “orang-orang” yang sangat jarang sekali kita berinteraksi dengan mereka. Subhanalloh…..Kau Maha Tahu Segalanya ya Allah…..

Ada beberapa acara yang diadakan, yaitu Pembagian sembako (kira2 utk 200 orang), Pengobatan Gratis (utk 150 orang), Bazaar (Penjualan pakaian2 layak pakai dengan harga Rp 1000 s/d Rp 5000), dan terakhir adalah Lomba untuk anak2.

Aku sendiri bertugas di bagian pengobatan gratis dan bazaar. Banyak hal lucu dan aneh yang aku jumpai saat itu. Sungguh, saat inipun aku masih suka senyum2 sendiri membayangkan tingkah polah orang2 yang datang untuk mendapatkan pengobatan gratis tersebut. Wajah2 yang polos…lugu…dan bersahaja. Ternyata banyak dari mereka yang tidak tahu berapa sesungguhnya usia mereka. Dan ada pula yang kurang bisa berbahasa Indonesia, sehingga akupun kesulitan untuk mendapatkan data mereka.

Sungguh ya Allah….pengalaman ini tak akan terlupakan dalam hidupku. Pakaian mereka…..Kedekilan mereka….Keluguan mereka….Kekurang beruntungan mereka, dan juga wajah2 pasrah atas nasib mereka. Astaghfirulloh……

Lihatlah mereka! Bandingkan dengan dirimu!
Sungguh, beruntunglah kita…beruntunglah kita…..beruntunglah kita…
Jadi teringat suatu ayat, “Lantas, nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

Aku rasa bukan hanya aku yang merasa beruntung atas pengalaman ini. Tapi juga teman2ku yang lainnya. Panas terik yang menyengat serasa pancaran sinar hangat di pagi hari. Rasa lapar karena memang tidak sempat sarapan, tidak terasa sama sekali. Ada Ibu Carkem, ada bapak Khodam, ada Engkong Sangkuang, ada Enyak Disa, dan yang lain2nya. Kebanyakan dari keluhan mereka adalah gatal2. Ya, tentu saja dengan lingkungan kotor seperti itu aku rasa tidak heran bila kulit mereka bereaksi. Pemandangan yang memiris hati. Dari anak2 hingga orang tua…kebanyakan kulit mereka korengan, dekil, dan juga berjamur. Semakin membuat diri tersungkur atas segala nikmat yang selama ini dianugerahi olehNya.

Ternyata Allah mempunyai berbagai cara untuk membuat kita sadar,. Ya, sadar akan KebesaranNya, sadar akan KemurahanNya, sadar bahwa diri ini hanyalah setitik debu di lautan yang luas, yang tidak akan ada artinya dan juga tidak mempunyai suatu daya tanpa PertolonganNYa, tanpa kasih SayangNya. Sungguh ya Allah, merugilah mereka yang tidak pandai mensyukuri segala nikmatMu, Merugilah mereka yang tidak mau peduli terhadap Mahluk2Mu…..Merugilah…

Ada lagi hal yang sangat menyentuh hatiku, yaitu saat acara bazaar (penjualan pakaian layak pakai) dimulai. Belum lagi pakaian2 sempat kami tata di atas meja, mereka sudah berkumpul di depannya, dan tangan2 mereka mulai mencari2 pakaian yang kira2 mereka perlukan. Harga yang kami berikan yaitu Rp 1000 s/d Rp 5000 rupanya kurang memadai bagi mereka hingga akhirnya harganya kami turunkan menjadi s/d Rp 3000 dan terus turun lagi hingga harganya Rp 500 per potong.

Tiba2 ada seorang gadis kecil yang menyusup ke depanku. Dia membawa uang Rp 2000 dalam genggamannya. Lalu aku bertanya, “Adik cari apa?”. Dia jawab, “Ada pakaian anak kecil gak kak?”.

“Untuk siapa?”, kataku. “Untuk saya kak.” jawabnya.
Tapi karena dia datang kira2 10 menit setelah bazaar dimulai, maka pakaian2 anak kecilpun telah banyak yang diambil oleh ibu2 setempat. Tapi Alhamdulillah, ada sepasang potong pakaian untuknya walaupun itu tidak terlalu bagus.

Aku ingat, aku sempat bertanya padanya. “Orang tua kamu mana?”
Diapun menjawab, “Gak ada kak, lagi jualan.” lalau diapun berlalu.
Tidak berapa lama setelah itu, gadis kecil itu memanggil2 lagi. Aku Tanya keperluannya dan diapun menunjuk kepada seorang anak lelaki di sampingnya. “Ada pakaian untuk dia gak kak?” oh…ternyata anak lelaki itu kakaknya, pikirku.

Lalu akupun mulai mengaduk2 sisa pakaian yang ada di depanku. Ternyata tidak ada baju untuk ukuran anak lelaki tersebut dan akupun memberitahukannya kepada gadis kecil tersebut. Dan yang keluar dari mulutnya adh…”Ya…….”

Setelah itu ternyata gadis kecil itu dan juga kakaknya menghampiri meja dimana diletakkan pakaian utk lelaki dewasa. Anak lelaki itu mengambil sebuah celana jeans dan juga sebuah kemeja. Salah seorang temanku bertanya, “Untuk siapa bajunya, memang itu muat untuk kamu?”

Dengan lugas dia menjawab, “ Untuk bapak….bapaknya sekarang lagi jualan”.

Lalu temanku bertanya lagi, “Kok Cuma bapaknya yang dibeliin? Ibunya gak?”

Lantas dengan polosnya dia menjawab, “Gak punya ibu kak…..”.
Ya Allah…aku dan beberapa temanku terpana. Subhanalloh…..
Lantas kamipun tenggelam dalam pikiran masing2. Sungguh, mereka pasti datang dari keluarga yang penuh kasih sayang, penuh kepedulian antar anggota keluarga. Walau hidupnya sulit, keadaannya memperihatinkan, ternyata itu tidak menghalangi mereka untuk berkasih sayang. Lantas kita……..?

Aku jadi berpikir, darimanakah uang yang mereka pegang itu? apakah itu dari orang tua mereka? ataukah dari hasil mereka memulung? mengamen? atau yang lainnya?

Ya Allah…terima kasih atas segala karuniaMu. Terima kasih atas kasih sayangMu. Terima kasih atas orang tua yang bertanggung jawab. Terima kasih atas keberuntungan ini. Terima kasih telah membuka hati-hati kami…tidak hanya untuk mensyukuri nikmatMu tapi juga untuk berbagi rejeki dengan sesama…..

Itulah jalan kami untuk berterima kasih padaMu ya Allah…..
Ya, dengan berbagi dengan mereka2 yang memang kau peruntukkan sebagai ladang amal bagi kami….dengan harta….dan juga dengan kepedulian kami.

Aaamin…ya robbal Allamiin.
Wassalam,
Herny Susiyanti

Rabu, 20 Agustus 2008

Keteladanan

Malam sudah mulai larut. Anak-anak mengaji menghapal surat al-ikhlas. Hana turut serta mengaji. Biarpun belum bisa menulis, buku dan pensil selalu saja tidak lepas dari tangannya. Kalo anak-anak lainnya sibuk bermain dengan boneka, Hana lebih memilih pensil dan buku tulis juga buku iqro'nya. Semua yang dikerjakan Hana selalu mengikuti apa yang dikerjakan oleh ibu termasuk mengikuti ibu ketika mengajar mengaji. Barangkali itulah yang disebut dengan keteladanan.

Membangun keteladanan dalam keluarga bisa dilakukan oleh ayah ibu, misalnya sosok ibu yang sangat penyabar dan sangat lembut, sosok ayah yang berwibawa. Keagungan seorang ibu tidak terletak pada ketinggian ilmunya, tetapi pada berfungsinya sifat keibuan menurut persepsi angauta keluarga. Seorang ibu mungkin hanya tammatan SD, tetapi karena kuat sifat keibuannya, ia dipandang sangat tinggi oleh anaknya yang doktor. Seorang ayah mungkin hanya guru SD, tetapi karena kewibawaan internal dalam keluarganya, ia menjadi idola bagi anak-anaknya yang kesemuanya sarjana.

Nah ayah dan ibu tidak serta merta menjadi idola dan teladan bagi anak-anaknya, tetapi harus membuktikan terlebih dahulu konsistensinya dalam hal-hal yang mengagumkan hati anak-anaknya, dan itu biasanya di capai setelah sang ayah atau sang ibu berusia lanjut.

Senin, 18 Agustus 2008

Teman2 yang berbahagia..

Izinkan pagi ini saya menyapa anda dengan ketulusan hati.Semua keberadaan dalam satu kehidupan, yang hening, tidak bergerak, tidak berubah. Keindahan kebenaran tak terkatakan oleh bunda bagi dirinya sendiri. dia dipanggil dengan sebutan cinta karena jiwa yang menyiratkan kebesaran melingkupi kita semua. Kita tinggal dibumi, bumi berada dalam surga. Surga bersemayam dalam cinta. Cinta berada dalam hati kita semua sehingga kita menjadi satu.

satu iringan doa, semoga anda & Keluarga sehat selalu.

Kamis, 14 Agustus 2008

Tegakah Kita?

Setiap kali Hana sakit, istri saya suka takut. saya bilang padanya, kenapa mesti takut? Sakit atau sehat, sedih atau bahagia, suka atau duka, kesuksesan atau kegagalan, semua itu adalah kesatuan yang utuh dalam hidup kita senantiasa patut kita syukuri. Namun seringkali kita menghindari yang disebut dengan kegagalan, kesedihan, dan sakit.

Bahkan saya pernah berbincang dengan seorang kepala sekolah yang selalu sukses meluluskan para siswanya pada ujian nasional hampir mencapai angka sembilan puluh sembilan koma sembilan persen siswanya lulus. Ketika saya tanya apa resepnya. Sang kepala sekolah dengan bangga bercerita bahwa dirinya menganjurkan semua siswa jika tidak bisa mengisi soal ujiannya dikosongi aja lembar jawabannya dan nanti para gurulah yang mengisi jawaban soal-soalnya.

Saya katakan kepada kepala sekolah tersebut bahwa esensi pendidikan adalah membangun karakter anak didik. Bagaimana mungkin membangun anak didik jika para guru dan kepala sekolahnya tidak memiliki karakter. Sang kepala sekolah menjawab, jika hal itu tidak dilakukan maka lima puluh persen siswa mungkin bisa tidak lulus.

kenapa mesti takut? Jika siswa tidak lulus karena dia sudah belajar dengan sungguh-sungguh berarti menanamkan pada siswa tanggung jawab dan kelulusan itu hanya tolok ukur. Namun jika anak didik sudah dari sejak dini mereka mengerti bahwa kelulusan berarti menghalalkan segala cara maka akan berapa banyak anak kita yang akan menjadi
srigala?

hidup ini sungguh indah, jika kita menggunakan cara-cara yang indah sekalipun cara-cara yang indah ini menghasilkan yang pahit. hanya orang-orang yang kuatlah yang akan mengunakan cara-cara yang indah untuk bisa mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Dan bagi orang-orang yang lemah imannya maka apapun caranya dihalalkan
sehingga langitpun semakin kelam karena banyak orang tidak peduli lagi dengan cara yang halal.

Dalam kesedirian saya tertegun menatap wajah sang kepala sekolah setengah berbisik saya mengatakan padanya, "Tegakah kita menjadikan anak-anak kita menjadi srigala? ataukah kita sudah menjadi srigala?"

Rabu, 13 Agustus 2008

Sholat Yang Bekualitas

Kualitas salat seseorang diukur dari tingkat kekhusyu‘annya. Salat dapat disebut sebagai zikir manakala orang yang salat itu menyadari sepenuhnya apa yang dilakukan dan apa yang diucapkan dalam salatnya, karena zikir itu sendiri adalah kesadaran. Lawan dari zikir adalah lalai, oleh karena itu al Qur’an juga mengingatkan orang yang berzikir (salat) agar jangan lalai, wala takun min al ghafilin (Q/7:205). Salatnya orang yang lalai pasti tidak efektip karena tidak komunikatif. Hadis Riwayat Abu Hurairah menyebutkan bahwa betapa banyak orang yang salat, tetapi tidak mem¬peroleh apa-apa selain lelah dan capai, Kam min qa imin hazzuhu min salatihi at ta‘abu wa an nasobu. Salat sebagai zikir bukanlah kata-kata, ruku dan sujud, tetapi dialog, muhawarah dan munajat seorang hamba dengan Tuhannya. Kunci dari muhawarah dan munajat adalah kehadiran hati, hudur al qalb, dalam salatnya. Jadi khusyu‘ adalah hadirnya hati dalam setiap aktifitas salat.

Makna salat terletak pada seberapa besar kehadiran hati di dalamnya.
Imam Gazali dalam Ihya ‘Ulumuddin menyebut enam makna batin yang dapat menyempurnakan makna salat, yaitu; (1) kehadiran hati, (2) kefahaman, (3) ta‘zim, meng¬agungkan Allah, (4) segan, haibah, (5). Berharap, raja, dan (6) malu.

Di samping enam hal yang bersifat maknawi, bagi orang awam masih membutuhkan situasi fisik yang kondusip untuk salat, agar perhatiannya tidak terpecah sehingga hatinya dapat hadir. Bagi orang yang sudah kuat konsentrasinya, maka lingkungan fisik tidak lagi menjadi stimulus yang mengganggu, apa yang bagi orang awam, sesuatu yang terdengar, yang terlihat, justeru lebih menarik perhatiannya, lupa kepada Tuhan yang sedang diajak berbicara. Demikian juga bagi orang yang terlalu banyak problem yang tidak halal, ruang gelap, ruang kosong, menutup mata dan menutup telinga tidak akan membantu mengkonsentrasikan hatinya kepada Tuhan, karena dua hal itu merupakan hal yang bertentangan.

Selasa, 12 Agustus 2008

"Terima kasih, Sayang"

Berapa kali dalam hidup anda mengucapkan, "terima kasih, sayang" pada pasangan hidup anda? Dalam lingkungan masyarakat kita mengucapkan terima kasih pada pasangan hidup hampir terlupakan, apa lagi menyebut pasangannya dengan sebutan sayang.

Bahkan ada teman jika penyebut pasangan hidupnya dengan sebutan "yang" atau "say" diplesetkan dengan sebutan "peyang' atau "say" dengan "saytonirrojim" dan jika ada ada pasangan hidup yang juga masih suka berjalan bergandengan sering disebutnya sebagai "truk gandengan."

Namun sesungguhnya ucapan terima kasih, sayang adalah wujud cinta. Sebab cinta merupakan pondasi yang sangat penting dalam membangun keluarga. Perasaan cinta suami kepada isteri dan sebaliknya akan membuat mereka bisa menikmati kesulitan, karena kesulitan yang ditempuh oleh dua orang yang saling mencinta justeru memperteguh jalinan cinta. Ciri cinta sejati ada tiga, yaitu (1) menikmati keberduaan, (2) hangat dalam pembicaraan dan (3) saling mengikuti keinginan orang yang dicintai. Watak orang yang memiliki cinta sejati adalah memaklumi kekurangan dan memaafkan kesalahan orang yang dicinta.

Senin, 11 Agustus 2008

Makna Sahabat

Teman yang berbahagia..

Dipagi yang cerah ini, izinkan saya menyapa anda dengan setulus hati dengan harapan kebahagiaan selalu menyertai hidup anda. Kebahagiaan itu sungguh sangat berarti buat kita. Seperti kehadiran anda buat saya yang berkenan membaca tulisan-tulisan saya.

Jika ada satu pertanyaan, "mana yang anda lebih sukai, saudara atau sahabat?"

Tentunya jawaban menjadi saudara atau menjadi sahabat memiliki makna yang berbeda. Buat saya makna sahabat lebih terbuka sebagai tempat curhat. Bahkan Persahabatan juga mempengaruhi secara positif terhadap harapan hidup yang lebih baik, kesehatan mental dan kesempatan untuk sembuh dari sakit.

Bahkan berdasarkan penelitian Dr. Jan Yanger menunjukkan bahwa orang yang memiliki sahabat walau satu orang mempunyai harapan hidup yang lebih baik, kesehatan mental yang positif sehingga memberikan kesempatan sembuh dari sakit dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki sahabat.

citra seorang sahabat yang sebenarnya diperlukan kriteria khusus untuk disebut dengan sahabat sehati. Dalam pengertian umum sahabat artinya teman. Sahabat Karib juga diartikan teman dekat. Sementara teman sehati artinya teman dekat yang setia menemani dalam keadaan suka dan duka yang saling mendukung dan menerima semua kelebihan maupun kekurangannya.

Itulah sebabnya makna anda sebagai sahabat, sungguh berarti buat saya..

Minggu, 10 Agustus 2008

Hadiah Terindah

Assalamu'alaikum Wr Wb..

Sahabat yang berbahagia,
apa kabar pagi ini? Semoga sahabat semua dalam kesehatan selalu.
Dipagi yang cerah ini saya merasakan kebahagiaan sebab pagi ini saya mendapatkan senyuman seharum melati dari istri dan hana putri saya mengiringi keberangkatan saya.

Saya juga berharap ada secercah kebahagiaan yang anda miliki dipagi hari ini. sebab buat saya, kebahagiaan anda adalah hadiah terindah dalam kehidupan saya.

Selamat!

Kamis, 07 Agustus 2008

Fitrah Anak

Kalau Hana lagi berbicara selalu saja mata indahnya berbinar-binar. Seperti tadi Pagi, hana ke rumah neneknya. "nenek mau pergi ke pasar, hana mau minta dibeliin apa?" tanya neneknya. "Donat." kata Hana. "berapa?" "dua.."jawab hana. Itulah jawaban anak, terasa polos dan apa adanya. Fitrah anak pada dasar suci, persepsi orang tua berperan menjadikan masa depan anaknya.


Benar bahwa sebagaimana dikatakan oleh hadis Nabi setiap bayi lahir, ia dalam keadaan fitrah (kullu mauludin yuladu `ala al fithrah) , yakni memiliki kapasitas potensi psikologis yang standard; bisa membedakan yang buruk dari yang baik, memiliki dorongan untuk mencari Tuhan dan memiliki peluang yang sama untuk menjadi apa dan siapa, bergantung kepada perjalanan hidupnya kemudian.

Anak seorang kyai saleh tidak serta merta dijamin pasti akan menjadi kyai saleh seperti bapaknya, sebagaimana juga anak seorang koruptor tidak otomatis pasti akan menjadi koruptor juga.

Ada dua faktor yang membentuk manusia, yaitu faktor hereditas (gen) dan faktor lingkungan. Mana yang paling dominan dalam membentuk manusia, pandangan psikologi juga berbeda-beda. Ada teori Behaviourisme yang memandang manusia sebagai mesin, homo mechanicus, yang perilakunya mutlak bergantung kepada lingkungan obyektifnya, yakni seperti kondisi mesin dan bahan bakarnya.

Menurut teori ini manusia tak ubahnya selembar kertas putih yang isinya tergantung siapa yang menulis. Manusia bisa dibentuk menjadi “tikus”, “harimau” atau “kucing”, bisa dibentuk menjadi pejuang , bisa juga dibentuk menjadi pecundang, bergantung kepada siapa yang membentuk dan bagaimana proses pembentukannya. Tetapi teori lain memandang faktor hereditas justeru lebih dominan dalam membentuk apa dan siapa. Genetika orang tua sangat dominan dalam membentuk manusia, bukan saja rupa fisiknya tetapi juga karakteristik kejiwaannya.

Anak tentara sejak kecil sudah senang main perang-perangan, anak guru senang pegang kapur atau spidol, anak penyanyi sejak kecil sudah berani manggung, anak guru ngaji sejak kecil sudah hafal banyak surat-surat al Qur’an. Pandangan inilah yang menjadi dasar perlunya pra natalia education, yakni pendidikan kepada anak sebelum dilahirkan. Dalam perspektip ini bukan hanya gizi ibu yang berpengaruh kepada janin, tetapi kondisi psikologis ibu dan pola perilaku bapaknya ikut membentuk perilaku si jabang bayi.

Bernasib Baik

Sungguh satu kebahagiaan buat saya bisa lahir dan besar di kota Tulung Agung. Kota dimana saya dibesarkan dengan lingkungan orang-orang yang bernasib baik. Setiap pagi ayah saya mengajak jalan-jalan di alun-alun. ada penjual roti, kami berdua selalu membeli. Setiap kelebihan uang kembalian, ayah saya selalu memberikan buat penjual roti tersebut. saya ingat kata-kata ayah pagi itu, "Perbuatan baik akan membuat kita bernasib baik."

Sekarang dalam sehari-hari saya selalu saja bertemu dengan orang-orang yang bernasib baik karena perbuatan-perbuatannya yang baik. mereka bekerja sebagai profesional muda sekaligus relawan kemanusiaan yang sigap membantu sesama. Terkadang kami berkumpul di masjid Agung Al- Azhar dengan banyak agenda kemanusiaan, bukan hanya mengorbankan waktu, tapi juga tenaga dan materi.berkumpul dengan teman-teman yang menyediakan waktu untuk peduli kepada penderitaan orang lain seolah memiliki kekuatan yang menambah energi bagi yang lainnya. Energi itu muncul dari hati yang baik, hati yang baik melahirkan perbuatan-perbuatan baik sehingga orang yang setiap langkah kaki dan tindakannya untuk kebaikan membuat mereka bernasib baik.

Itulah sebagnya Harapan saya pada tulisan ini juga dibaca oleh mereka yang bernasib baik diruang maya ini. Sehingga makin banyak orang yang melakukan tindakan-tindakan baik bagi sesama dimanapun mereka berada. sebagaimana yang diajarkan Nabi SAW, "Khoirunnas anfa'uhum linnas" Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang bermanfaat bagi sesamanya.

Selasa, 05 Agustus 2008

Dengarkanlah! Nyanyian Hidup Yang Indah

Beberapa hari yang lalu Jakarta turun hujan. Mengingatkan saya waktu kecil, setiap turun hujan ibu selalu mengatakan, "dengarkan tetes air hujan itu seperti nyanyian" Nyanyian hujan bagaikan nyanyian hidup yang indah. Terdengar sangat merdu berkelana dalam imajinasi. Seolah saya dalam petualangan dongeng.

Ternyata, setiap hari kita senantiasa berkata-kata, setiap pesan selalu berpacu dengan kecepatan. Deru teknologi dan papan reklame tidak pernah memberikan ruang tata kota untuk sejenak merenung ke dalam diri.

kemanusiaan kita dipenuhi oleh budaya konsumtif dengan satu semboyan "terlahir untuk membeli" Kita mampu berkata namun kita tidak mampu mendengar. Banyak suara, namun kita tidak menangkap pesan.

Pesan ibu untuk mendengarkan terasa sangat dalam maknanya. Ditengah gerus kehidupan modernitas perkotaan aktifitas mendengarkan menjadi barang mewah. Mendengarkan berarti melangkah menuju kesadaran, menuju pemahaman "kenalilah dirimu." Mengenali diri bagai tetesan air hujan yang lenyap dalam lautan. Tetesan air hujan tidak pernah berharap apapun dari petani yang selalu berdoa meminta turun hujan. Sebagaimana kita hidup untuk diri kita sendiri setelah itu untuk memberi oranglain tanpa berharap apapun.

Itulah nyanyian hidup kita yang indah..!

Jumat, 01 Agustus 2008

Ambillah Peran! Andalah Sang Cahaya

Di dalam kehidupan sehari-hari, saya senantiasa bertemu banyak orang yang berani mengambil resiko untuk setiap peran yang dipilihnya, Disaat sebagian orang justru memilih menjadi penonton dipinggiran pentas. Dia malah memilih peran. keberaniannya memilih peran membuat dirinya bercahaya bagi orang lain.

cahaya itu memudahkan dirinya untuk bertemu dengan banyak keajaiban. Sebab keajaiban hanya akan bisa ditemui bagi mereka yang berani mengambil peran untuk menjadi yang terbaik dengan mengerahkan segenap potensi dirinya. Perannya adalah mempersembahkan cahaya bagi sesama dan membiarkan cahaya kebaikan bersinar terang.

Ada seorang teman yang jika ditanya berapa anaknya selalu menjawab anaknya sembilan. Padahal yang sebenarnya dua anak kandungnya, enam anak yatim yang diasuhnya. Mengasuh anak yatim baginya mengambil sebuah peran dan perannya adalah memilih jalur menuju cahaya. Jika anda memilih peran itu maka Sang Khaliq akan berkata pada anda.

"Andalah Sang Cahaya!"