Jumat, 31 Juli 2009

Tergesa-gesa

Seorang pegawai terlambat pergi ke kantor, ia tergesa-gesa dengan motornya. Ditengah jalan terjadi razia dadakan oleh polisi. Prriiittt.., motornya dihentikan oleh polisi. "Mana surat-suratnya!", kata polisi. Ternyata si pengendara motor itu nggak bawa SIM. "Kamu saya tilang!", seru polisi. "wah, jangan pak, damai saja ya pak..", kata si pengendara mengiba. "Ya sudah, tidak usah damai, kamu pulang lagi, ambil dulu surat kelengkapan yang kurang!".

Si pengendara akhirnya pulang untuk mengambil SIM dan kembali berangkat ke kantor untuk bekerja. Priiitttt.., si pengendara diberhentikan polisi lagi. "Ada apa lagi sih pak?", kata si pengendara. "Anda tidak pakai helm!", kata polisi. Wah, gara-gara pulang mengambil SIM malah kelupaan helm, akhirnya si pengendara pulang mengambil helmnya.

Di tengah jalan saat kembali ke kantor, priiittttt!, "Nih.. surat-surat lengkap, helm udah bawa, serakah amat, ada apa lagi sih pak?", kata pengendara.

“Surat lengkap, helm sudah dipakai.. sekarang motornya mana?” seru polisi.

Begitulah bila kita selalu terburu-buru tidaklah ada manfaatnya selalu saja ada yang tertinggal bahkan bisa berakibat fatal pada kondisi tertentu, misalnya jika terjadi gempa.

Ada seorang teman yang menyarankan bila terjadi gempa perlu diprioritaskan adalah melindungi tubuh. Bersembunyilah di bawah meja atau bergeraklah ke ruangan yang sedikit peralatannya. Bila tidak ada meja, lindungi kepala dengan bantal atau buku. Pastikan keselamatan orang-orang di dalam rumah atau didalam gedung dengan memanggil dan menanyakan keadaan mereka. Jangan berlari ke luar dengan tergesa-gesa. Berhati-hati dengan jatuhnya pecahan genting atau kaca.

Nah, maka dari itu sebaiknya mulai sekarang jika mengerjakan sesuatu tidaklah dengan tergesa-gesa atau terburu-buru, bersikaplah dengan tenang dan bersabar serta jangan lupa bawa SIM jika mengendarai motor atau mobil, nanti bisa ditilang ama Pak Polisi kalo lupa bawa SIM.

“Bertakwalah kepada Allah, sabarlah dan jangan engkau terburu – buru.”(al-Hasan al-Basri)

Kamis, 30 Juli 2009

Kebiasaan Baik

Ada seorang laki-laki yang mengidap susah tidur. Bahkan sudah berhari-hari tidak bisa tidur, akhirnya memutuskan datang ke dokter untuk berobat. Sang dokter menyarankan agar pasiennya menghitung satu sampai sepuluh, lalu ulangilah berkali-kali sampai bapak merasa ngantuk berat tak tertahankan. Begitulah dokter menyarankan.

Namun yang terjadi bapak itu malah tetap juga tidak bisa tidur. Bahkan dokter itu bilang, keadaan bapak malah lebih parah daripada yang sebelumnya. Kenapa bisa begitu pak, tanya sang dokter.

Benar pak, saya sudah mengikuti saran pak dokter, tetapi setiap hitungan ke delapan saya selalu melompat dari tempat tidur.

Loh, kok bisa begitu? Tanya sang dokter.

Iya pak, karena saya ini seorang petinju, jawab sang pasien.

Barangkali begitulah kita, senantiasa dibentuk oleh kebiasaan. Menurut Stephen Covey dalam buku Seven Habit, manusia pada dasarnya dibentuk dari perilaku kebiasaan sehari-hari. Bila yang dilakukan baik maka akan mengendap dalam alam bawah sadar, terlihat dari perilakunya maupun ucapannya. Sama seperti halnya petinju yang susah tidur yang disuruh berhitung satu sampai sepuluh oleh dokter maka hitungan yang kedelapan langsung loncat dari tempat tidur karena alam bawah sadar dirinya sedang berada diatas ring.

Itulah sebabnya Baginda Nabi Muhamad selalu menyarankan agar kita selalu berbuat baik dan juga berkata baik. Bila tidak bisa berbuat baik dan tidak bisa berkata baik hendaknya diam saja agar kita menjaga diri dari perbuatan ataupun perkataan yang menyakiti orang lain karena nanti akan menjadi kebiasaan dan memilih diam agar tidak menyakiti orang berarti melatih diri untuk kebiasaan baik.

hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam’ (HR Bukhari)

Selasa, 28 Juli 2009

Empati

Pernah satu malam saya nonton di 'Tawa Sutra' ada seorang ibu tergopoh-gopoh memasuki ruang praktek dokter gigi, ibu itu bertanya kepada dokter gigi. 'Dokter, anda bisa mencabut gigi dengan cepat? Tidak usah pake suntik bius. Langsung aja. Kami buru-buru hendak ke bandara.'

Dokter gigi yang diperan Pepi menatap sang ibu dan berkata 'Ibu sepanjang karier saya sebagai dokter gigi belum pernah menjumpai orang seperti ibu. Ibu benar-benar orang yang hebat. Sekarang gigi mana yang hendak dicabut?'

Ibu itu menarik tangan suaminya dan mengatakan, 'Ayo tunjukkan pada pak dokter, gigimu yang sakit sebelah mana?'

Mendengar jawaban sang ibu rasanya saya tak kuasa menahan tawa. Itulah gambaran diri kita. Seringkali bila kita terhadap orang lain. Terkadang kita menuntut tanpa mempertimbangkan perasaan dan keadaan orang lain, seperti ibu yang tidak mempertimbangkan betapa sakitnya suaminya, giginya dicabut tanpa obat bius hanya karena buru-buru hendak ke bandara.

Membangun empati terhadap sesama akan menumbuhkan sikap cinta kasih. Sikap cinta kasih pada sesama membuat kita menjadi peka terhadap penderitaan bagi orang lain. Bila sikap empati tidak ada pada diri kita maka kita bisa menjadi orang yang tidak berperasaan terhadap penderitaan orang lain.

Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu'anhu –pelayan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam- dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda, 'Tidak beriman salah seorang di antara kalian sampai ia mencintai bagi saudaranya, apa yang ia cintai bagi dirinya sendiri.. (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Senin, 27 Juli 2009

Pada Suatu Malam

Pada suatu malam seorang tamu hadir di Rumah Amalia. Kami berdiskusi tentang Tazkiyah. Anak muda ini bertanya, 'bagaimana kaitan penyucian jiwa dengan mengeluarkan harta? Saya menjelaskan bahwa penyucian jiwa itu tujuannya adalah melepaskan semua bentuk kecintaan kita terhadap urusan dunia dan juga harta sehingga kita hanya mencintai Alloh SWT semata.

Selanjutnya saya menerangkan kepadanya, sesungguhnya kita sebagai Khalifah Alloh dilengkapi dengan berbagai kelebihan, tetapi sebagai hamba Alloh SWT, ia juga memiliki berbagai kelemahan. Di samping potensi untuk kebaikan, pada diri kita juga terdapat potensi yang menjerumuskannya ke lembah kehinaan. Di satu sisi, kita memiliki fitrah berketuhanan seperti yang disebut dalam surat al-Rum / 30:30 yang menyebabkan ia rindu untuk mendekatkan diri (taqarrub dan taraqqi) kepada Alloh, tetapi pada sisi yang lain, kita memiliki hawa nafsu yang cenderung suka mengejar kenikmatan sesaat yang sifatnya rendah yang jika diturut, akan menjauhkan hubungan kita dengan-Nya.

Dalam surat Alu 'Imran / 3:14 dijelaskan bahwa kita memiliki kecenderungan untuk mengikuti dorongan syahwatnya menyangkut sexualitas, anak-anak, perhiasan emas perak, kendaraan, ternak dan tanah ladang. Semua itu bagi kita mengandung makna kenikmatan, kebanggaan dan manfaat, dan kesemuanya itu merupakan harta yang bersifat duniawi.

Salah satu penghambat hubungan kita dengan Alloh adalan cinta harta atau hubb al-dunya, mencintai hal-hal yang berskala dekat. Untuk mendekat kepada Alloh SWT, terlebih dahulu kita harus bersih jiwa, dan cinta harta merupakan salah satu daki yang mengotori jiwa. Salah satu bentuk orang yang cinta harta adalah kikir, dan ia benar-benar merusak jiwa ketika dipatuhi, seperti yang dikatakan dalam hadits Nabi Riwayat Thabrani bahwa satu dari tiga hal yang merusak manusia adalah sifat kikir yang dipatuhi. Oleh karena itu metode melawan kekikiran adalah tidak mematuhinya yakni dengan cara mengeluarkan sebagian hartanya untuk shodaqoh, meski hawa nafsunya menyuruh yang sebaliknya.

Perlawanan terus-menerus terhadap sifat kikir itu merupakan proses tazkiyah, dan karena kuatnya pengaruh hawa nafsu maka al-Qur'an mengisyaratkan perlunya campur tangan kekuasaan untuk melakukan perlawanan terhadap sifat kikir manusia dalam bentuk perintah mengambil zakat bagi yang sudah berkewajiban seperti dipaparkan dalam surat al-Tawbah / 9:103. Al-Qur'an sangat konsisten dalam menganjurkan pengeluaran harta, baik yang diwajibkan (zakat) maupun yang dianjurkan (shodaqoh), sampai nafs yang sudah tercemar dapat kembali menjadi nafs zakiyah, seperti pendapat Abu Amr ibn al-A'la yang dikutip oleh al-Razi, yakni nafs yang tidak lagi terbelenggu oleh dorongan-dorongan syahwat.

Apa yang dilakukan aleh Abu bakr al-Shiddiq ketika beliau mengeluarkan harta untuk membebaskan Bilal, seorang budak Muslim yang sedang disiksa oleh majikannya karena keislamannya dipandang sebagai perwujudan dari jiwa yang sudah bersih. Seperti yang banyak disebut oleh para mufasir bahwa turunnya surat al-Layl / 95:18 adalah berkenan dengan perbuatan Abu Bakr tersebut.

Puncak tazkiyah adalah apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim ketika beliau siap melaksanakan perintah Alloh SWT menyembelih putranya, Ismail, karena posisi Ismail bagi Ibrahim adalah harta yang tidak ternilai, melebihi nilai seluruh hartanya.

Sebagaimana halnya kodrat manusia di hadapan kekuasaan Alloh SWT, manusia tidak bisa menjamin keberhasilan usahanya melakukan tazkiyah, sebagaimana Rasul juga tidak bisa menjamin keberhasilan usahanya berdakwah sampai-sampai pamannya sendiri tidak beriman seperti yang disebut dalam surat al-Qashashsh / 28:56. Dalam hal ini al-Qur'an di samping memuji orang yang berusaha melakukan tazkiyah juga menyebut tentang adanya hak otonomi Alloh SWT. Surat al-Nur / 24:21 dan al-Nisa' / 5:49 menyebutkan bahwa Alloh menyucikan jiwa dari orang-orang yang dikehendaki-Nya.

Kebaikan Itu Indah

Pernah pada suatu hari saya sedang menunggu bis, ada seorang pemuda menuntun nenek menyeberangkan jalan. Begitu sampai nenek itu bukannya mengucapkan terima kasih malah menangis tersedu-sedu membuat kami orang-orang disekeliling terheran-heran. 'Kenapa nenek menangis?' Tanya pemuda yang telah membantunya menyeberangkan jalan. Nenek itu mengatakan bahwa dirinya tidak hendak menyeberang melainkan sedang mencari cucunya. Kebaikan itu indah, namun kita seringkali berbuat baik namun tidak disertai dengan ilmu atau pemahaman akan kebutuhan menjadi tidak efektif dan tidak tepat sasaran.

Demikian halnya ketika kita melakukan kebaikan seringkali menjadi sia-sia bila yang kita lakukan tidak memenuhi kebutuhan kepada orang yang hendak kita tolong. Materi memang kebutuhan yang tak terelakkan namun kasih sayang lebih utama. Itulah yang kami lakukan di Rumah Amalia. Kami melakukan yang tepat sasaran. Perbuatan baik saja tidak cukup bila tanpa mengetahui apa yang dibutuhkan oleh anak, sama seperti yang dilakukan pemuda menuntun nenek menyeberang jalan, padahal sang nenek sedang mencari cucunya. Perbuat baik pemuda itu bukan hanya sia-sia mungkin juga malah membahayakan bagi nenek itu atau cucunya yang sedang bermain dijalan raya.

Kami mengajarkannya anak-anak Amalia belajar mengaji, mendengar setiap keluhan dikala sakit, menumbuhkan kepercayaan dirinya, membangun kebiasaan berpikir positif dan berpikir kontributif. Bahkan mengajarkan kepemimpinan dan kemadirian adalah bagian yang utama yang kami ajarkan.

Hari senin yang lalu Rumah Amalia mengadakan Open House dalam rangka Peduli Kasih Amalia dengan mengadakan pengobatan gratis dan santunan anak yatim. Bersama Mbak Rani, Mas Asep, Dokter Nia dan juga teman-teman lainnya, diluar dugaan kami yang datang membludak, dari yang kami perkirakan. Kami menjadi merasa begitu dekat, banyak curhat yang disampaikan. Bapaknya Ismi yang sopir angkot menceritakan bersyukur sekali dengan adanya Rumah Amalia lebih meluangkan waktu untuk anak-anaknya karena kebutuhan anak yang paling mendasar adalah kasih sayang. Ibu-ibu juga hadir menyatu dengan kami. Sekalipun kegiatan yang kami lakukan sederhana terasa sekali manfaatnya untuk semua orang yang hadir pada kegiatan Peduli Kasih Amalia, bahkan anak-anak Amalia seperti Mona, Lita, Lusi, Atun, Apoy, fajar dan Dedek terlibat dalam kepanitiaan lebih terbangun konsep dirinya dan kerjasama tim.

Berbuat baik yang tepat sasaran untuk mendidik anak-anak bukan hanya membiayai sekolah namun juga mencetak generasi yang disebut oleh Rasulullah sebagai Waladun Salihun atau anak yang shaleh dan bertanggung jawab, itulah yang kami lakukan di Rumah Amalia.

Air Mata Ibu

Sabtu malam ketika saya bersama istri dan Hana sedang berkunjung ke rumah orang tua, datang menyusul salah seorang ibu anak Amalia (anak- anak Insan Mulia) datang. Air matanya terlihat tumpah dipelupuk mengabarkan Iyus anaknya sedang sakit dan tidak bisa jalan. ‘Mas Agus apakah bisa mengantarkan Iyus ke Rumah Sakit?’ Tanya Sang Ibu. Sayapun bergegas bersama ibu menjemput Iyus dan mengantarkan Rumah Sakit.

Saya dan Iyus melaju menuju Medika Lestari, Ibunya menyusul kemudian. Kami masuk ruang UGD. Setelah diperiksa dokter Iyus kemungkinan sakit usus buntu yang harus dioperasi. Pak Dokter merujuk ke Rumah Sakit Umum Bhakti Asih. ‘Kak, daripada sakit saya mendingan kerja,’ kata Iyus. Saya katakan padanya sebaiknya pikirkan kesehatan dulu, setelah itu pikirkan yang lain. Ibunya yang tadi terdiam mendengarkan obrolan kami, tiba-tiba terdengar isak tangis. Tangisnya terlihat pilu yang menyayat hati saya.

Iyus adalah tulang punggung bagi ibunya. Sejak ayahnya meninggal selesai sekolah Iyus bekerja sebagai Security untuk mencukupi kebutuhan ibu dan adeknya. Iyus juga memiliki kakak namun tinggalnya jauh. Setiap harinya Iyuslah yang menjaga dan merawat ibu dan adeknya yang masih kelas dua SD dari kerjanya sebagai security.

Saya teringat satu kisah Uwais. Uwais seorang penjaga unta yang upahnya digunakan untuk menghidupi ibunya. Suatu hari Uwais meminta izin kepada Ibunya untuk berkunjung kepada Rasulullah SAW di Madinah. Ibunya berpesan agar tidak lebih dari setengah hari.
Uwais berangkatlah ke rumah Rasulullah, saat sudah sampai ternyata Rasulullah sedang pergi. Terpaksalah Uwais menunggu, karena Rasulullah tidak kunjung hadir, Uwais kembali pulang. Begitu Rasulullah datang, beliau bertanya, ‘cahaya siapakah yang menerangi rumah ini?’ Seorang sahabat menjawab, tadi barusan seorang penjaga unta bernama Uwais datang kemari dan sekarang sudah pulang.’

Rasulullah bersabda, ‘Benar, Uwais memberikan hadiah cahaya pada rumah ini dan kemudian pergi.’ Itulah cahaya yang muncul pada wajah seorang pemuda yang selalu berkenan merawat dan menjaga ibunya penuh cinta yang tulus. Yaitu cinta seorang anak kepada ibunya dan saya melihat cahaya seorang anak yang berbakti kepada ibu juga terpancar dari wajahnya Iyus.
Malam semakin larut, setelah pemeriksaan dokter. Saya mengurus administrasinya. Airmata ibunya Iyus masih terlihat berlinangan. Air mata kasih seorang ibu kepada anaknya yang berbakti. Air mata ibu juga berarti doa untuk kesembuhan bagi anaknya.

---
kisah yang mengharukan terjadi pada diri Uwais Al-Qarni, orang yang sudah beriman pada masa Nabi, sudah berangan-angan untuk berhijrah ke Madinah untuk bertemu dengan Nabi. Namun perhatiannya kepada ibunya telah menunda tekadnya berhijrah. Namun Ia bisa meraih surga dan berteman dengan Nabi Muhamad SAW dengan berbakti kepada ibunya.

Jumat, 24 Juli 2009

Kesalahan Itu Indah

Rabu malam kemaren ketika saya on air di Radio Bahana, bercerita kepada Mas Ruli dan Mbak tanti penyiar Radio Bahana. tema 'Power of Peace' malam itu tentang Kesalahan itu indah.

Ada seorang anak muda yang sedang duduk, datanglah Sang Manajer perusahaan.

'Gaji kamu berapa?' tanya manajer.

'lima ratus ribu pak.' jawab anak muda.

Sang manajer mengeluarkan uang lima ratus ribu dan mengatakan, 'ini uang lima ratus ribu sebagai pesangon dan mulai hari ini kamu saya pecat, besok tidak usah datang lagi ke kantor,'ucap manajer itu.

Tak lama kemudian Pak manajer bertemu security dan bertanya, 'sudah berapa lama dia kerja diperusahaan kita?'

'Maaf pak, anak muda tidak bekerja diperusahaan kita, dia hanya mengantarkan barang,'jawab security.

Begitulah saya bercerita tentang kesalahan itu indah kepada Mas Ruli dan Mbak tanti pada acara 'Power of Peace' di radio Bahana. Ditengah kemarahan seringkali kita salah melangkahdan membuat kita terasa aneh sekaligus menjadi indah karena bagi anak muda itu keberuntungan dapat lima ratus ribu namun bagi Sang manajer lima ratus ribu itu telah mengantarkan ke depan pintu gerbang pembelajaran kesabaran, keikhlasan dan kearifan.

Saya teringat ucapan Mbah Surip pelantun lagu 'Tak Gendong' (Tentunya teman2 sudah hapal lagunya, bahkan Hana sebelum berangkat sekolahpun suka menyanyikan lagu 'Tak gendong kemana-mana..' ^_^) disalahsatu koran Nasional menyebutkan bahwa hidupnya belajar salah, bukan belajar benar. Belakangan saya mengerti ternyata kesalahan adalah ibu kandung dari kesabaran.

Jadi tidak usah takut salah sebab kesalahan adalah pembelajaran kita untuk mencapai keberhasilan. Itulah makna yang saya temukan dari kata-kata Mbah Surip belajar salah dan kesalahan itu ternyata indah.

---
Hai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan kepada Alloh dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS.2:153)

Keajaiban Ketika Sakit

bila berkesempatan membezuk teman yang sakit Seringkali saya 'menasehatkan' agar kepada teman-teman yang datang membezuk untuk meminta doa orang yang sakit, biasanya doa orang yang sakit akan mudah dikabulkan oleh Alloh SWT dan bagi yang sakit hendaknya mendoakan yang baik-baik bagi dirinya sendiri dan keluarganya. Mohon dihindarkan berdoa supaya cepat mati.

Saya seringkali bertemu keajaiban ditengah orang yang sakit. Pernah satu ketika saya membezuk seorang teman yang sedang sakit, saya menyarankan agar tetap sholat dikala sakit dan tidak lupa berdoa agar diberikan kesembuhan.

Teman itu mengatakan bahwa dirinya sudah lama tidak pernah sholat. kenapa mas agus mengingatkan agar saya sholat. 'Saya pikir mas agus nyindir saya,' katanya. 'Akhirnya saya beprasangka baik karena mas agus yang menyarankan saya terus sholat, dibimbing oleh istri saya bahkan saya juga meminta anak-anak membantu saya untuk membacakan surat yasin,' begitu tuturnya.

'Saya mengidap sakit infeksi paru-paru, Awalnya Tubuh saya semakin terasa lemas dan jika batuk terasa sakit,' katanya. Subhanallah! Setelah saran Mas Agus saya jalankan dengan menjalankan ibadah sholat dan mendekatkan diri pada Alloh SWT, beberapa hari kemudian muncul perubahan. Dokterpun terheran, kesembuhan bisa lebih cepat,' tuturnya.

'Bagaimana itu bisa terjadi mas?'tanya saya.

'Wallahu a'lam mas agus syafii,' jawabnya.

'Didalam sakit saya bisa belajar ikhlas dan bersabar. Saya merasakan nikmatnya berserah diri kepada Alloh SWT. Sewaktu saya sehat, betapa saya sangat sombong dan tidak pernah bersyukur,' tuturnya dengan penuh linangan air mata. 'La haula wala kuwata illa billah, tiada daya dan tiada upaya kecuali hanya Alloh semata, begitu berarti bagi saya,' ucapnya lirih penuh makna yang indah, pelajaran yang agung telah didapatnya ketika sahabat saya ini sedang sakit.

Malam itu disaat anak-anak Amalia sedang mengaji. Air mata saya tak terasa menetes mendengar penuturannya dan ternyata dirinya sembuh dengan keajaiban. Bagi mereka yang pernah sakit akan tahu apa yang disebut dengan keajaiban. Keajaiban itu nyata didepan mata. betapa Maha BesarNya Alloh SWT dan betapa kecilnya diri kita.
--

'Obatilah orang-orang sakit dengan shodaqoh dan betengilah harta kalian dengan zakat dan tolaklah bala' dengan doa' (H.R Muslim)

Kamis, 23 Juli 2009

The Leader In Amalia

Bagian yang paling saya suka di Rumah Amalia adalah bertanya untuk apa kalian belajar? Anak-anak Amalia akan menjawab 'untuk menjadi pemimpin.' karena saya mengajarkan mereka agar mereka memiliki kebiasaan seorang pemimpin. Dengan memulai memimpin dirinya sendiri kelak mereka juga mampu memimpin ditengah keluarga dan masyarakat.

Pernah pada suatu malam, ketika saya bersama anak-anak Amalia belajar mengaji. Saya selalu mengajarkan 7 kebiasaan anak Amalia. 7 Kebiasaan Amalia saya peroleh dari buku 'The Leader In Me' Karya Stephen R. Covey. saya bertanya, apa kebiasaan pertama anak Amalia? Hampir semua angkat tangan. Duduk paling depan adalah Egga, kakaknya bernama Eggi. 'Ayo Eggi, apa kebiasaan pertama anak Amalia?' tanya saya.

'Menjadi proaktif..kak.'jawab Egga. 'Coba beri contoh menjadi proaktif seperti apa?' tanya saya. 'Begini kak, menjadi proaktif, kalo saya habis makan saya mencuci piring sendiri tanpa disuruh oleh mamah.' jawab Egga dengan semangat. Anak-anak Amalia tertawa melihat wajah Egga yang terlihat lucu.

begitulah saya mengajarkan kepada anak-anak Amalia jiwa kepimpinan. Kepimpinan berarti bertanggungjawab. Bertanggungjawab terhadap diri sendiri dan bertanggungjawab terhadap pilihan hidupnya. Anak-anak Amalia bertanggungjawab atas semua kegiatan di Rumah Amalia. Kami memfasilitasi untuk semua kegiatan. Untuk minum selalu disediakan tempat minum, anak-anak Amalia bertanggungjawab untuk mencuci gelasnya sendiri, dengan mempercayai mereka sekaligus memberikan mereka tanggungjawab atas semua kegiatan di Rumah Amalia membuat anak-anak menjadi bersemangat dan lebih giat melakukan semua aktifitas. Itulah yang kami sebuat sebagai 'The Leader In Amalia.'

-
Sebaik-baiknya pemimpin diantara kamu adalah mereka mencintai kamu dan kamupun mencintainya (al-hadist)

Rabu, 22 Juli 2009

Membangun Kekuatan Di Dalam Diri

Entah sejak kapan, sudah lama manusia hidup hanya dengan sebuah tema memburu kemenangan, mencampakkan kekalahan. Di Jepang dan berbagai belahan dunia, banyak orang mengakhiri hidupnya hanya karena kalah. Hal-hal yang melekat pada kekalahan dinilai serba negatif: jelek, hina. Sekolah sebagai tempat untuk menyiapkan masa depan juga ikut-ikutan. Melalui program serba juara, sekolah menguatkan keyakinan ”kalah itu musibah”. Tempat kerja juga serupa, tak ada yang absen dari kegiatan sikut-sikutan. Semua mau naik pangkat, tak ada yang ingin turun. Terutama dunia politik, kekalahan hanyalah kesialan. Dan aroma seperti inilah yang mewarnai Indonesia pada awal April 2009, menjelang pemilu dan pilpres.

Bagaimana membangun kekuatan di dalam diri?

1. Maknai kekalahan sebagai indah

Tidak ada yang melarang manusia mengejar kemenangan. Ia pembangkit energi yang membuat kehidupan berputar, pemberi semangat agar manusia tidak kelelahan. Tapi, seberapa besar energi dan semangat manusia, bila putaran waktunya kalah, tidak ada yang bisa menolaknya. Karena itu, orang bijaksana melatih diri untuk tersenyum di depan kemenangan maupun kekalahan. Berjuang, berusaha, bekerja, berdoa tetap dilakukan. Namun, bila kalah, hanya senyuman yang memuliakan perjalanan.

Dihormati karena menang itu indah. Namun, tersenyum di depan kekalahan, hanya orang yang mendalam pandangannya yang bisa melakukan. Sebagian orang bijaksana malah bergumam, kekalahan lebih memuliakan perjalanan dibandingkan kemenangan. Di depan kekalahan, manusia sedang dilatih, dicoba, dihaluskan. Kekalahan di jalan ini berfungsi menghaluskan.

Kesabaran, kerendahhatian, ketulusan, keikhlasan, itulah kualitas-kualitas yang sedang dibuka oleh kekalahan. Ia yang sudah membuka pintu ini akan berbisik, kalah juga indah! Jarang terjadi ada manusia mengukir makna mendalam di tengah gelimang kemenangan. Terutama karena kemenangan mudah membuat manusia lupa diri. Para pengukir makna yang mengagumkan, seperti Kahlil Gibran, Jalalludin Rumi,semuanya melakukannya di tengah kesedihan.

2. Luaskan Pikiran

Mengukir makna memang berbeda dengan mengukir kayu. Dalam setiap konstruksi makna terjadi interaksi dinamis antara realitas sebagaimana apa adanya dan kebiasaan seseorang mengerti (habit of undestanding). Ia yang biasa mengerti dalam perspektif tidak puas, serba kurang, selalu menuntut lebih, akan melihat kehidupan tak menyenangkan ada di mana-mana. Sebaliknya, ia yang berhasil melatih diri untuk selalu bersyukur, ikhlas, tulus lebih banyak melihat wajah indah kehidupan.

Belajar dari sini, titik awal memaknai kekalahan adalah melihat kebiasaan dalam mengerti, the blueprint is found within our mind. Membiarkan kemarahan dan ketidakpuasan mendikte pengertian akan memperpanjang penderitaan yang sudah panjang.

Seorang guru mengambil gelas yang berisi air, meminta muridnya memasukkan sesendok garam dan diaduk. Saat dicicipi, asin rasanya. Setelah itu, guru ini membawa murid itu ke kolam luas dengan sesendok garam yang dicampurkan ke air kolam dan rasanya tidak lagi asin.

Itulah batin manusia. Bila batinnya sempit dan rumit (fanatik, picik, mudah menghakimi), kehidupan pun menjadi mudah asin rasanya (marah, tersinggung, sakit hati). Saat batinnya luas, tak satu hal pun bisa membuat kehidupan menjadi mudah asin.

Dengan modal ini, lebih mudah memaknai kekalahan bila manusia berhasil mendidik diri berpandangan luas sekaligus bebas. Berusaha, bekerja, belajar, berdoa adalah tugas kehidupan. Namun, seberapa pun kehidupan menghadiahkan hasil dari sini, peluklah hasilnya seperti kolam luas memeluk sesendok garam.

Apa yang kerap disebut menang-kalah, sukses-gagal, dan hidup-mati hanyalah wajah putaran waktu. Persis saat jam menunjukkan pukul 06.00, saat Matahari terbit. Pukul 18.00, putaran waktu Matahari tenggelam. Memaksa agar pukul 06.00 Matahari tenggelam tidak saja akan ditertawakan, tetapi juga korban karena kecewa.

Memang terdengar aneh. Pejalan kaki yang sudah jauh ke dalam diri bila ditanya mau kaya atau miskin, akan memilih miskin. Atas menang atau kalah, ia akan memilih kalah. Kaya adalah berkah, namun sedikit ruang latihan di sana. Meski ditakuti banyak orang, kemiskinan menghadirkan daya paksa tinggi untuk senantiasa rendah hati. Menang memang membanggakan, namun godaan ego dan kecongkakan besar sekali. Nyaris semua orang tak ingin kalah, tetapi kekalahan adalah ibu kesabaran.

Seorang guru pernah mengatakan, pikiran menjadi seluas langit. Tidak ada satu awan (awan hitam kesedihan, awan putih kebahagiaan) pun yang bisa mengubah langit. Dan ini lebih mungkin terjadi dalam manusia yang sudah berhasil memaknai kekalahan maka Membangun Kekuatan Di Dalam Diri.

Ucapan Seorang Ibu

Ada seorang ulama terkenal bernama Zamakhsyari, beliau penulis terkenal tafsir al-Khassyaf yang hanya memiliki satu kaki. Baliau sendiri mengatakan bahwa memiliki satu kaki karena ucapan ibunya. menurut beliau pernah waktu masih kecil, dirinya naik keatas dinding untuk membantu mengeluarkan anak burung dari sarangnya.

Anak burung itu berusaha lari dari cengkeraman Zamakhsyari, karena dia menahan kaki sebelahnya sehingga menyebabkan kaki burung itu terputus. Zamakhsyari yang masih anak-anak itu berlari menemui ibunya dan menunjukkan burung itu kepada ibunya karena terkejut dan marah ibu mengatakan, 'Ya Alloh, Engkau akan kehilangan satu kaki.'

Dikemudian hari ketika dewasa beliau mengalami sebuah tragedi yang menyebabkan kehilangan satu kakinya.

Itulah gambaran ucapan seorang ibu adalah doa bagi anak-anaknya. Sebaiknya apapun yang diucapkan seorang ibu kepada anaknya dipikirkan terlebih dahulu daripada menyesal dikemudian hari. Sekecil apapun kesalahan atas kelakuan anak kita, memaklumi dan memaafkan jauh lebih baik untuk anak kita.

--
Dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu anhu, dia menceritakan bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam telah bersabda, 'Janganlah kalian menyumpahi diri kalian, dan jangan pula menyumpahi anak-anak kalian dan harta kalian, kalian tidak mengetahui saat ucapan (do'a) dikabulkan sehingga Allah akan mengabulkan sumpah itu' (HR.Muslim)

Selasa, 21 Juli 2009

Senyum Kebahagiaan

Senin pagi anak-anak Amalia mengadakan peringatan Isra' Mi'raj dengan tema Peduli Kasih Amalia dengan kegiatan pengobatan gratis, layanan kesehatan dan santunan anak yatim. Jam 6.30 pagi Lita sudah datang. Saya merapikan rumah bersama istri, Hana juga nampak terlihat sibuk. Tak lama kemudian datang Lusi, atun dan Mona. Semuanya nampak sibuk mempersiapkan data yang akan berobat. Reka, Fajar, Dedek dan apoy juga membantunya.

anak-anak yang hendak berobat berdatangan, para ibu bersama anaknya ada juga bapak-bapak ikut berobat. Dokter Nia dan seorang bidan sibuk memeriksa. Atun yang memanggil satu persatu mereka yang hendak berobat. Kak rani dan Kak Asep ikut membantu anak-anak Amalia untuk dokumentasi. Sementara istri saya dibantu dengan Lusi membagikan baju sekolah dan busana muslim serta santunan untuk anak-anak yatim.

Kegiatan Peduli Kasih Amalia menjadi bagian yang menyenangkan bagi anak-anak. Panitia sepenuhnya menjadi tanggungjawab mereka. Mona dan Lusi terlihat cekatan melayani setiap orang yang datang hendak berobat. Reka dan apoy turut membantu. kata Lita, 'Capek sih kak, tapi seneng.' Bahkan Kak rani ketika bertemu dengan Reka sempat bilang, 'Reka, mau dong rotinya.' Reka menjawabnya dengan menyembunyikan wajahnya dibalik dikantong plastik. Saya malah baru mengerti Reka ternyata pemalu saat ditanya Kak rani. Malu kalo kebaikannya diketahui oleh kak Rani.

Setiap ibu yang berobat diperkenankan juga mengambil baju layak pakai, kerudung dan mukena dua potong. Baju-baju dari Kak Rani dan sumbangan teman-teman langsung ludes. Dedek yang suka dipanggil 'Bang Haji' nampak senyum bahagia karena 'jualan'nya habis.

Disaat jam menunjukkan 12 kurang, 'pasien' sudah berkurang. dua dokter teman Kak Nia pamit pulang dulu, sementara Kak Nia masih melayani ibunya Atun dan ibu yanti yang baru datang untuk berobat. Setelah itu kami makan siang. Terdengar adzan dhuhur saya, mas Asep dan Hana bergegas untuk sholat di Masjid al-Hikmah. Sekembali dari sholat, Kak Nia, Kak rani, istri saya, Mona, Lusi, lita dan Atun asyik poto bersama. Wuih serunya mereka penuh kebersamaan. begitu indahnya kebahagiaan hari senin itu. anak-anak Amalia terlihat wajahnya berseri-seri.

Saya teringat doa nabi Sulaiman Alaihissalam dan saya memanjatkan doa untuk anak-anak Amalia dan kakak2 semua yang telah membantu kami, 'Ya Tuhanku, berilah kami ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepada kami dan kepada dua orang ibu bapak kami dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai dan masukkanlah kami dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.' (QS An Naml. 19).

--
Terima kasih tak terhingga untuk Kak Rani, Kak 'Dokter' Nia, Kak Asep atas berkenannya memberikan senyum kebahagiaan untuk anak-anak Amalia. Semoga Alloh SWT membalas kebaikan kakak2 semua.

Jumat, 17 Juli 2009

Sepotong Roti

Pernah pada suatu malam saya bercerita kepada anak-anak Amalia bahwa ada seorang ahli ibadah masuk surga karena sepotong roti. Ahli ibadah ini telah menghabiskan hidupnya untuk ibadah selama 60 tahun, kemudian pada suatu hari ia keluar dari tempat ibadahnya dan ia bertemu dengan seorang wanita. Ia pun jatuh cinta kepada wanita tersebut dan, akhirnya, ia berbuat dosa.

Setelah melakukan perbuatan tersebut, ia menyesal hingga ia pingsan. Tiba-tiba datang seorang pengemis, maka ia pun memberikan kepada pengemis sepotong roti miliknya. Kemudian ia meninggal dunia, maka ditimbanglah ibadah yang telah dilakukannya selama 60 tahun dengan perbuatan dosa itu, ternyata perbuatan dosa itu lebih berat daripada Ibadahnya selama 60 tahun. Dan pahala sepotong roti itu menjadi lebih berat daripada perbuatan dosanya, maka dosa-dosanya pun diampuni dan ahli ibadah itu masuk surga karena sepotong roti.

Beberapa malam kemudian ada salah satu anak Amalia yang memberikan sepotong roti yang harga 500 rupiah. 'Untuk siapa roti ini Reka?' tanya saya. 'Untuk Kak Agus, biar saya kalo mati masuk surga..'kata Reka. Saya tersenyum mendengar penuturannya. 'Wah, kebetulan nih saya lagi lapar, yuk kita makan berdua.' jawab saya.

Kami berdua makan roti sambil minum air putih yang segar. Sesegar wajahnya Reka yang penuh kegembiraan. Sepotong roti telah menguatkan keyakinannya bahwa perbuatan baik sekecil apapun yang berguna bagi orang lain mendatang kebahagiaan didalam hidupnya dan bisa membuatnya masuk surga.

---
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. [QS. Huud: 114]

Kamis, 16 Juli 2009

Air Mata Seorang Suami

Air mata seorang suami adalah air mata penyesalan. Sesuatu itu akan menjadi berarti bagi hidup kita setelah yang ada menjadi tiada. Namun bila awalnya ada seringkali dianggap tidak ada. Begitu pula seorang suami, terkadang mengabaikan cinta yang tulus dari seorang istri tetapi setelah istrinya tiada, barulah sang suami merasakan sungguh berarti seorang istri bagi hidupnya. Maka air mata seorang suami akan mengalir tak terhindarkan.

Air mata seorang suami juga terjadi pada Pak Dharma. Pak Dharma yang saya kenal. Pak Dharma sangat suka menyantuni anak-anak yatim dan fakir miskin. Sekali waktu datang ke Rumah Amalia. Kami suka berdiskusi tentang kehidupan dan amal sholeh. Beliau dibesarkan dalam keluarga jawa. Ayah dan ibunya sangat memegang teguh tradisi kejawen. keluarganya sangat akrab dengan mocopat, ajaran moral dan pesan-pesan luhur tentang makna kehidupan yang dihayati oleh orang jawa, ditembangkan dalam bahasa yang puitis. 'Saya tidak akrab dengan al-Qur'an mas..'lanjutnya. 'Kami percaya dengan Gusti Alloh dan mengaku Muhamad Rasulullah, tetapi saya tidak pernah sholat,' begitulah tuturnya sore itu ketika mampir di Rumah Amalia.

Suatu ketika ada pertanyaan istrinya yang menyentuh sanubarinya, 'Apakah Mas sayang sama aku?' Saya tertawa Mas Agus, karena saya menganggapnya pertanyaan iseng. Obrolan istri yang bawel, begitu katanya. Pak Dharma sangat menyayangi istrinya. beliau menceritakan istrinya merasa tidak pernah diperhatikan sebab Pak Dharma lebih sibuk mengurusi pekerjaannya daripada berkumpul dengan keluarga.

'Cukup mas, aku tahu itu. Lalu apa tanda mas sayang sama aku?' tanya istrinya.

pertanyaan istri inilah terasa memukul jantungnya. Aneh, saya tidak merasa dipojokkan. Justru ia merasa diingatkan. Gunung es yang membeku sekian lama dalam kalbu, terasa mencair. Ya, apa tandanya saya menyayanginya, mencintainya, dan memuliakannya?

'Mas, Setiap orang selalu bekerja keras, berbuat baik dengan tetangga, mencintai keluarga tapi anak-anak dan aku butuh kehadiran Mas sebagai imam, bukan hanya imam dalam rumah tangga namun juga imam dalam ibadah, kata istrinya. Pak Dharma terdiam, jiwanya menjadi terbuka, kediriannya terkelupas tanpa sakit hati dan tersinggung. Baru kali ini dirinya diingatkan oleh istrinya yang menumbuhkan kesadaran dirinya. Persepsinya tentang Islam, perlahan-lahan bergulir. 'Saya mengakui kebenaran ucapan istrinya. Saya merasa diingatkan padahal yang selama ini hatinya tertutupi. Saya merasakan suara istri saya bagai panggilan dari Gusti Alloh. saya terharu, Ternyata Alloh SWT masih sayang sama saya, tutur Pak Dharma.

'Tapi saya tidak bisa sholat, Pernah mengaji tetapi buta huruf al-Quran,'tanyanya. 'Mas, semua itu tergantung niat, pelan-pelan. Insya Alloh bisa Mas,'jawab istrinya. 'Kemudian saya belajar sholat dibimbing istri saya dengan penuh kesabaran. Saya mulai dari niat, takbir hingga mulai meletakkan dahi serata dengan tanah, dalam sebuah sujud total. Subhana Robbiyal a'la. Maha Suci Alloh Yang Maha Tinggi. Saya ikhlas meletakkan dari, yang menempati posisi tertinggi diwajah saya ditempat telapak kaki saya dibumi, diatas lantai. Allohu Akbar, hanya Allohlah yang Maha Besar.

Pak Dharma bercerita bahwa sejak dirinya sholat batinnya menjadi tentram. Banyak persoalan pekerjaan dan kehidupan sehari-harinya yang mengalami kebuntuan karena keterbatasan akal pikirannya akhirnya terselesaikan. 'dengan sholat saya merasa lebih lengkap dan dekat dalam komunikasi dengan Alloh SWT..' tutur Pak Dharma.

Semua proses menuju sujud yang saya tempuh dengan segala liku kehidupan akhirnya saya bisa menjalankan sholat dengan baik. Ditengah kebahagiaan kami sekeluarga, Alloh SWT memanggil istri saya kehadiratNya. Ya..Alloh, seumur hidup saya belum pernah sepanik ini, kata Pak Dharma yang berlinang air mata. Saya teramat menyesal. Saya merasa terbanting kedalam chaos batin, yang amat memukul. bayangkan Mas Agus, saya kehilangan istri yang begitu baik, yang begitu ikhlas menemani saya dalam suka maupun duka, yang dilipihkan Alloh menjadi mediumNya untuk memanggil saya dalam kehidupan dan menjalani Syariah dengan benar, Saya tidak tau harus berbuat apa kecuali berdoa dan berserah diri pada Alloh SWT semata,' tutur Pak Dharma sambil mengenang istrinya. AIr matanya begitu indah, kerinduan terhadap istrinya yang telah membimbingnya menuju ketaqwaan kepada Alloh SWT. Subhanallah..

----
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 'Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri kalian yang menjadi penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata: 'Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha.' (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no. 257. Silsilah Al-hadits Ash Shahihah, Asy- Syaikh Al Albani rahimahullah, no. 287)

Butir-Butir Airmata

Acara outbond belum selesai namun ada salah seorang anak Amalia sakit. AKhirnya saya bilang, Adek boleh pulang dulu deh. Malam harinya saya mengantar Rumah Sakit Medika Lestari. Ibunya menangis, anaknya menangis dari naik motor sampai di Rumah Sakit. Setelah mendaftar kami menunggu.

Batuk-batuknya terdengar keras, Saya membelikan balsem. Tak lama kemudian saya mengantarkan balsem yang dibutuhkannya. 'Dek, Mamah sayang kamu.' tutur ibunya. Sejak ayahnya meninggal karena sakit ibunya bekerja untuk menghidupi anak dan neneknya. Tinggal dalam kontrakan, toh hidupnya penuh syukur. Sesekali ibunya datang ke Rumah Amalia sekedar bersilaturahmi. 'Kebahagiaan itu ada didalam hati, kak agus.' tuturnya pada waktu itu.

Kebahagiaannya merupakan kebahagiaan kami. Dari kecil bahkan sebelum sekolah, saya sudah mengajarnya mengaji. Ayahnya meninggal beberapa tahun yang lalu. kalo anak-anak umumnya suka bermain bersama teman-temannya, dia malah suka memilih untuk belajar mengaji.

Setelah itu tak lama kemudian giliran kami dipanggil. Dokter memeriksa tubuhnya. Sakitnya karena alergi. Dokter mengingatkan agar tidak makan pedas dan es sebab itu langsung berdampak kepada kesehatan tubuhnya. Tubuhnya yang ringkih terdengar napasnya terasa berat. Butir-butir airmata ibunya terus mengalir. 'Dengar tuh dek, mamah sudah kehilangan ayahmu. Apa kamu juga mau meninggalkan mamah?' kata ibunya penuh isak tangis.

'Adek nggak mau kemana-mana, adek cuman kangen bapak..' Kata Anak itu menatap ibunya dengan polos, Airmata ibunya malam mengalir deras. Mata saya terasa bergetar, tak kuasa menahan airmata. Menyaksikan perstiwa itu terasa menyayat hati. Terkadang butir-butir airmata tidak lagi mampu dikendalikan, mengalir begitu saja.

'Segala sesuatu (di dunia ini) pasti memiliki timbangan dan takaran kecuali air mata, karena satu tetes darinya dapat memadamkan lautan api'. (Imam Ja’far, Bihârul Anwâr, jilid 93, hal. 331, Hadis No.14)

Rabu, 15 Juli 2009

Senyuman!

Menyambut pagi dengan senyuman akan menambah energi positif untuk tubuh kita. Mari kita bayangkan Di dalam kehidupan kita sehari-hari sejak maraknya FaceBook, banyak orang yang tidak bisa melepaskan diri dari BB. Bertanda kita makin bergantung terhadap energi listrik. Lantas bagaimana bila kita kehabisan energi positif pada tubuh kita?. Orang menjadi mudah marah, frustasi, bete, bahkan susah tidur. Namun bila energi positif kita kuat, pikiran kita menjadi jernih, tubuh sehat dan fokus pada pekerjaan.

Sekali waktu tidak ada salahnya untuk duduk berdiam diri, hening sejenak melepaskan beban. Mensyukuri semua anugerah Ilahi sambil menikmati indahnya panasnya sinar matahari. Supaya tidak stress, ditambah dengan sedikit senyuman untuk orang-orang disekeliling kita Smile.. though your heart is achin. Senyuman membuat kita percaya diri dan orang lain menjadi gembira. bukan hanya akan membuat bahagia orang lain tapi juga membuat bahagia diri kita sendiri.

Berbeda dengan alam, kerusakan alam membutuhkan waktu yang lama untuk diperbaiki sementara energi spiritualitas kita diperbaiki dalam sholat lima waktu. Bila kita lampu, kita membutuhkan energi agar lampu itu terus menyala. Bila kita tersambung dengan sumber energi. Maka tubuhnya akan tetap sehat, fresh, bersemangat dan istiqomah. sebuah sumber energi yang tiada batas dan tidak akan pernah akan ada habisnya. Jika kita lampunya, Sang Khaliq sumber energinya.

Energi tentunya bersifat sustainable berada dalam suatu siklus alam. Seperti energi minyak juga bersifat sustainable dalam siklus yang panjang. Dari pohon, jadi fosil menngendap dibumi jutaan tahun barulah menjadi minyak bumi. Berbeda dengan energi pada tubuh manusia. Tidur cukup, menjalan sholat dengan tepat waktu, energi positif pada tubuh bisa bertambah. Tidak lupa pula dengan menyebarkan senyuman untuk orang yang kita jumpai, energi positif kita menyebar kemana-mana bagaikan virus. Kan lebih baik bila kita menyebarkan virus kebahagiaan kesetiap orang. bila anda lentera, sayalah minyaknya. Cahaya lentera kita tidak akan pernah padam agar menyinari dunia yang kian gelap ini.

Nasehat Seorang Anak

Dalam satu hadis yang berbunyi 'Kullu maulidin yuladu 'alal fitrah' pada dasarnya anak terlahir dalam keadaan suci, orang tuanyalah yang mengarahkan anaknya. Seorang bapak yang disebut berhasil bila mampu menjadikan anaknya sebagai gurunya. Guru yang membimbing dirinya untuk memahami pesan-pesan Ilahiah. Sebagai pesan Nabi Ibrahim kepada ayahnya yang menyembah berhala agar menghancurkan semua berhalanya.

Pernah seorang teman bertutur dirinya dinasehati oleh putrinya. Disaat dirinya terlelap dalam tidurannya, dia ditanya putrinya.
'Apakah ayah pernah menangis?' tanya putrinya. 'Semua orang pernah menangis, nak' Anaknya terheran mendengarkan jawaban ayahnya. 'Bagaimana mungkin laki-laki bisa menangis ayah? ‘kan malu kalau menangis.' kata anaknya.

'Memangnya laki-laki tidak menangis? kata siapa? Justru sebenarnya laki-laki lebih cengeng dari perempuan. Kalau sudah mrebes mili, keluar airmatanya susah untuk dibujuk untuk diam.' jawab Sang ayah.

'Ayah juga begitu?' kata putrinya. 'Iya.'Jawabnya. 'Menangisi apa?'tanya lagi putrinya. 'Ya menangis ingat dosa-dosa ayah yang telah lalu' Jawab Sang ayah. Ditengah kegelisahan dirinya, putrinya datang menghampirinya dengan berbisik lirih. 'Ayah, airmata ayah adalah pemusnahan ego pada diri ayah yang hanya menyisakan kebajikan, teladan dan cinta untuk aku, putrimu..yah.' Sang Ayah mendengar penuturan putrinya malah menangis meraung-raung karena nasehat itu menghunjam kehulu hati seorang ayah, ayahnya teringat betapa egois dirinya ketika dia marah kepada putrinya yang menolak untuk sholat dengan menjawab, 'ayah aja nggak sholat, jangan nyuruh2 putri sholat ya.' Perih betul mendengar jawaban anaknya seperti itu.

Jadi dengarkanlah nasehat seorang anak sekalipun itu pahit untuk kita sebagai orang tua, begitu tutur sahabat saya.

Selasa, 14 Juli 2009

Baca Yuk!

Setiap malam ketika anak-anak Amalia belajar mengaji Hana selalu memegang buku, terdengar teriakannya 'Ayah.. Baca Yuk!' Hana terus duduk dipangkuan saya dan saya membacakan buku yang dipegang oleh Hana. Buku favorit Hana Kisah Teladan 25 Rasul karena bukunya ada gambarnya.

Saya memang suka membawakan Hana buku cerita bergambar, Kisah Rasul, Teladan Sahabat, juga buku cerita lainnya. Biasanya saya suka mendongeng untuk anak-anak Amalia. Mendongengnya terkadang saya membacakan melalui buku. Anak-anak Amalia suka sekali mendengarkannya. Apalagi Hana suka terlihat kegembiraannya dengan berbagai kisah.

Virus cinta membaca justru pertama kali ditebarkan oleh Nabi Muhamad SAW dengan wahyu pertamanya yang berbunyi, Iqra' Bacalah. Virus membaca patutlah menjadi bagian budaya ditengah masyarakat. Saya selalu menugaskan kepada anak-anak Amalia untuk membaca buku-buku diperpustakaan. Minat membaca dibentuk dari lingkungan keluarga dan lingkungan belajar.

virus cinta membaca patutlah kita sebarkan untuk anak-anak agar mereka suka membaca. Itulah sebabnya di Rumah Amalia, anak-anak menjadi kecanduan membaca sekaligus dilatih untuk menulis. Membaca dan menulis bagaikan dua keping sisi mata uang yang tak terpisahkan. Dengan anak-anak banyak membaca berarti juga mereka bisa menuangkan dalam bentuk satu tulisan. Lantas kapan yang tepat orang tua menebarkan virus cinta membaca pada anak?

Selayaknya orang tua membiasakan diri untuk membacakan cerita sejak dini. Begitu anak kita lahir, bahkan ketika masih bayi di dalam kandungan. Itu karena cara kita untuk belajar membaca ada dua yaitu melalui mata dan telinga. Nah, melalui telinga ini bisa dimulai dengan membacakan cerita ketika anak di dalam kandungan. Tujuannya bukan untuk anak bisa membaca tapi untuk memperdengarkan suara kedua orang tuanya karena ini merupakan cara yang ampuh untuk menenangkan anak. Mari tebarkan virus cinta membaca untuk anak-anak kita, seperti teriakan Hana, 'Ayah..Baca Yuk!'

Senin, 13 Juli 2009

Diprotes Anak

Benar kiranya bila ada hadis yang berbunyi 'alhayya-u minal iman.' 'Malu Itu Sebagian dari Iman.' salahsatu bentuk malu bila diprotes oleh anak. 'Kenapa papa tidak pernah menjadi imam salat bagi kami.' begitulah tutur seorang teman pada saya. Ditengah kesibukan dirinya diperusahaan, perasaan resah dan gelisah menjalar dihatinya. 'Yang bisa merasakan kegelisahan itu hanya saya sendiri Mas Agus. Saya tidak sanggup untuk mengungkapkan seperti apa keresahan,'ucapnya.

Keresahan yang menyandarkan bahwa tonggak keimanan saya selama ini terbalut rasa percaya diri yang begitu besar. Bahwa saya bisa mengatasi kesulitan sebesar apapun masalah yang sayang hadapi. Saya sanggup membangun diri tanpa bantuan siapapun dan terbukti berhasil. Saya tidak pernah berpikir bahwa semuanya ini sesungguhnya karunia Ilahi. tuturnya dengan penuh berlinangan airmata. Malam itu anak-anak Amalia terdengar suara mengaji. Beliau sempat terdiam sejenak membacakan surat alfatehah untuk kedua orang tuanya yang lama tiada. 'Semoga Alloh SWT mengampuni dosa-dosa saya ya mas..'ucapnya.

Sebagai wujud rasa syukur kehadirat Ilahi, saya mencoba untuk berbuat kepada orang lain dan karyawan-karyawan saya. Hal itu saya lakukan karena saya tidak mengerti tata cara berobadah dan berdoa menurut keyakinan yang diwariskan bapak dan ibu saya. lanjutnya.

Saya memberikan kebebasan bagi semua karyawan. Bagi saya, mereka adalah parnter kerja saya. Saya tunjukkan kepada mereka bahwa kedudukan mereka dan saya sama saja. alhamdulillah, apa yang saya lakukan mendatangkan manfaat bagi kemajuan perusahaan.

Bayang-bayang keindahan masa kecilnya begitu indah. Bila didalam kamar seorang diri, seringkali merindukan suara-suara ayat suci al-quran. Saya juga merindukan gema adzan. Tahun lalu saya terkejut, tanpa saya duga kedua anak saya protes. Mereka mengatakan kepada saya kenapa papa tidak pernah mau menjadi imam salat. 'Rasanya saya bagaikan tersambar petir disiang bolong. Hati saya terasa perih Mas..'tuturnya lirih. matanya lembab memerah.

Malam-malam berikutnyas kegelisahannya bertambah menjadi-jadi. Saya tidak bisa tidur. Perkataan anak-anak saya menjadi beban dan rasa malu buat saya justru menjadi motor penggerak saya untuk menunjukkan saya ke jalanNya.

Pelan-pelan saya menghampiri istri saya yang dari tadi memperhatikan kegelisahan yang saya alami. 'begini mah..saya berniat mulai hari ini untuk menjalankan ibadah salat. Mamah bimbing saya ya..' terangnya. Ada kesejukan sejak pertama kali saya menjalan ibadah salat bersama istri saya. Duduk bersimpuh dihadapanNya. Tangis kami seolah tiada henti begitu membahagiakan bagi kami berdua. tuturnya.

'Ya Alloh, hanya kepada Engkaulah kami mengabdi dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. Tunjukkanlah kami kejalan yang lurus dan jalan yang Engkau ridhoi' Itulah doa yang saya panjat berulang-ulang. Airmata kami terus mengalir, saya merasakan kepasrahan yang paling dalam. Kini saya merasakan benar-benar makna Inna shalati wanusuki wamahyaya wa mamati lillahi robbil alamin..Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidup matiku hanya untuk Alloh semata.'

Hal Kecil Yang Berguna

Beberapa hari yang lalu ketika saya dan Hana sedang berjalan menemukan burung kecil yang terluka, tidak bisa terbang. Hana berteriak-teriak memanggil saya agar membawanya. Akhirnya saya dan Hana membawa untuk dirawat di rumah. Hari-harinya Hana begitu indah karena tiada hari dengan senyuman kepada burung kecilnya. Sampai pada suatu pagi Hana mengatakan kepada saya, 'ayah..burungnya itu makannya pisang ya?' tanyanya. Saya menjawab dengan menganggukkan kepala.

Saya dan Hana mengamati gerak burung itu sudah bisa mulai melompat-lompat. Hatinya Hana begitu kegirangan. Dunia begitu indahnya buat Hana, pengalaman indahnya mengamati burung kecil yang bergerak, kicauannya, bahkan Hana merengek kepada ibunya untuk membelikan pisang. "untuk apa Hana.' tanya mamahnya. 'Untuk makan burung kecilku mah..' kata Hana. Mamahnya membelikan pisang, toh habis juga dimakan sendiri oleh Hana.

Ketika burung kecil itu sudah bisa melompat dan mengepakkan sayapnya. saya tahu burung itu sudah hendak terbang berarti burung kecil itu hendak pergi meninggalkan Hana. Bila burung itu terbang rasanya saya tidak tega untuk memberitahukan Hana bahwa burung kecil itu tidak akan pernah kembali.

Sampai pada suatu pagi hari burung itu terbang meninggalkan saya dan Hana. Hana bertepuk tangan sambil berteriak-teriak, 'Ayoo..burung terbang tinggi..' Hana bersorak penuh kegembiraan. Burung itupun terbang tinggi. Pagi itu burung kecil terbang tinggi. Hana dan saya menyaksikan kepergian burung kecil dengan penuh senyuman. Hana melambaikan tangannya dan mengucapkan ..'daaa..burung kecil...' Saya bersyukur apa yang telah dilakukan Hana putri saya karena Hana telah melakukan hal kecil yang berguna bagi hidupnya.

Minggu, 12 Juli 2009

Kami Selalu Berbagi

Di Rumah Amalia kami selalu berbagi. Begitulah kami membiasakan bukan hanya menerima namun juga memberi. Salahsatu bagian yang paling mendebarkan bagi anak-anak Amalia adalah membuka bungkusnya. Pernah anak-anak mendapatkan hadiah dari Ummi Dzaki berupa tas dan tidak tahu apa isi didalamnya. Mata anak-anak Amalia terlihat berbinar-binar membukanya. Penuh harap-harap cemas melihat apa saja isinya. Terdiri peralatan sekolah dan buku. Kebahagiaan tiada tara menghinggapi raut wajah anak-anak Amalia. Suara riuh terdengar. Kegembiraan penuh canda dan tawa makin membuat suasana menjadi ramai.

Demikian juga Hana, putri saya pernah menerima hadiah buku gambar dari Desi salah satu anak Amalia. Desi memberikan buku gambar itu kepada Hana putri saya. Entah kenapa Beberapa hari saya memikirkannya. Pada malam hari ketika anak-anak mengaji saya bertanya padanya.

'Buku gambarnya bagus, bukannya desi lebih membutuhkan buku gambar ini?' tanya saya.

Katanya, 'Kak Agus selalu baik ama desi. makanya desi memberikan buku gambar kesayangan desi untuk dedek Hana.'

Mendengar penuturannya, saya menatapnya terharu. ucapannya begitu tulus. apa yang dilakukannya begitu terasa indah buat saya. Tak lama kemudian, saya mengucapkan terima kasih kepada Desi. Kami selalu berbagi kasih sayang. Saling memuliakan dan saling mengasihi satu dengan yang lainnya. Begitulah yang saya alami di Rumah Amalia. Sungguh sangat indahnya.

--
Orang yang peyayang akan disayangi ar-Rahman (Yang Maha Penyayang), Sayangilah makhluk Allah SWT yang dibumi maka engkau akan disayang oleh makhluk yang dilangit (HR. Tarmidzi)

Jumat, 10 Juli 2009

Air Mata Penyesalan

Malam itu selepas maghrib ada seorang pemuda mampir ke Rumah Amalia. 'Assalamu'alaikum..' 'Wa'alaikum salam Warahmatullah..'jawab saya. Tak lama kemudian anak muda memperkenalkan diri. Dia bertutur mendengar suara anak-anak pengajian telah membuat bulu romanya berdiri. Seolah beban terasa berat dipundaknya.

'Saya sejak kecil bapak dan ibu saya meninggal dunia. Saya dididik oleh nenek saya belajar agama namun sejak saya bekerja, saya jauh dari Allah SWT. Hanya mengenal minuman keras dan berbuat maksiat.' katanya, matanya memerah sambil menceritakan kenangan yang indah sewaktu kecil bersama neneknya. 'Ya Allah, Ampunilah hambaMu yang kotor ini, tunjukkanlah aku ke jalan yang Engkau Ridhoi.' katanya lirih, airmatanya nampak bercucuran.

Tanpa berkata-katapun saya merasakan betapa perih hatinya. Siapapun orang yang mendengarkan penuturan yang keluar dari lubuk hati terasa bagai tersayat. Begitupun saya. Anak muda itu begitu menyesali apa yang telah dilakukannya. 'Seolah beban itu berton-ton menindih saya mas.' katanya, matanya terlihat sembab.

Saya terdiam mendengarkan tutur katanya. Merenungkan apa yang telah dikatakannya lalu saya katakan padanya bagus juga bila ada penyesalan berarti masih ditunjukkan oleh Allah SWT pada jalan yang benar. Mendengar yang saya jelaskan wajahnya memerah, terkejut dan akhirnya menjadi lega. 'lantas apa yang harus saya lakukan mas? katanya. Saya menyarankannya untuk pindah kerja yang lama dan memulai pekerjaan baru serta berkumpul dengan orang-orang yang sholeh agar senantiasa bisa saling mengingatkan. Seperti kata pepatah, berkumpul dengan penjual ikan, kita bau amis, berkumpul dengan penjual minyak wangi, kita bau harum.

Malam itu terasa dingin, anak muda itu tiada henti memanjatkan puji syukur kehadirat Ilahi Robbi. Beban yang awalnya terasa berat menjadi ringan. Kehidupan selalu ada pilihan. menjadi bahagia atau menderita, hidup dalam kegelapan atau dalam cahaya, semua adalah pilihan hidup kita.

Kamis, 09 Juli 2009

Kebahagiaan dipagi hari

Setiap saat menatap matahari pagi saya selalu mengucapkan syukur alhamdulillah, begitu banyak karunia Alloh SWT yang dilimpahkan untuk kami sekeluarga, untuk teman-teman, untuk para sahabat yang tiada henti saling mendoakan kesehatan, rizki dan kebahagiaan. Doa itu bagaikan matahari pagi yang menebarkan sinarnya keseluruh makhluk dimuka bumi tanpa memilih, terasa hangat dan damai dihati.

demikian halnya kemaren ada seorang teman yang mengabarkan kebahagiaan telah menemukan jodohnya dan akan menikah tiga bulan lagi setelah lama pada sebuah penantian. Demikian juga seorang ibu begitu bahagianya mengabarkan kepada saya bahwa Allah SWT berkenan menitipkan amanah sang buah hati yang telah lama menanti tanpa terasa airmata saya menetes mendengar kabar bahagia dari teman-teman semua, sebab kebahagiaannya juga kebahagiaan untuk saya dan keluarga saya.

Ikatan batin begitu kuat. Ikatan bagaikan ruang keteduhan untuk berbagi bersama kepada siapapun. Bahkan sahabat yang jauh dimata namun terada dekat dihati kami. Setiap datang kabar dari seorang teman yang sakit, kedukaan menghampiri, kesedihan menyergap. Duka itu terasa hinggap dihati saya. kedukaannya juga hadir sebagai kedukaan bagi saya.

Saya teringat satu sabda Baginda Nabi Muhamad, 'Orang-orang Muslim itu ibarat satu tubuh. apabila matanya marasa sakit, seluruh tubuh ikut merasa sakit. jika kepalanya merasa sakit, seluruh tubuh ikut pula merasakan sakit.(Riwayat Muslim)

Itulah sebabnya saya senantiasa mengajak keluarga dan anak-anak Amalia bersama berdoa memanjatkan kepada Allah SWT memohon agar diberikan kemudahan, kesembuhan dan ketabahan untuk teman-teman yang mengalami masalah, kesulitan, atau sakit.

Sahabat yang terkasih, diujung tulisan ini izinkan saya dipagi hari ini saya memanjatkan doa untuk anda dan keluarga.

'Ya Allah, Ya Tuhan kami, limpahkan kesehatan, rizki dan kebahagiaan untuk siapapun yang membaca tulisan ini. Kabulkanlah doa-doanya, mudahkanlah segala urusannya, dan jauhkanlah dirinya dan keluarganya dari segala marabahaya.' amin ya robbal alamin.

Rabu, 08 Juli 2009

Tentang Kualitas Salat

Tadi pagi saya kedatangan tamu yang bertanya bagaimana meningkatkan kualitas salat?. Saya menjelaskan kepada beliau bahwa Kualitas salat seseorang diukur dari tingkat kekhusyu'annya. Salat dapat disebut sebagai zikir manakala orang yang salat itu menyadari sepenuhnya apa yang dilakukan dan apa yang diucapkan dalam salatnya, karena zikir itu sendiri adalah kesadaran. Lawan dari zikir adalah lalai, oleh karena itu al Qur'an juga mengingatkan orang yang berzikir (salat) agar jangan lalai, wala takun min al ghafilin (Q/7:205). Salatnya orang yang lalai pasti tidak efektif karena tidak komunikatif.

Hadis Riwayat Abu Hurairah menyebutkan bahwa betapa banyak orang yang salat, tetapi tidak memperoleh apa-apa selain lelah dan capai, Kam min qa imin hazzuhu min salatihi at ta’abu wa an nasobu. Salat sebagai zikir bukanlah kata-kata, ruku dan sujud, tetapi dialog, muhawarah dan munajat seorang hamba kepada Alloh. Kunci dari muhawarah dan munajat adalah kehadiran hati, hudur al qalb, dalam salatnya. Jadi khusyu' adalah hadirnya hati dalam setiap aktivitas salat. Makna salat terletak pada seberapa besar kehadiran hati di dalamnya.

Imam Ghazali dalam Ihya ‘Ulumuddin menyebut enam makna batin yang dapat menyempurnakan makna salat, yaitu; (1) kehadiran hati, (2) kefahaman, (3) ta'zim, mengagungkan Alloh, (4) segan, haibah, (5) Berharap, roja, dan (6) malu.

Di samping enam hal yang bersifat maknawi, bagi orang awam masih membutuhkan situasi fisik yang kondusif untuk salat, agar perhatiannya tidak terpecah sehingga hatinya dapat hadir. Bagi orang yang sudah kuat konsentrasinya, maka lingkungan fisik tidak lagi menjadi stimulus yang mengganggu, apa yang bagi orang awam, sesuatu yang terdengar, yang terlihat, justeru lebih menarik perhatiannya, lupa kepada Alloh SWT yang sedang diajak berbicara. Demikian juga bagi orang yang terlalu banyak problem, ruang gelap, ruang kosong, menutup mata dan menutup telinga tidak akan membantu mengkonsentrasikan hatinya kepada Alloh SWT, karena dua hal itu merupakan hal yang bertentangan.

Kamis, 02 Juli 2009

Ketika Kebahagiaan Itu Singgah

Bila malam tiba, saya dan istri mengajar mengaji anak-anak Amalia. Istri saya suka mengajak anak-anak Amalia untuk menghapal Juz Amma' atau menghapal Asma ul Husna. Kegiatan mengajar mengaji anak-anak Amalia merupakan kegiatan yang mendatangkan kebahagiaan tersendiri sebab kami bisa berbagi ilmu dan mengajarkan untuk anak-anak Amalia. Disaat itulah kebahagiaan singgah di keluarga kami.

Ada dua ungkapan, senang dan bahagia. Senang adalah terpenuhinya tuntutan syahwat, misalnya sedang lapar menemukan makanan lezat, sedang haus menemukan minuman segar, sedang sulit menemukan kemudahan, sedang kesepian ketemu teman atau kekasih, sedang nganggur dapat pekerjaan dan sebangsanya. Adapun bahagia berhubungan dengan misteri yang sangat subyektif, tetapi intinya adalah datangnya pertolongan ilahiyah hingga memperoleh sesuatu yang dianggap sebagai kebaikan ilahiyah (al khoir).

Rasa bahagia misalnya terasa ketika anaknya lahir laki-laki setelah sekian lama mendambakan ingin mempunyai anak lelaki. Keberhasilan memeliliki anak-lelaki tidak diklaim sebagai prestasi - ini karena aku bisa bikinnya misalnya; kata sang ayah- tetapi orang yang mempunyai anak lelaki setelah hampir putus asa mendambakan kehadirannya merasa bahwa kehadiran anak lelaki itu merupakan anugerah Alloh SWT yang tak ternilai. Kebahagiaan juga terasa ketika seorang ibu yang membesarkan anak gadisnya tanpa kehadiran suami sehingga ia dalam keadaan berat selalu berharap agar anaknya memiliki masa depan yang baik. Pada saatnya anak gadisnya dipersunting oleh seorang pemuda saleh yang cerah masa depannya. Masa depan cerah anak gadisnya itu tidak diklaim sebagai prestasinya tetapi benar-benar dipandang sebagai anugerah Alloh SWT.

Jadi kebahagiaan itu datang dalam rangkaian kesulitan yang panjang tetapi ketika hadir tidak diakui sebagai prestasinya. Orang lainpun akan berkomentar, ibu itu sungguh sudah bekerja keras melampaui berbagai kesulitan dalam mengasuh anaknya sendirian, maka pantaslah jika Allah menganugerahinya kebahagiaan yang sempurna kepadanya.

Dalam bahasa Arab ada empat kata yang berhubungan dengan kebahagiaan, yaitu sa`adah (bahagia), falah (beruntung) dan najat (selamat) dan najah (berhasil). Jika saadah (bahagia) mengandung nuansa anugerah Alloh SWT setelah terlebih dahulu mengarungi kesulitan, maka falah mengandung arti menemukan apa yang dicari (idrak al bughyah). Falah ada dua macam, dunyawi dan ukhrawi. Falah duniawi adalah memperoleh kebahagiaan yang membuat hidup di dunia terasa nikmat, yakni menemukan (a) keabadian (terbatas); umur panjang, sehat terus, kebutuhan tercukupi terus dsb, (b) kekayaan; segala yang dimiliki jauh melebihi dari yang dibutuhkan, dan (c) kehormatan sosial. Sedangkan falah ukhrawi terdiri dari empat macam, yaitu (a) keabadian tanpa batas, (b) kekayaan tanpa ada lagi yang dibutuhkan, (c) kehormatan tanpa ada unsur kehinaan dan (d) pengetahuan hingga tiada lagi yang tidak diketahui.

Sedangkan najat merupakan kebahagiaan yang dirasakan karena merasa terbebas dari ancaman yang menakutkan, misalnya ketika menerima putusan bebas dari pidana, ketika mendapat grasi besar dari presiden, ketika ternyata seluruh keluarganya selamat dari gelombang tsunami dan sebagainya. Adapun najah adalah perasaan bahagia karena yang diidam-idamkan ternyata terkabul, padahal ia sudah merasa pesimis, misalnya keluarga miskin yang sepuluh anaknya berhasil menjadi sarjana semua.

Kesenangan berdimensi horizontal, sedangkan kebahagiaan berdimensi horizontal dan vertikal. Orang masih bisa menguraikan anatomi kesenangan yang diperolehnya, tetapi ia akan susah mengungkap rincian kebahagiaan yang dirasakannya. Air mata bahagia merupakan wujud ketidakmampuan kata-kata. Prof. Fuad Hasan dalam bukunya Pengalaman Naik Haji mengaku tidak bisa menerangkan kenapa beliau menangis di depan Ka`bah, karena kebahagiaan yang beliau alami berdimensi vertikal, bernuansa anugerah, bukan prestasi.

Banyak mempelai menitikkan air mata ketika akad nikah, demikian juga kedua orang tuanya, dan mereka tidak bisa menerangkan anatomi perasaan bahagianya.

Kebahagiaan berkaitan dengan tingkat kesulitan yang dialami. Kebahagiaan sesungguhynya dalam kehidupan rumah tangga bukan ketika akad nikah, bukan pula ketika bulan madu, tetapi ketika pasangan itu telah membuktikan mampu mengarungi samudera kehidupan hingga ke pantai tujuan, dan di pantai tujuan ia mendapati anak cucu yang sukses dan terhormat. Sungguh orang sangat menderita ketika di ujung umurnya menyaksikan anak-anak dan cucu-cucunya nya sengsara dan hina, meski perjalanan bahtera rumah tangganya penuh dengan sukses story. Kebahagiaan biasanya datang setelah orang sukses mengatasi kesulitan yang panjang, tetapi tidak semua kesulitan mengantar pada kebahagiaan yang sebenarnya.

Menurut hadis Nabi ada empat pilar kebahagiaan dalam hidup berumah tangga; (1) isteri/suami yang setia (2) anak-anak yang berbakti (3) lingkungan sosial yang sehat dan (4) rizkinya dekat. Kesetiaan membuat hati tenang dan bangga, anak-anak yang berbakti menjadikannya sebagai buah hati, lingkungan sosial yang sehat menghilangkan rasa khawatir dan rizki yang dekatkan optimisme, idealisme dan imajinasi.

Rabu, 01 Juli 2009

Suami Yang Setia

Kesetiaan bukan hanya milik seorang istri. Kesetiaan milik setiap insan. Juga termasuk suami yang mencintai dengan tulus pasangan hidupnya. Menyambut kebahagiaan dan penderitaan dengan sukacita, menerima dengan ketulusan, segala kekurangan pasangan hidup kita. Dalam mengarungi bahtera rumah tangga menghadai badai dan gelombang kegidupan makin mengokohkan kesetiaan terhadap orang yang dicintainya. Kesetiaan itulah esensi dari sebuah keluarga.

Demikian halnya lelaki separuh baya yang saya kenal. Semenjak tiga bulan silam bersama putrinya yang berumur sepuluh tahun selalu menjenguk istri tercintanya yang terbaring diranjang. disekelilingnya ada alat pengukur tekanan nafas dan tabung untuk memeriksa kesehatan. Kadang kala saya juga ikut menemaninya ketika menjenguk istrinya di rumah sakit. Bila sampai dirumah sakit, suami yang setia itu datang menggantikan pakaian istrinya dan menanyakan keadaan istrinya. Selalu saja tidak ada perubahan sama sekali.

Kondisi istrinya tetap seperti semula. Tidak ada kemajuan atau perubahan yang membaik. Kesembuhan istrinya seolah tidak bisa diharapkan. Setelah menjenguk dan merawat istrinya, sang bapak dengan putrinya selalu memanjatkan doa kepada Alloh SWT agar memberikan kesembuhan. Setelah itu barulah meninggalkan rumah sakit. Menurut penuturan bapak itu bahwa dirinya hampir setiap hari dirinya selalu menjaga, merawat dan mendoakan istrinya yang tercinta.

Saya sangat mengagumi kesetiaannya sebagai seorang suami, selalu meluangkan waktu untuk merawat ditengah kesibukannya yang juga harus bekerja mencari nafkah. Kesediaannya merawat istri yang sedang sakit membutuhkan energi yang sangat besar. Sifat konsistensi untuk menjaga, merawat dan mendoakan istrinya yang sedang sakit sungguh sangat luar biasa. Padahal kondisi istrinya belum pulih. Bahkan ada orang yang menyarankan agar mengunjunginya seminggu sekali aja. Suami setia itu memilih tegar dan bersikukuh untuk menjaga dan merawat istrinya, 'Alloh al-Musta'an (Alloh tempat memohon pertolongan). Begitulah ucapnya berkali-kali kepada saya.

Sampai suatu hari sesaat sebelum dirinya datang, istrinya bergerak dari tempat tidur. Dia merubah posisi tidurnya. Tak lama kemudian istrinya membuka kelopak matanya. dan mencopot alat bantu pernapasan. Ternyata istrinya sudah duduk tegap. Dokterpun datang membantu menolong, meminta perawat mencpot alat-alat bantu dan membersihkan bekas alat bantu ditubuhnya.

'Begitu saya datang, saya terperanjat Mas..jantung saya seolah mau copot. Bagaimana tidak, ditengah saya kehabisan harapan, saya melihat istri saya kembali pulih.' Katanya bapak itu dengan tangis haru bercampur bahagia tidak bisa dibendung lagi. Bapak itu menangis sambil memanjatkan puji syukur kehadirat ALloh SWT yang telah memberikan kesembuhan total terhadap istrinya.

'Setiap kali saya menjenguk istri saya, setiap kali itu pula saya gelisah. untuk memenangkan hati saya, saya selalu menenangkan hati dengan bershodaqoh untuk anak-anak Amalia dengan tujuan taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Alloh SWT) supaya Alloh memberikan kesembuhan kepada istri saya.' ucap bapak itu sambil tersenyum.

Alloh SWT tidak menyia-nyiakan harapan dan doa sang bapak. Akhirnya istri tercintanya bersama berkumpul kembali dengan keluarga pulang ke rumah yang sudah lama menanti kedatangannya. Keceriaan, cinta, cahaya dan kegembiraan akhirnya menyinari bapak yang sekaligus suami setia menjaga, merawat dan mendoakan istrinya yang sedang sakit. Bersungguh-sungguh dalam berdoa, menunaikan sholat, bershodaqoh, ingatlah selalu bahwa Alloh SWT adalah Maha Penolong bagi hamba-hambaNya yang memohon pertolonganNya akan dikabulkan.

Indahnya Kesulitan

Ada seorang teman mengirimkan email. Bertanya kepada saya, apa makna kesulitan bagi Mas Agus? Kemudian saya menjelaskan kepadanya bahwa kesulitan adalah jalan menuju kebahagiaan. Jika kita mampu menyelesaikan setiap kesulitan hidup kita maka kita bisa menemukan kebahagiaan, itulah indahnya sebuah kesulitan, begitu jawab saya kepada teman itu.

Imam Gazali dalam Ihya `Ulumuddin mengatakan bahwa setiap kali target ditingkatkan maka jalannya menjadi sulit, kendalanya banyak dan dibutuhkan waktu lebih lama, kullama zada al mathlub sho`uba masalikuhu wa katsura `aqabatuhu wa thala zamanuhu. Jadi tingkat kesulitan berhubungan dengan tingkat target. Jika orang ingin sekedar senang dalam hidup, maka ia dapat mencari kesenangan instan, pergi ke tempat hiburan, berfoya-foya dan berpesta pora. Tetapi jika seseorang ingin meraih kebahagiaan, maka ia justeru harus siap menderita menghadapi kesulitan, melupakan kesenangan jangka pendek.

Kita sebagai makhluk yang didesain oleh Allah SWT dengan sempurna, memiliki akal sebagai alat berfikir, hati sebagai alat memahami, nurani sebagai alat interospeksi, syahwat sebagai penggerak tingkah laku dan hawa nafsu sebagai tantangan. Kesemuanya itu dirancang untuk menghadapi medan kehidupan yang sulit. Dengan akal kita bisa memecahkan masalah yang sulit, dengan hati kita bisa menerima kenyataan yang pahit, dengan nurani kita bisa mundur selangkah demi memperbaiki diri, dengan syahwat membuat kita dinamis mencari dan dengan hawa nafsu kita menjadi tertantang untuk mampu mengendalkan diri.

Kita di satu sisi memang menyukai stabilitas dan kenyamanan hidup, tetapi di sisi lain kita juga menyukai kesulitan. Kita tidak selalu lari dari kesulitan, sebaliknya justeru menantang kesulitan. Jika dalam kehidupan sehari-hari hidup selalu stabil dan nyaman tanpa menjumpai kesulitan, maka dibuatlah stimulasi agar orang menaklukkan kesulitan buatan. Mahasiswa berlomba naik tebing buatan (wall climbing), pembalap mobil mencari medan berlumpur, yang berperahu mengikuti arum jeram, setiap agustusan orang ramai-ramai memanjat pohon pinang yang dilumuri olie, yang sudah punya dua kaki justeru berlomba lari dalam karung. Pokoknya banyak sekali kesulitan yang sengaja dibuat untuk ditaklukkan, mengapa? karena kita memang memiliki tabiat tertantang. Kesulitan buatan pada umumnya hanya melahirkan kesenangan, yakni senang menjadi juara, tetapi belum tentu sampai kepada kebahagiaan. Kesusahan biasanya menambahi kesulitan, tetapi tidak semua kesulitan membuat susah.

Adapun kebahagiaan biasanya merupakan buah dari ketabahan menghadapi kesulitan panjang yang bersifat alamiah dalam kehidupan. Itulah maka hakikat kebahagiaan hidup berumah tangga biasanya baru diperoleh setelah kakek nenek, yakni ketika menyaksikan anak cucu sebagai generasi penerusnya hidup sukses dan terhormat.

Kesulitan juga harus dibedakan antara analisa dan perasaan, antara kesulitan teknis dan merasa sulit. Ada hambatan yang menurut analisa teknis masuk kategori sangat sulit dan berat, tetapi ada orang yang memandangnya ringan-ringan saja. Kenapa? karena ia merasa tertantang untuk dapat menaklukkan kesulitan dan ia menyadari bahwa kesulitan itu merupakan proses mencapai kebahagiaan. Ia tidak merasa berat dan sulit ketika menghadapi kesulitan karena ia selalu membayangkan buah kebahagiaan yang akan dipetiknya, seperti seorang petani yang belepotan lumpur di sawah, ia tidak merasa risih dengan lumpur karena ia membayangkan panennya nanti. Sedangkan merasa sulit merupakan respon psikologis terhadap problem dan perasaan itu berhu bungan dengan tingkat kapasitas kejiwaan yang bersangkutan.

Sambutlah Hari Penuh Sukacita!

menyambut hari penuh sukacita. Tersenyum. Tertawa penuh kebahagiaan. Sambil nyapa hari penuh kehangatan. Membiarkan tubuh dan pikiran mengalir ditengah rutinitas hidup membuat hidup ini lebih bergairah dan bersemangat. Banyak makna kehidupan yang saya temukan dimana-mana. Berserakan dimana-mana. Salahsatu saya menemukan makna kehidupan ketika saya bersama Hana putri saya.

Malam itu selepas belajar mengaji Hana memanggil saya. 'Ayah..ayah, maen yuk..' kata Hana. Sebelumnya pagi itu saya membelikan mainan untuk Hana. Mainan itu perlengkapan kedokteran. Kata mamahnya sejak siang Hana bermain sendiri. Malam ini Hana mengajak bermain bersama saya.

'Boleh sayang.' Jawab saya.

'Asyik..' kata Hana.

'Terus ayah disuruh ngapain nih..'tanya saya

'Ayah duduk aja..nggak usah ngapain-ngapain.' Jawab Hana.

Tak lama Hana memeriksa tubuh saya. Menjepitkan termometer di tangan saya. Ditengah Hana yang sibuk bermain. Sejenak saya merenungkan apa yang telah diucapkan oleh Hana, 'Ayah duduk saja..nggak usah ngapain-ngapain.' terasa teramat dalam maknanya bagi saya. Bila kehidupan ini memang tidak ada yang perlu dikerjakan, ya nggak usah ngapain-ngapain. Duduk saja menikmati indah hidup dengan senantiasa mensyukuri nikmat Alloh SWT.

Seringkali kita terjebak dalam rutinitas diri. Seolah tercebur dalam ombak yang kuat. Menyeret tubuh kita ketengah lautan. Kita baru menyadari bahwa arus itu begitu ganas. Mencoba berenang melawan arus hanya akan membuat kita tenggelam. Bersikap santai, melepas, mengalir bersama arus akan menghindarkan diri kita dari ganasnya ombak.

Bila arus kehidupan begitu kuat, membiarkan tubuh dan pikiran kita mengalir mengikuti arus adalah cara yang sederhana untuk selamat. Namun bila sudah tiba saatnya kita bertindak, kerahkanlah segala upaya yang kita miliki untuk mencapai kesuksesan. Sungguh indahnya hari ini, menyambut hari penuh sukacita.

Yuk, kita sambut hari penuh suka cita!