Rabu, 30 September 2009

Kasih Sayang Itu Indah

Semalam sepulang dari Radio Bahana FM di daerah Petogogan saya masih menjumpai istri saya sedang mengajar mengaji anak-anak Amalia. Ditengah kandungannya yang menginjak 7 bulan lebih perutnya yang terlihat besar masih penuh semangat. Ditengah kondisinya seperti itu semangatnya tidak pernah surut. Anak-anak juga ikut bersemangat. Itulah sebabnya saya bisa memahami kenapa anak-anak Amalia begitu sayang kepada istri saya yang lebih akrab disapa dengan 'Kak Rika.' Airmata saya tak terasa menetes, sebuah airmata kasih sayang bentuk penghormatan kepada sosok perempuan yang telah menjadi ibu dari putri saya dan juga kakak bagi anak-anak Amalia.

Itulah sebabnya Dalam keluarga, sosok perempuan dan ibu memiliki kedudukan yang mulia. Ibu yang mengandung, melahirkan dan menyusui, bersama suami mendidik anak dan mengasuh dalam menjalankan roda keluarga. Andil dalam keluarga dan masyarakat sangatlah besar. Kekaguman dan rasa hormat saya untuk semua perempuan dan ibu yang telah bekerja keras membesarkan anak-anaknya bersama suami tercintanya.

Saya percaya, kita sebagai orang tua sadar bahwa anak adalah sebuah amanah. menjalankan amanah memanglah tidak mudah sebab harus dijalankan dengan kesabaran dan ketabahan agar anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang baik dan berakhlak mulia. Baginda Nabi Muhamad SAW memandu kita untuk mendidik anak-anak, 'Tidak termasuk golonganku orang yang tidak menyayangi anak kecil dan tidak mengetahui hak orang besar diantara kita (HR. Imam Ahmad & al-Hakim). Demikian juga diriwayatkan oleh Anas baginda Nabi setiap kali berjalan bertemu dengan anak kecil beliau senantiasa tersenyum dan memberikan salam kepada mereka (muttafaq alaih). Konsep yang diajarkan oleh Nabi sangatlah sederhana untuk mendidik anak yaitu senyuman dan ucapan yang baik. Dengan senyuman anak-anak kita akan tumbuh dengan kepercayaan diri dan memberi kelapangan hati sedangkan ucapan yang baik akan membimbing anak-anak kita menjadi insan mulia.

Biasanya sepulang kerja, belum sampai motor masuk rumah sudah disambut oleh Hana berdiri didepan pagar pintu rumah. Bila habis mandi atau kramas, Hana selalu meminta saya untuk mencium rambutnya yang harum. 'Ayah cium nih..rambut Hana baru kramas..' kata Hana dengan mata berbinar. Badan yang awalnya capek dan lelah menjadi segar bertemu dan memeluk anak kita tercinta. Islam mengajarkan salah satu wujud nyata kasih sayang adalah 'komunikasi yang menyejukkan hati.' Komunikasi yang menyejukkan hati bentuk komunikasi yang tercipta dalam keluarga harmonis, keluarga yang melimpahnya kasih sayang disetiap anggota keluarga. Anak-anak yang bahagia karena suasana didalam rumahnya terdapat melimpahnya kasih sayang dari kedua orang tuanya. Orang tua pola komunikasinya sehat dan berimbang sesuai dengan kebutuhan mereka. Menghargai, pujian, kata-kata manis, keramahan, kelembutan dan penghormatan terhadap diri mereka merupakan makanan bergizi bagi jiwa anak-anak kita.

Maka siraman kasih sayang seorang ibu maupun ayah merupakan salahsatu faktor terbesar bagi kebahagiaan anak dalam hidupnya. Ucapan yang penuh kasih sayang dari ibu dan ayahnya selalu terdengar menyejukkan sesungguhnya mengajarkan cara berbicara yang baik dan bergaul yang baik bagi sang anak. Dari sinilah awal pembentukan karakter dan pribadi-pribadi yang mulia, berbakti kepada kedua orang tua dan berguna bagi masyarakat. begitulah Baginda Nabi Muhamad SAW mengajarkan kita bahwa mendidik anak-anak dengan kasih sayang itu indah.

Selasa, 29 September 2009

Berpikir Sederhana

Seorang anak kecil yang baru masuk kelas 1 SD bertanya kepada ayahnya, 'Apakah menjadi seorang ayah akan selalu mengetahui lebih banyak dari pada anaknya?

'

Ayahnya menjawab, 'Sudah tentu!'



'Siapa yang menemukan listrik yah?' tanya sang anak.

'Tentu saja Thomas Alva Edison.' jawab ayahnya lagi.

'Kalau begitu mengapa bukan ayah Thomas Alva Edison yang menemukan listrik?' kata anaknya.

Kalau anda adalah ayahnya, kira-kira apa jawaban anda? Tapi begitulah anak-anak kita berpikir. Berpikir sederhana sesuai dengan usianya. Kita sebagai orang tua terkadang memerlukan berpikir sederhana. Berpikir sederhana bukan berarti menyederhanakan masalah namun meletakkan masalah secara proporsional. Bila menilai benar, katakan itu benar dan bila menilai salah, katakan itu salah. Membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar akan membuat kerancuan berpikir dan tidak sehat untuk pertumbuhan psikologis anak-anak kita.

Guncangan Dalam Keluarga

Seorang suami mendekati gadis cantik disupermarket dan mengatakan, 'maaf saya kehilangan istri disini, bisa ngobrol sebentar, dua menit saja?'

'Kenapa?' tanya si gadis.

'Karena setiap ngobrol dengan gadis cantik, istri saya tiba-tiba muncul entah darimana..'

Begitulah cara suami menemukan istri bila kehilangan disupermarket, barangkali ini disebut dengan ikatan batin yang kuat, istri memiliki kepekaan terhadap suaminya demikian juga sebaliknya. ada yang menyebutkan menjadi pasangan suami istri adalah jodoh, sedangkan jodoh merupakan anugerah Alloh SWT.

Setiap pasangan suami istri selalu saja mengalami goncangan dalam kehidupan. Biasanya dipikirkan sendiri, tiba-tiba dipikirkan berdua. Mertua ikut mikir, ipar-ipar juga mikir Namun Alloh SWT menjanjikan sebuah kebahagiaan dan ketentraman dalam keluarga sakinah mawaddah warahmah.

Tidak ada satupun manusia dimuka bumi ini yang sempurna, maka tidak ada istri yang sempurna, tidak ada pula suami yang sempurna, tidak ada mertua yang sempurna maupun ipar yang sempurna. Maka setiap masalah yang muncul sebagai ranah pendewasaan bagi diri kita. Alloh SWT senantiasa meningkatkan kualitas hamba-hambaNya yang beriman dengan berbagai masalah kehidupan termasuk didalamnya masalah keluarga agar kita senantiasa memilih untuk meningkatkan kualitas diri kita menjadi lebih baik dan lebih bertaqwa. Mereka yang bersabar dalam menghadapi goncangan dan berbagai prahara dengan berpikir positif dan selalu mendekatkan diri kepadaNya, mereka inilah yang akan mampu membangun keluarganya menjadi keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah, keluarga yang tentram dan bahagia, dunia akherat.

---
Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah kejahatan dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah menjadi teman setia. (Surat Fushilat: 34).

Dan kebaikan apa saja yang kamu lakukan untuk dirimu niscaya kamu memperoleh balasan disisi Alloh sebagai balasan yang paling baik dan paling besar pahalanya. (Surat Al-Muzzamil: 20).

Jumat, 25 September 2009

Badut

Malam di bulan suci Ramadhan masjid nampak bermandikan cahaya. Riuh anak-anak berlarian dijalanan terdengar petasan, pedagang juga meramaikan dengan jualannya. Kumandang adzan Isya' sudah lama berlalu. Pengurus masjid mengumumkan pemasukan yang diperoleh pada malam kemaren dan juga pengumuman yang menjadi Imam sholat tarawih serta penceramah. Parmin duduk terdiam membisu dibarisan belakang tak memperdulikan apapun yang terjadi disekitarnya. Bahkan ia menggeleng kepalanya keada seorang laki-laki yang memintanya untuk mengisi shaf didepannya yang kosong.

Hampir seminggu pada bulan puasa lalu Parmin tidak lagi bergairah untuk bekerja. Setiap hari dia sengaja untuk berangkat lebih siang daripada temannya. Tangannya seolah segan memakai topeng badut yang menemani selama hampir setahun. Ada sesuatu yang menyesakkan didadanya. Parmin ingin berhenti dari pekerjaannya sebagai badut keliling dari kampung ke kampung.

Saya mengenal Parmin sewaktu sholat berjamaah dimasjid. Biasa sehabis maghrib Parmin suka membaca al-Qur'an, katanya sambil menunggu adzan Isya, 'tanggung mas..' Bila mengaji bacaannya cukup bagus, saya suka mendengarkan, menurut pengakuannya dia pernah dipesantren. 'biar jelek-jelek begini aku jebolan pesantren lo mas..' tuturnya. Setahun lalu Parmin terdampar di belantara Jakarta. Ketika tertipu calo TKI yang menjanjikan dirinya memberangkat ke Arab. Berbekal dengan sedikit bahasa arab yang dipelajari di pesantren Parmin memiliki kepercayaan diri untuk menjadi TKI di Arab yang terjadi malah tertipu. Maupulang ke kampung malu sementara Parmin tetap harus makan maka dia memilih pekerjaan jadi badut keliling. 'Aku iki iso opo to mas? Ya cuman jadi badut keliling dari kampung ke kampung.'

'jakarta itu kejam mas Agus..hidup disini bila malu tidak bisa makan. Aku ndak merampok, ndak mencuri, kenapa malu? Koruptor aja yang merampok uang rakyat nggak malu, aku yang cuman menjadi badut yang berjuang untuk hidup kok malu?' Begitu ucapnya berdalih dengan penuh semangat untuk membenarkan apa yang dilakukannya. Tetapi belakangan ada perubahan dalam sikapnya sejak Parmin mampir di Rumah Amalia melihat anak-anak yang sedang belajar. Terkadang bila Parmin habis pulang kerja, saya minta Parmin untuk mampir selalu menjawabnya 'malu mas sama anak-anak Amalia.'

Parmin pernah bercerita, Dikampung dirinya memiliki adik laki-laki dan perempuan. Sejak bapak dan ibunya meninggal, mereka hidup bertiga. Keinginannya pergi ke Arab ditentang oleh kedua adiknya. 'Aku sudah bosan hidup begini terus.' tukas Parmin pada adik-adiknya. 'aku pengen koyok konco-konco kae..pulang bisa bawa motor, hanphone dan barang-barang mewah sehabis pulang dari Arab.' lanjutnya. Dia ingin merubah nasib. Tapi kini sudah setahun berlalu di Jakarta, dadanya mulai disesaki penyesalan. Ternyata dia tidak menemukan apa-apa yang ada malah berlumuran dosa, katanya. 'aku ngiri ambek sampeyan lo mas. Bisa ngurus anak-anak Amalia.' katanya pada suatu malam.

Setelah lebaran Parmin mengabarkan bahwa tekadnya sudah bulat mau pulang kampung saja mengurus anak-anak ngajarin ngaji kayak anak-anak Amalia. 'Mosok mau jadi badut seumur hidup? ya ndak to mas. Saya ingin melakukan apa yang diajarkan Kanjeng Nabi, Khairunnas anfa'uhum linnas, sebaik-baiknya manusia adalah yang berguna bagi orang lain.' Parmin berkemas, topeng badut, rambut palsunya, baju gombrong warna-warni telah diberikan temannya. 'Banyak hal yang bisa saya lakukan dikampung, selain jadi guru ngaji, bisa ngurus sawah ama ngurus adik-adikku Mas,' kata Parmin.

Siang panas terik, motor melaju dengan kencang. Saya mengantarkan Parmin menuju terminal bus Lebak Bulus untuk pulang kampung. Tak terasa sudah sampai. Saya hendak membelikan tiket bus namun ditolaknya. Beberapa lembar lima puluh ribuan saya sodorkan untuk tambahan tetap ditolaknya, 'mbak rika lebih membutuhkan mas..'begitu ucapnya. Airmata tak terasa mengalir begitu saja seolah kehilangan saudara. Parmin memeluk saya, mengucapkan terima kasih telah menyadarkan dirinya untuk tidak menyerah pada kehidupan. "Matur nuwun mas..aku sudah banyak belajar dari mas agus, salam buat mbak Rika, Hana dan anak-anak Amalia.' Katanya. Bus tujuan ke Jawa tengah itu telah datang. Parmin berpamitan. Meninggalkan kota jakarta kembali ke kampung impiannya yang telah terwujud. 'Selamat jalan Parmin, selamat berjuang kawan.' ucap saya dalam hati melepas bepergiannya.

--
Ayat ini sering dibaca Parmin ketika bulan suci Ramadhan kemaren: 'Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Alloh dengan harta benda dan diri mereka adalah lebih tinggi derajatnya disisi Alloh dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmatNya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal. (QS At-Taubah: 20-21).

Kamis, 24 September 2009

Pesan Humanis Yang Masih Tertinggal

Siang pada lebaran, saya memutar lagu 'Pencari Jalan-Mu' yang dinyanyikan oleh Afgan nampak Hana hapal dengan liriknya. Wajah dan mimiknya terlihat lucu. Lagu 'Pencari Jalan-Mu' seolah menjadi bahan kontemplasi buat saya memahami setiap syairnya yang bermuatan pesan humanis. 'Tlah banyak yang ku lewati, jalan hitam didunia, tak terhitung salah menodai, masihkah ada kesempatan, bagiku mendekat, hati dan cinta kasihMu. Syair yang begitu indahnya buat saya.

Sekalipun ramadhan telah berlalu namun rasanya hati masih terasa melekat dengan alunan lagu bernuansa bulan suci. Masyarakat memang tengah dalam puncak keberagamaan, hal ini kemudian diapresiasi positif oleh kalangan musisi, juga tidak bisa dipungkiri ini juga tuntutan pasar.

Ramadhan tahun ini bila kita cermati secara seksama semarak dengan lagu-lagu religi, setiap menjelang maghrib selalu saja terdengar lagu Ebiet G Ade yang berjudul 'Untuk Kita Renungkan' dengan wajah penuh keikhlasan seorang tukang pos. Lagu ini adalah lagu lawas namun penuh makna dalam ruang kontemplasi, pada bagian awal, 'kita mesti telanjang dan benar-benar bersih, suci lahir di dalam batin, tengoklah ke dalam sebelum bicara, singkirkan debu yang masih melekat..hohoho..singkirkan debu yang masih melekat.' Syair lagu ini mudah dihapal, Hana putri saya juga hapal syairnya.

Ada juga lagunya D'Masiv yang berjudul 'Jangan Menyerah' yang dinyanyikan oleh anak-anak Amalia seolah memberikan semangat untuk tidak menyerah pada kehidupan yang kian tidak menentu. Buat saya selain menjalankan ibadah puasa, sholat tarawih, i'tikaf, zakat fitrah, ramadhan memiliki makna untuk berkontemplasi atau merenungkan sejenak. Menikmati pesan-pesan humanis pada setiap syair lagu. Musik religi Islami luar biasa indahnya dan menyejukkan. Lagu-lagu tersebut menyentuh kita pada kebaikan, rasanya tidak akan pernah basi untuk terus didengarkan sekalipun ramadhan telah berlalu.

Itulah pesan humanis pada bulan ramadhan lalu yang masih melekat dihati saya. Terdengar sayup-sayup suara pengamen di depan rumah menyanyikan lagu 'Jangan Menyerah.'

'Tak ada manusia, yang terlahir sempurna, jangan kau sesali, segala yang telah terjadi, kita pasti pernah, dapatkan cobaan yang berat, seakan hidup ini, tak ada artinya lagi, syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah, tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik.

Jangan menyerah..Jangan Menyerah..Jangan Menyerah..

Selasa, 22 September 2009

Melihat Ke Dalam Diri

Seorang Profesor sedang mengoreksi lembar tugas mahasiswanya. Rupanya Sang Profesor mengalami kesulitan, 'ah..tulisan ini terlalu kecil.' pikirnya. Lalu dipanggillah salahsatu mahasiswa.

'Selamat siang Prof, ada apa ya Prof?' tanya mahasiswa penuh keheranan sebab tidak biasanya Sang Profesor memanggil dirinya.

'Silahkan duduk..' Jawab Sang Profesor membolak-balik lembar jawaban, kemudian menyodorkan lembaran itu pada mahasiswanya.

'Tolong sampaikan kepada teman-teman anda untuk menulis ulang tugas dilembar jawaban ini sebab tulisannya terlalu kecil sehingga saya sulit membacanya,' Kata Profesor.

Mahasiswa itu rupanya mengerti letak permasalahannya, 'Maaf Prof..sepertinya bukan tulisannya yang kecil tetapi Profesor lupa tidak memakai kacamata,' Jawab Mahasiswa.

'O, benarkah?' tanya Sang Profesor. Kemudian mengambil kacamata yang tergeletak dimeja. 'Sekarang sudah cukup jelas terbaca, ya sudah, silahkan kembali ke tempat.' Mahasiswa itu keluar dari ruangan Sang Profesor dengen geleng-geleng kepala memaklumi apa yang sedang terjadi.

Terbayangkah kita berapa ongkos yang harus dikeluarkan bila seandainya Profesor tidak segera mengetahui dimana letak kesalahannya?

Seperti dalam peribahasa, Gajah dipelupuk mata tak kelihatan, sedangkan semut diseberang lautan terlihat. Sebuah gambaran bahwa pola pendidikan kita lebih kepada 'fakta' diluar diri. Kita jarang dididik untuk melihat diri kita sendiri. Padahal melihat ke dalam diri sendiri awal kita menemukan pencerahan.

----
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan berserah diri. (QS. Ali Imran: 102).

Senin, 21 September 2009

Makna Pendidikan Kita

Disaat Hari Raya Idul Fitri ada seorang turis Amerika sedang berjalan-jalan di kota Jakarta, turis Amerika ini belajar bahasa Indonesia nampak sedang kebingungan. Mengapa orang Indonesia selalu menjawab pertanyaan itu berbeda-beda seperti yoi, iya dan ya begitulah. Lalu bule itu bertanya kepada salah seorang polisi lalu lintas yang berada diperempatan jalan raya.

'Pak Polisi kenapa ya orang Indonesia selalu menjawab dengan yoi, iya dan ya begitulah?' tanya Turis Amerika.

Pak Polisi menjelaskan bahwa bila orang tidak berpendidikan maka menjawabnya 'yoi,' bila orangnya sekolah SMA maka menjawab 'iya.' dan bila orangnya sarjana maka menjawabnya 'ya begitulah.' Kata Pak Polisi menjelaskannya penuh kebanggaan dan kepercayaan diri.

Turis itu mengangguk-ngangguk tanda mengerti sambil berkata, 'Ooo..begitu ya?'

Terdengar suara Pak Polisi itu menjawab, 'Yoi..'

Mohon maaf buat Pak Polisi untuk tidak tersinggung dengan cerita ini, cerita ini bermaksud menjelaskan bahwa pendidikan pada dasarnya adalah pembiasaan. Kebiasaan-kebiasaan membangun pribadi seseorang. Bila pikiran-pikiran kita terbiasa dengan pola meng'copy' pikiran orang lain maka yang tercermin bukanlah diri kita yang sebenarnya. Melainkan wajah kita sebagai tukang 'poto copy.'

Ada seorang teman bertanya, 'Apakah karena kita beranggapan pendidikan sekolah di Indonesia buruk, maka kita perlu mengadopsi pendidikan sistem Amerika atau sistem Eropa?'

Saya menjawabnya 'Tidak,' Sistem apapun bila hanya membuat kita menjadi 'pengekor ' maka itu wajah terburuk kita. gedung, guru, kepala sekolah, perpustakaan, labolatorium, kurikulum semuanya adalah perangkat sekunder. Perangkat primernya adalah terletak pada membangkitkan motvasi agar setiap siswa/setiap orang mau belajar dan mencari. Dengan meletakkan ilmu lebih ditempatkan sebagai pertanyaan terbuka daripada sebuah jawaban yang tertutup. Maka kita membiasakan mendidik anak-anak kita dengan menempatkan diri kita sebagai tempat bertanya, Kebiasaan terbuka, egaliter memang beresiko karena kita, para orang tua & guru juga harus terus belajar untuk update informasi maupun belajar lebih banyak sabar karena jawaban kita banyak dibantah oleh anak-anak kita dan mereka berani menyalahkan bila memang salah. Hal itu lebih baik bagi anak-anak kita membangun dunianya sendiri dengan daya kritis tanpa harus menjadi peng'copy' atau pengekor dari pendapat orang lain yang lagi trend.

Sudah saatnya kita menghapus wajah kita dan wajah anak-anak kita sebagai wajah tukang poto copy, mari kita ajarkan anak-anak kita punya kepercayaan diri penuh kebanggaan terhadap pendapatnya sendiri, dunianya sendiri dan wajahnya sendiri. Itulah makna pendidikan bagi kita.

Minggu, 20 September 2009

Jejak-Jejak Kehidupan

Disaat gema takbir berkumandang. Saya bersama istri dan hana kaki melangkah menuju masjid melaksanakan sholat Ied. Di masjid Fatahillah kami sekeluarga melaksanakan sholat Ied. Gema takbir itu terasa menggetarkan kalbu. Mengagungkan AsmaNya membuat diri kita seolah kecil dihadapannya. Berbagai persoalan kehidupan berpacu dengan cepatnya. Terasa baru kemaren bulan ramadhan tetapi kini sudah Hari Raya idul Fitri. Entah kenapa setiap kali mendengar gema takbir selalu saja membuat air mata tak terasa mengalir. Teringat pada setiap jejak langkah dalam perjalanan hidup saya lalui.

Alloh SWT memang tidak pernah menjanjikan hamparan kebun mawar kehidupan kita tetapi Alloh SWT selalu hadir ditengah ketika kita dalam kesulitan dan penderitaan sehingga kita dapat bertahan dan melewatinya. Seperti halnya musim hujan akan berhenti berganti musim yang cerah dihiasi dengan pelangi. Begitulah hidup kita. Ada saatnya perlu perjuangan, ada saat menikmati keindahannya.

Penderitaan, kesulitan dan perjuangan hidup hanyalah satu bagian dalam perjalanan hidup kita. Tidak selamanya hidup selalu dihadapi dengan perjuangan. Adakalanya hidup ini mudah dan penuh kebahagiaan. Seninya adalah bagaimana kita bisa mensyukuri, menikmati dan mencintai dalam setiap episode kehidupan, baik dalam masa-masa sulit dan penderitaan maupun dalam masa mudah dan bahagia.

Setelah selesai sholat ied kami ke rumah orang tua dengan penuh sukacita. Kebahagiaan terpancar dari setiap wajah orang yang saya temui. Setiap wajah tidak bisa menjadi sebuah kesimpulan tentang hidup yang kita jalani namun mensyukurinya. Hidup manusia bagaikan roda yang selalu berputar. Kadang kita di atas, kadang juga kita dibawah. Siapa diantara kita yang bisa merubah masa lalu? atau menetapkan apa yang akan terjadi dihari esok? Semua datang dan pergi dalam kehidupan kita begitu saja. Kebahagiaan atau penderitaan, sehat atau sakit, kaya atau miskin, Alloh SWT menginginkan agar hidup kita bermakna, baik dalam perjuangan maupun dalam kebahagiaan disetiap jejak-jejak kehidupan kita.

Sabtu, 19 September 2009

Refleksi Nan Fitri

Ditengah takbir berkumandang menyambut Hari Raya Idul Fitri. Terlihat wajah Hana yang penuh senyuman dan istri yang disibuk memasak ketupat serta opor ayam. Dipojok ruang. Saya merenung. Dalam refleksi nan fitri. 'Apa yang telah saya kerjakan dibulan suci ramadhan ini? lantas bagaimana rencana ke depan?

Hidup tentunya direncanakan namun bukanlah menjadwalkan kehidupan. Ada pepatah yang sering kita dengar, 'Manusia merencanakan, Alloh SWT yang menentukan. Rencana berarti mempersiapkan diri sedangkan menjadwalkan berarti sebuah keharusan. Kehidupan kita seringkali berkubang pada penderitaan manakala apa yang telah kita jadwalkan tidak berjalan seperti yang kita harapkan.

Kita menjadi panik dan tertekan karena kebiasaan menjadwalkan kehidupan kita sehari-hari. Tatkala pada seusia kita sekarang, kita merasa belum melakukan apa-apa dan menggunakan pembanding pada orang lain, mereka yang usianya lebih muda telah mencapai kesuksesan dititik tertinggi kariernya.

Kita hidup ditengah 'jadwal sosial' masyarakat, Pada usia 30 tahun ke atas bila belum menikah dianggap telat nikah. Pada usia 40 tahun harus sudah 'mapan.' Bila sudah menikah..ditanya oleh tetangga sebelah, 'kapan punya anak?' dan masih banyak 'deadline' yang harus dipenuhi. Bahkan ada pandangan ditengah masyarakat tentang 'Failure to launch.' artinya seorang pria dewasa yang masih tinggal bersama orang tuanya sudah waktunya keluar rumah. Bila sudah menikah waktunya punya rumah sendiri.

Apakah target dan jadwal kehidupan begitu sangat pentingnya sehingga kita melupakan kenyataan pada setiap episode kehidupan kita pribadi, kehidupan keluarga kita sungguh indahnya, unik dan berbeda-beda? Ada anak muda menargetkan pada usianya 30an tahun sudah menjadi sukses dan kaya agar bisa pensiun muda serta bisa menikmati hidup. Apakah anak muda ini merasa lebih baik daripada mereka yang menjalani hidup tanpa beban dan tidak mengejar kesuksesan materi? Namun sebaliknya berapa banyak diantara kita menjadwalkan hidupnya dan tidak tercapai semua agendanya kemudian tertekan dan kecewa.

Dalam kesendirian saya terdengar suara teriakan Hana, putri saya. 'Ayah..' suara itu indah. Menumbuhkan motivasi bagi hidup saya. Motivasi membuat kita bergerak, tetapi juga membuat hidup kita menjadi lebih hidup dengan bersyukur dalam setiap keadaan dan memaknai dari setiap episode dalam hidup kita.

Semua rencana yang kita buat merupakan panduan kita untuk melangkah ke depan. Namun bila semua rencana tidak sesuai harapan kita dan berantakan, ada satu hal yang selalu kita ingat, jalani hidup ini dan syukuri setiap episodenya. Itulah Refleksi nan Fitri yang saya temukan dihari ini.

---
Untuk Teman-teman semua, izinkan saya mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri. mohon maaf lahir batin atas semua kesalahan, 'Allohumma 'ij`alna minal `a'idin waj`alna minal fa'izin', artinya, 'Ya Alloh setelah berpuasa ini, jadikanlah kami termasuk orang yang bisa kembali (ke fitrah kami) dan sukses.

Selasa, 15 September 2009

Makna Idul Fitri

Insya Allah besok hari ahad kita merayakan hari Idul Fitri. Kita akan saling bersalaman dan mengucapkan minal `a'idin wal fa'izin. Apa artinya ? Saya pernah bertanya pada anak-anak Amalia, apa artinya minal `a'idin wal fai'izin? serempak anak-anak Amalia menjawab, 'Mohon maaf lahir batin..kak'

Demikianlah memang anggapan kita pada umum atas kalimat itu, padahal tidak benar. Kalimat minal `a’idin adalah kependekan dari do'a Allohumma 'ij`alna minal `a'idin waj`alna minal fa'izin, artinya, Ya Alloh setelah berpuasa ini, jadikanlah kami termasuk orang yang bisa kembali (ke fitrah kami) dan sukses.

Apakah fitrah itu? Tanya Lusi. Saya menjelaskan kepada anak-anak Amalia, 'Baginda Nabi Muhamad SAW bersabda, setiap manusia lahir dalam keadaan fitrah. Fitrah adalah keadaan semula jadi, atau potensi dasar insan.'

'Seperti apa potensi itu kak agus?' tanya lusi lagi.

Saya jelaskan bahwa pada dasarnya jiwa manusia itu sempurna, memiliki kemampuan membedakan yang buruk dari yang baik, memiliki kecenderungan kepada agama yang benar, memiliki kecenderungan lupa, mesra juga bergolak. Fitrah dasar manusia itu dapat dilihat ada bayi yang baru lahir, simpatik, menarik, lugu dan jujur. Semua aspek dari bayi itu menarik hati, tangisnya, geraknya bahkan pipisnya. Tidak ada seorangpun yang marah jika dipipisi bayi. Akan tetapi bersamaan dengan perjalanan waktu, yakni ketika sang bayi tumbuh dan berinteraksi dengan lingkungan, beraktualisasi diri, maka mulailah terjadi distorsi dari fitrahnya. Ketika anak-anak, ia mulai bandel dan rewel, ketika remaja ia bisa berbohong dan tawuran, ketika dewasa ia bisa merekayasa segala sesuatu secara curang demi untuk kepentingan diri, dan ketika ia berada pada puncak karir, ia bisa berubah menjadi jahat dan menyebalkan.

Nah, ibadah puasa dengan segala kelengkapannya dapat secara perlahan-lahan mengembalikan penyimpangan itu mendekat kepada fitrahnya yang jujur dan simpatik. Dalam berpuasa diajarkan untuk rendah hati kepada sesama, di dalam berpuasa diajarkan untuk kembali tekun beribadah, didalam berpuasa diajarkan untuk banyak memberi kepada orang lain, diajarkan untuk tidak berkata-kata kecuali yang benar, diajarkan untuk tidak melihat kecuali sesuatu yang halal, diajarkan untuk tidak mendengar kecuali sesuatu yang halal di dengar. Bohong, bergunjing, gossip, fitnah, adu domba, bertengkar, maksiat dan semua yang tercela secara keras tidak boleh dikerjakan selagi dalam bulan puasa dan juga diluar bulan puasa. Jika itu semua diperhatikan maka seorang yang sudah sangat menyebalkan bisa berubah menjadi simpatik kembali.

Belajarlah kepada ulat bulu yang sangat menjijikkan. Ketika ia bertekad untuk berpuasa dengan masuk ke dalam kepompong, dan di dalam kepompong selama tigapuluh enam hari hanya berzikir, maka ketika keluar dari kepompong, ia sudah berubah total dari ulat bulu yang menjijikkan menjadi kupu-kupu yang indah mengundang kekaguman melihat keelokannya.

Seperti kupu-kupu itulah makna Idul Fitri bagi anak-anak Amalia, penuh keindahan dan kebahagiaan itu terpancar dari wajah mereka dengan penuh senyuman sudah bersiap dengan baju barunya. Airmata kami mengalir melihat wajah penuh senyum ketulusan mereka. 'Ya Alloh limpahkan mereka kebahagiaan di dalam menyambut hari nan fitri..'

Senin, 14 September 2009

Menggapai Lailatul Qodar

Ramadhan tinggal beberapa hari lagi. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Indahnya berpuasa, sholat tarawih dan tadarus seolah tidak ingin berlalu begitu saja. Bersama Istri dan Hana, kami mengadakan syukuran karena telah memasuki malam likuran yang biasa disebut asyrul awakhir atau malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir dengan membaca surat alfatehah dan menambah bacaan beberapa Juz setelah selesai kami menyantap hidangan sate ayam, pepes Ikan emas dan oseng ati ampela dengan minum air kelapa muda menjadi terasa nikmat.

Budaya likuran sebenarnya berangkat dari keterangan yang bersumber dari hadis Nabi, bahwa lailatul qadar kemungkinan besar jatuh pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Malam lailatul qadar diyakini sangat menggoda karena memiliki kualitas senilai seribu bulan bahkan lebih tingi lagi (khoirun min alfi syahr), maksudnya amal baik pada malam itu akan diganjar pahala berlipat ganda senilai orang beribadah selama seribu bulan.

Maka setiap malam likuran sering kali saya i'tikaf di masjid Agung Al-Azhar di Blok M. Disana banyak sekali orang-orang yang beri'tikaf. Sholat malam, ada yang membaca Al-Quran, ada juga yang sedang berdzikir. Masjid selalu semarak pada malam likuran dengan orang yang beribadah,

Semangat pada malam likuran adalah nikmatnya beribadah seolah jatuh cinta kepada kekasihnya. Bagi orang yang sedang mabuk kepayang, penderitaan terasa indah, yang berat terasa ringan, yang dingin terasa hangat, dan yang panas terasa dingin. Orang seperti ini merasakan betapa nikmatnya beribadah kepada Alloh SWT meski harus melalui kesulitan demi kesulitan di dalam hidup ini. Itulah yang disebut dengan menggapai lailatul qodar.

Minggu, 13 September 2009

Mengejar Mimpi

Sebuah bus yang penuh dengan muatan penumpang sedang melaju dengan cepat menelusuri jalanan yang menurun, ada seseorang yang mengejar bus ini dari belakang.

Seorang penumpang mendongakkan kepala keluar jendala bus dan berkata dengan orang yang mengejar bus, 'Hai kawan! Sudahlah Anda tak mungkin bisa mengejar!'

'Saya harus mengejar bus ini...' Dengan nafas tersenggal-senggal dia menjawab, 'Saya adalah pengemudi bus itu!'

Begitulah kita, di dalam kehidupan selalu mengejar mimpi. Ada jutaan judul buku tentang sukses mengejar mimpi, menjadi kaya, dan bahagia. Ada banyak motivator, pembicara publik bahkan selebritis memberikan kiat sukses dalam mengejar mimpi. Padahal Alloh SWT menciptakan manusia dalam kondisi sempurna dan keunikan dalam setiap pribadi. Lantas mengapa kita harus bersusah payah menempuh jalan kesuksesan orang lain? Bukankah kita punya cara tersendiri untuk bisa menempuh jalan kesuksesan hidup kita sendiri?

Buku, seminar, pelatihan adalah pemantik atau pemicu kita untuk memberikan inspirasi mengejar mimpi kita bukan untuk diikuti, tentunya diri kita sendirilah yang harus menciptakan kisah hidup kita sendiri, menciptakan dunia kita sendiri. Mengikuti jalan kesuksesan orang lain hanyalah membuat diri kita terbelenggu bahkan hidup kita menjadi penuh depresi karena kesuksesan ternyata tidak bisa diraihnya melalui jalan orang lain.

Alloh SWT menciptakan kita dalam kondisi yang sempurna agar kita menjalani kehidupan untuk mengisi rencana besar-Nya dalam sejarah episode kehidupan kita. Percayalah hidup anda teramat indah dan istimewa bila hanya sekedar menjadi pengikut atau pengekor. Ciptakan sendiri dunia anda, ciptakan sendiri jalan kesuksesan bagi diri anda sendiri, kejarlah mimpi sebab anda adalah pengemudi dari bus kesuksesan anda sendiri.

Sabtu, 12 September 2009

Kerendahan Hati

Ketika Tomy baru masuk sekolah dasar, dia ditanya oleh gurunya. 'Nama kamu siapa?'

'Nama saya Tomy,' jawab sang murid.

Pak guru marah karena merasa dipermainkan dan berkata kepada murid baru itu, 'Kalau sama guru, kamu harus sopan. harus pakai 'pak', mengerti? Coba ulangi lagi, nama kamu siapa?'

Dengan wajah gemetar dan gugup karena dilihat teman-temannya satu kelas Tomy menjawab 'Nama... nama saya Pak Tomy.'

Kerendahan hati satu suku kata yang sudah mulai memudar dalam kehidupan kita sehari-hari. Seringkali kita menjumpai justru sikap tinggi hati. hampir setiap hari anak-anak kita dipertontonkan pertengkaran para orang tua, pertikaian para pemimpin yang beranggapan dirinya paling benar.

Anak-anak kita membutuhkan rasa percaya diri yang timbul dari dalam. sebuah teladan sikap kerendahan hati. Salah satu bahan karakter yang paling penting menuju kemuliaan hidup adalah kerendahan hati. Kerendahan hati juga merupakan salah satu indikator dari tinggi kecerdasan emosional seseorang. Seseorang yang belum bisa menunjukkan sikap kerendahan hati berarti belum mencapai kedamaian dengan diri sendiri seperti yang digambarkan pada cerita diatas. Barangkali kita memang perlu banyak melatih diri untuk rendah hati.

---
Tidakkah aku pernah memberitahu kalian tentang manisnya ibadah ? para shahabat bertanya, Apakah itu? Rasulullah menjawab, 'Rendah hati' (HR Muslim).

Jumat, 11 September 2009

Baju Baru Dari Nenek

Malam hari bapak dan ibu datang ke Rumah. Istri saya dan Hana sudah tertidur lelap dari tadi sehabis sholat tarawih. Wajahnya sudah nampak tua. Bapak dengan rambutnya yang sudah memutih sekalipun memakai kopyah. Ibu taut wajahnya keriput tidak bisa disembunyikan walau memakai kerudung putihnya. 'Hana mana? sudah bobok ya?'tanya Ibu.

Tak lama istri saya terbangun. Mencium tangan Ibu dan bapak. Ibu mengeluarkan baju kecil berwarna putih memberikan baju itu kepada istri saya. 'Ini baju baru buat Hana,' kata ibu. Baju muslimah berwarna putih dan celananya seukuran Hana putri saya. Ibu bercerita sudah mencarikan kain warna putih dipasar agar dipakai Hana tidak panas. 'Bapak yang menjahit baju ini, biar bisa buat lebaran,'lanjut Ibu.

Dengan membuka baju dan celana putih istri saya melihat bentuk baju dan ukurannya. Kasih sayang Neneknya memang spesial sebab 4 cucunya, Hana satu-satunya cucu perempuannya. Setiap pulang sekolah Hana selalu meminta untuk mampir ke rumah Neneknya. Biasanya jika neneknya pergi ke pasar selalu tidak lupa membelikan kue untuk Hana.

Terdengar suara kami sedang berbincang, Hana yang tidur lelap menjadi terbangun. Hana berjalan menghampiri neneknya. 'Bawa apa Mbah?' tanya Hana. 'Ini ada baju baru untuk Hana,'jawab sang nenek. Hana memegangi baju barunya. Hana tersenyum dan memeluk neneknya, 'makasih mbah..' Ucap Hana. Neneknya terdiam, neneknya menangis dalam pelukan cucunya yang mungil. Kasih sayang seorang nenek berbaur menjadi satu dalam sukacita sang cucu yang mendapatkan baju baru untuk menyambut lebaran nanti. Subhanallah.

---
Orang yang hidupnya paling berarti bukanlah hidupnya paling lama, melainkan hidupnya paling bermakna bagi orang lain ( Ali Bin Abi Thalib).

Kamis, 10 September 2009

Cita-Cita

Pernah pada satu malam saya bertanya pada anak-anak Insan Mulia (Amalia). 'Kalo sudah besar nanti pengen jadi apa?' Anak-anak Amalia berebut menjawabnya, ada yang bilang ingin menjadi guru, dokter, insiyur, presiden bahkan Bunga yang masih TK menjawab ingin menjadi dosen. Tiba-tiba Desi mengangkat tangan dan mengatakan 'saya ingin menjadi seorang ibu yang baik kak.' Tak lama kemudian anak-anak Amalia saling berpandangan, terheran-heran. Cita-cita apakah itu?

Ada peribahasa yang mengatakan 'Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit.' Sejak Era Reformasi banyak saya menjumpai anak-anak yang bercita-cita menjadi Presiden. Gambaran iklan kampanye Capres anak orang biasa bisa menjadi Presiden membuat anak-anak merasa kebanggaan tersendiri memiliki cita-cita menjadi Presiden.

Jawaban Desi ingin menjadi seorang ibu yang baik bukanlah pilihan cita-cita bagi anak-anak dizaman sekarang ini. Kalo kata mereka, cita-cita yang nggak keren. 'Mana ada cita-cita menjadi seorang ibu yang baik?' Bila anak-anak beranggapan bahwa pilihan hidup menjadi ibu yang baik itu tidak ada di kamus mereka karena kita para orang tualah yang membangun kerangka berpikir mereka seperti itu. Namanya cita-cita itu ya dokter, insiyur, guru, pengacara, presiden tuh yang keren.

Jawaban Desi sepatutnya menumbuhkan sebuah kesadaran baru buat kita para orang tua. Ibu dan ayah yang mengasuh anak, mendidik, dan membesarkan serta mengurus keluarga. Betapa mulianya peranan ibu dan ayah dalam rumah tangga. Menjadi Ibu dan ayah yang baik merupakan pilar kehidupan bagi bangsa ini. Karena itulah sudah sepatutnya kita akan bangga bila anak-anak kita saat ditanya apa cita-citamu nak kelak dewasa, mereka menjawab, 'aku ingin menjadi ibu atau ayah yang baik.'

Rabu, 09 September 2009

Ziarah

Di Bulan suci Ramadhan ada seorang ayah yang mengajak anaknya berziarah ke makam kakek dan neneknya. Setelah berziarah ke makam kakek dan neneknya sang ayah menghampiri makam yang lainnya. Mengetahui hal itu si anak bertanya, 'Makam siapakah ayah?'

'Ini makam gurunya ayah,' jawab sang ayah.

'Apakah guru ayah waktu sekolah dulu? tanya anaknya.

'Bukan,' jawab sang ayah.

'Terus guru waktu ayah dimana?' tanya anaknya kembali.

'Guru kehidupannya ayah. Dulu sewaktu ayah masih muda, orang ini mengancam akan membunuh ayah, karena ayah ketakutan, ayah berlindung kepada Alloh SWT. Ayah menjadi rajin beribadah memohon perlindunganNya. Bukankah pengancam ini telah menjadi gurunya ayah?' jawab sang ayah.

Kebaikan adalah guru, keburukan juga guru. Pujian adalah guru, makian juga guru. Penghargaan adalah guru, ancaman juga guru. Apapun yang hadir di dalam hidup kita adalah guru kehidupan bila kita mampu memetik pelajaran dari setiap peristiwa yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari.

Namun seringkali pujian, perhargaan, kebaikan membuat kita menjadi lupa daratan, sementara sakit, makian, ancaman, keburukan menjadikan kita lebih mendekatkan diri kepadaNya. Begitulah cara Alloh SWT agar kita selalu ingat kepadaNya. Tujuannya cuman satu, agar kita bertaqwa kepada Alloh SWT. Itulah makna Ziarah.

Selasa, 08 September 2009

Tersenyum Sejenak

Suatu hari seekor semut mendatangi gajah dan kemudian sang semut membisikkan sesuatu ke telinga gajah. Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh sang semut, gajahnya tiba-tiba pingsan!

Tahukah anda kenapa gajahnya pingsan? Apa yang dibisikan semut kepada gajah?

Ternyata semutnya tadi membisikkan ke telinga gajah, 'aku hamil dan kau adalah bapaknya!'

Silahkan tersenyum sejenak. Sebab tersenyum adalah ibadah. Di bulan suci Ramadhan yang penuh berkah ini tersenyum mampu menyegarkan pikiran kita. Keluar dari segala kerumitan, menjaga pikiran agar selalu fresh sangat sehat menjaga kebugaran tubuh.

Pekerjaan kita setiap hari bergulat pada pikiran. Seperti yang dijelaskan dalam surat al-Syam / 91:8 bahwa kita secara fitri diciptakan Allah SWT dengan memiliki perangkat untuk mengetahui kebaikan dan keburukan, dan surat al-Balad / 90:10 menyebutkan bahwa kepada kita diberi peluang untuk memilih satu di antara dua jalan hidup yang telah disediakan, jalan kebaikan dan jalan kejahatan. Untuk itu, pada setiap diri kita terdapat faktor-faktor penggerak untuk menuju ke dua jalan itu. Jika penggerak atau motif kepada kejahatan bersumber dari hawa nafsu yang digelitik oleh waswas setan untuk segera mencari jalan pemuasannya, maka penggerak kepada kebaikan sebenarnya merupakan gabungan dari berbagai motif yang diorganisir oleh aql dan qalb.

Meskipun Kita telah memiliki potensi kebaikan, tetapi penggerak kepada kebaikan tidak muncul dari ruang kosong, melainkan dari pengalaman perjalanan hidup seseorang, dari budaya di mana orang itu hidup, dan dari kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing orang. Orang yang berada dalam lingkungan maksiat tanpa ada stimulus kebaikan yang mengimbanginya, maka penggerak kepada keburukan akan lebih subur pada orang itu. Sebaliknya orang yang hidup di tengah lingkungan yang sehat dan baik, dan ia sendiri menempuh cara hidup yang baik seperti yang dilakukan oleh orang lain, maka penggerak kepada kebaikan akan muncul dan terpelihara. Dalam lingkungan yang kondusif pada kebaikan, akal dan qalb dapat mengorganisir tuntutan berbagai dorongan psikologis dalam dirinya untuk diarahkan sesuai dengan iklim psikologis di mana orang itu hidup.

penggerak kepada kebaikan juga berhubungan dengan konsep hidup kita. Jika seseorang menempuh jalan hidup yang tidak benar, jauh dari petunjuk agama, maka penggerak kepada kebenaran terhalang pertumbuhannya, tetapi jika jalan hidupnya mengikuti petunjuk agama, beriman dan melakukan amal saleh, maka seperti yang diisyaratkan surat Yunus / 10:9, potensi iman yang ada di dalam hatinya mendesak dan mempengaruhinya untuk melakukan kebaikan.

Sesungguhnya orang-orang beriman dan melakukan amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena imannya. (QS Yunus / 10:9).

jadi, tersenyum sejenak. Selanjutnya kita bekerja kembali dalam rangka memperbanyak amal shaleh dibulan suci ramadhan yang penuh berkah ini. Barokallah..

Pemecahan masalah

Di bulan suci Ramadhan ini ada pasangan suami istri bertengkar karena suatu hal. Mereka saling mendiamkan. Suatu saat harus bangun pagi-pagi karena ada tugas luar kota karena takut bangun kesiangan sedangkan dirinya malu untuk minta tolong. AKhirnya dia punya ide menulis pesan disebuah kerta dan ditaruh di dinding. 'Tolong bangunkan aku jam 3 pagi untuk sahur!'

Paginya bangunya terlambat dan kesiangan. Dalam hati setengah marah. dia melihat kertas tertempel didinding yang tertulis. 'Sahur! Sahur! sudah jam 3 pagi nih.'

Al Qur'an memberikan panduan umum kepada pasangan keluarga agar berpegang teguh kepada taqwa ketika sedang mencari pemecahan masalah. Taqwa menjamin output berupa way out dan rizki, waman yattaqillaha jaj`al lahu makhraja wa yarzuqhu min haitsu la yahtasib (Q/….) Taqwa artinya berpegang teguh kepada kebenaran ilahiyah dan konsisten menghindari larangan Allah, imtitsalu awamirihi wa ijtinabu nawahihi. Secara psikologis takwa adalah aksi moral yang integral, yakni perilaku yang lahir dari komitmen nilai moralitas yang dianut orang beragama. Jadi, sesulit apapun problem, jika dalam pemecahanya berpijak pada komitmen taqwa maka jalan keluar maupun jalan masuknya baik, seperti semangat doa, rabbi adkhilni mudkhala shidqin wa akhrijni mukhraja shidqin wa ij`al li min ladunka sulthanan nashira.

Al Qur`an secara khusus juga memberi terapi dengan menggunakan pendekatan ishlah dan mu`asyarah bi al ma`ruf, mau`idzah dan ihsan.

• Bagaimanapun keadaannya, meski sedang kesal, hendaknya masing-masing bertindak secara ma`ruf, bergaul secara ma`ruf (wa`asyiruhunna bi al ma`ruf/Q/4:19 imsakun bi ma`ruf/Q/2:229). Ma`ruf adalah sesuatu yang secara sosial dipandang baik dan patut. Ini artinya orang harus juga memperhatikan kebiasaan dan tata krama yang dianut masyarakat dimana seseorang berada.

• Semangat yang dicari haruslah islah. Jika yang dicari itu islah pasti Allah akan menolong. in yurida ishlahan yuwaffiqillahu bainahuma (Q/4:35). Ishlah mengandung muatan makna shulh (perdamaian) shalih (baik , patut dan layak) dan mashlahat (konstruktif). Baik suami maupun isteri harus mengedepankan niat berdamai, berpikir konstruktif dan tetap menunjukan perilaku yang patut.

• Ada tahapan-tahapan dalam mencari pemecahan masalah. Artinya masing-masing suami dan isteri harus sabar, tidak keburu nafsu dan tidak putus asa. Dalam kasus suami membimbing isteri misalnya, menurut al Qur'an, pertama harus mengedepankan nasehat, mau`idzah. (Q/4:34).

Senin, 07 September 2009

Makna Kendi

Entah kenapa sore hari di bulan suci Ramadhan saya berjumpa dengan benda yang namanya 'Kendi.' Saya bilang sama istri saya, saya ingin membeli kendi. Istri saya nampak terheran buat apa beli kendi? 'Buat minum kalo haus,' jawab saya.

Kendi adalah tempat minum yang terbuat dari tanah liat. Kendi sudah susah untuk dicari apa lagi seperti di kota Jakarta, kalaupun bertemu rasanya teramat indah buat saya. Kendi yang saya jumpai hampir sama persis sewaktu saya masih kecil. Warna hitam hasil proses pembakaran. Tutup dan ujungnya untuk menuangkan air terasa sejuk, beda dengan air dingin yang dikulkas.

Sewaktu saya masih kecil, nenek selalu menyediakan kendi yang terisi air ditaruh di depan rumah. Biasa orang yang lewat meminum air di kendi, karena rumah kami di depan pasar menyediakan air untuk orang yang lewat merupakan pekerjaan yang tidak pernah ditinggalkan oleh nenek saya.

Sekali waktu nenek bertegur sapa kepada setiap orang yang meminum air di kendi. Setelah selesai haus orang-orang itu melanjutkan perjalanannya. Kala itu saya masih SD pernah bertanya pada nenek untuk apa nenek selalu menyediakan air kendi untuk orang-orang yang lewat. Nenek menjawab 'yen ngelak ben ngombe.'

Awalnya saya tidak mengerti, apa maksud jawaban nenek saya. Seiring waktu saya mencoba memahami jawaban nenek bahwa menyediakan air untuk orang-orang yang haus. Dalam perjalanan hidup yang teramat pendek ini tidaklah mudah melakukan pekerjaan yang sesederhana menyediakan air bagi orang-orang yang lewat. Bukan pada airnya yang di dalam kendi namun pada sebuah ketulusan kita untuk menyapa dengan sepenuh hati setiap orang yang kita jumpai.

Saya teringat satu hadist Nabi, 'Barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir hendaklah berlaku baik terhadap tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir hendaklah memuliakan tamunya dan barangsiapa beriman kepada Alloh dan hari akhir hendaklah berkata baik atau diam.' (HR Bukhari & Muslim). Hadist inilah mengingatkan saya akan makna kendi dalam kehidupan sehari-hari.

Minggu, 06 September 2009

Kebutuhan

Ada seorang marketing dealer sepeda motor yang sedang mencoba merayu seorang peternak sapi perah agar mau membeli sepeda motornya. peternak sapi itu menolak tawaran sang marketing dealer sepeda motor.

'Maaf Mas, daripada saya membeli sepeda motor lebih baik saya membeli sapi perah aja. kata peternak sapi.

'Tapi pak, sebentar lagi mau lebaran lo pak. bapak akan terlihat aneh jika bepergian kemana-mana naik seekor sapi.' rayu marketing.

'Mas ini bagaimana sih? apa saya tidak lebih aneh lagi jika orang melihat saya memerah sebuah sepeda motor?' jawab bapak peternak sapi.

Begitulah kita dalam hidup. Tidak mungkin bila kita membutuhkan sapi perah, kita diberikan oleh Sang Khaliq sepeda motor. Apa ya mungkin kita memerah sebuah sepeda motor? jawabnya jelas tidak mungkin. Alloh SWT senantiasa mengabulkan doa2 hamba-hambaNya sesuai dengan yang dibutuhkannya.

Sementara Kita hanyalah memerlukan apa saja yang menjadi kebutuhan kita. Alloh SWT senantiasa memberikan apa yang kita butuhkan justru datangnya dari yang tidak kita sangka dan kita tidak duga. 'jangan menyerah' seperti syair lagu D'Massiv. Syukuri apa yg ada. hidup adalah anugerah. tetap jalani hidup ini. melakukan yg terbaik.'

--
Barangsiapa yang bertaqwa kepada Alloh niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Alloh niscaya Alloh akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Alloh melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Alloh telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. At Thalaq [65]: 2).

Sabtu, 05 September 2009

Kangen Sekali

Bulan suci Ramadhan tahun ini Hana sudah mulai mengerti tentang puasa. Disekolah TK setiap pagi mamahnya mengantar ke sekolah. Setiap istri saya menjemput pulang sekolah Hana selalu bertanya pada mamahnya. 'Ayah kemana mah?'

'Ya ke kantor' jawab istri saya.

Hari terus berlalu seperti biasanya. Istri saya selalu bercerita bila pulang sekolah selalu bertanya ayah kemana dan dijawabnya pergi ke kantor. Saya hanya berpikir hal itu biasa. Itulah sebabnya setiap hari saya selalu pulang lebih awal agar bisa berbuka puasa di rumah. Kecuali hari Rabu, saya harus mengisi on air di Radio Bahana.

Karena hari ini saya harus ke Pondok Gede ada yang harus dikerjakan. Pagi sudah harus berangkat. Pulang ba'da Dzuhur. Motor melaju dengan cepat. Di depan pintu rumah saya berhenti menaruh motor, sudah nampak berdiri Hana dengan senyumannya yang manis dan menyapa.

'Ayah, Hana kangen sekali..' Kata Hana.

'Kangen apa?' tanya saya.

'Kangen pipinya ayah..' Jawab Hana.

Subhanallah. Saya peluk Hana, putri saya. Saya teringat tentang kisah Baginda Nabi Muhamad SAW mencium Hasan dan Husain, Abshar Al- Aqra' bin Habis berkata, ' Sesungguhnya saya mempunyai sepuluh anak namun tidak pernah ada seorangpun yang pernah saya cium. Maka Baginda Nabi bersabda, 'Sesungguhya barangsiapa yang tidak menyayangi maka ia tidak akan disayangi (HR At-Tirmidzi).

Hadis inilah yang menyebabkan saya bisa memahami kenapa ada kerinduan pada diri Hana. Kerinduan seorang anak dalam pelukan sang ayah merupakan keindahan dalam hidupnya. Matanya berbinar-binar, Hana bercerita apa yang telah dikerjakan disekolahnya sambil memeluk. Itulah makna kangen sekali buat Hana.

Jumat, 04 September 2009

Berpendirian teguh

Suatu ketika seorang laki-laki dan anaknya membawa seekor kuda ke pasar. Di tengah jalan, beberapa orang melihat mereka wajah acuh, 'Lihatlah orang-orang itu kasihan ya. Mengapa mereka tidak naik ke atas kuda itu?'

Laki-laki itu mendengar perkataan tersebut. ia lalu meminta anaknya naik ke atas kuda. Seorang perempuan tua melihat mereka, 'Sudah terbalik dunia ini! Sungguh anak tak tahu diri! Ia tenang-tenang di atas kuda sedangkan ayahnya yang tua dibiarkan berjalan.'

Kali ini anak itu turun dari punggung kuda dan ayahnya yang naik. Beberapa saat kemudian mereka berpapasan dengan dengan gadis muda. 'Mengapa kalian berdua tidak menaiki kuda itu bersama-sama?'

Mereka menuruti nasehat gadis muda itu. Tidak lama kemudian sekelompok orang lewat. 'Binatang malang…, ia menanggung beban dua orang gemuk tak berguna. Kadang-kadang orang memang bisa sangat kejam!'

Sampai di sini, ayah dan anak itu sudah muak. Mereka memutuskan untuk memanggul kuda itu. Melihat kejadian itu orang-orang tertawa terpingkal-pingkal, 'Lihat, manusia aneh memanggul kuda!' sorak mereka.

Begitulah kehidupan haruslah kita sadari bahwa untuk menjalani dalam keseharian bukanlah berarti memuaskan semua pihak. Setiap keputusan selalu saja ada orang-orang yang merasa tidak senang. Tentu saja apapun resiko di dalam hidup ketika keputusan sudah diambil tetap harus di jalankan.

Pendirian yang teguh akan membawa kehidupan kita lebih tenang dan tidak mudah bingung. Sementara pendirian yang lemah menyebabkan kita mudah terombang ambing oleh keadaan yang selalu berubah-ubah. Seperti awan selalu berubah karena ditentukan arah angin. Bila kita melakukan sesuatu hanya karena untuk memuaskan orang lain berarti iman kita masih dipertanyakan.

Jadi setiap tindakan yang benar adalah tindakan yang dilandaskan kepada Alloh SWT semata bukan demi memuaskan orang lain. Jika hanya memuaskan orang lain tindakan hidup kita rapuh dan mudah terombang-ambing namun jika sebuah tindakan didasarkan karena Alloh SWT maka hidup kita kokoh dan istiqomah dalam perjuangan mencapai kesuksesan.

Ikhtiar

Ada seorang dokter yang mengabarkan kepada pasiennya telah sembuh dan pasien itu berkali-kali mengucapkan terima kasih kepada sang dokter. 'Saya sembuh dokter? Wah..sungguh keajaiban, dokter hebat nih. Baru menginap sehari langsung sembuh. Tadinya saya sudah takut dok..'

'Takut apa pak?' tanya dokternya.

'Takut tidak bisa pulang karena harus membayar biaya perawatan rumah sakit yang mahal ini.' jawab si pasien.

Begitulah kita yang selalu beranggapan bahwa dokterlah yang menyembuhkan sakit kita padahal tidak ada satupun dokter didunia ini yang berani menjamin dirinya bisa menyembuhkan sakit pasiennya. Seperti seorang petani juga tidak akan pernah mampu membuat padi. Walau hanya sebutir. Tugas para petani hanyalah menanam, merawat dan menjaga dari setiap hama yang akan menyerangnya.

Jadi, yang paling penting kita lakukan adalah berikhtiar dan hasilnya kita serahkan kepada Sang Khaliq. Kita diberikan balasan bukan didasarkan pada hasil namun seberapa kita bersungguh-sungguh dalam berikhtiar. Di dalam ikhtiar itu kita diberikan hadiah dan berkah.

hadiah apapun memang selayaknya kita syukuri. ketika kita banyak-banyak besyukur semuanya menjadi berkah. berkah kesehatan, pasangan hidup yang istimewa, anak-anak yang ceria bermain dirumah, berkah kerja dan berkah silaturahmi kita lewat tulisan ini. Bukankah semua berkah berlimpah disetiap ikhtiar yang kita lakukan dihari ini?

Kamis, 03 September 2009

Bershalawat Untuk Anak

Setiap malam kala menjelang tidur. Istri saya suka sekali bershalawat untuk Hana putri saya sampai Hana tertidur lelap. Sekalipun suaranya tidak merdu namun saya suka mendengarkannya. Kadangkala saya ikutan hanyut meresapi makna setiap kali shalawat dilantunkan.

Kebiasaan bershalawat menjelang tidur sudah lama istri saya melakukannya. Menurutnya bershalawat untuk anak menjelang tidur memiliki banyak manfaatnya. Salahsatunya dapat menentramkan hati sang anak. Ditengah arus globalisasi begitu kuatnya dominasi media elektronik hampir mengepung disegala penjuru, salahsatu yang sangat berperan membentengi anak adalah ayah dan ibunya sehingga peran orang tualah yang mampu membangun mental magnet yang positif pada diri anak.

Kalau mental magnet pada anak terbangun muatan negatif maka hari demi hari akan menarik seluruh kekuatan negatif pada alam semesta. Namun demikian sebaliknya jika orang tua mengarahkan anak untuk dibangun mental magnet perbuatan positif maka hari demi hari akan menarik seluruh kekuatan positif pada alam semesta.

Untuk tujuan menyerap kekuatan-kekuatan positif itu, orang tua kita sudah sejak zaman dulu sering menidurkan anak-anaknya dengan syair-syair shalawat untuk menenteramkan hati. Terkadang orang tua juga memberikan pujian-pujian sugestif agar membesarkan hati sang putra tercintanya.

Muammar Khadafi waktu kecil ibunya selalu membisikkan kata-kata, Nak kelak engkau akan menjadi pemimpin besar. Kata-kata itu bak mantra menembus alam bawah sadarnya, pelan tapi pasti terus diingat dan dibuktikan bahwa Muammar Khadafi akhirnya menjadi pemimpin di Libya. Itulah kekuatan kata-kata dari seorang ibu yang berarti juga doa dan masa depan bagi anaknya.

Jadi membiasakan bershalawat untuk anak kita dan diikuti dengan pujian-pujian yang sugestif bagi sang buah hati itulah yang mereka butuhkan untuk menenteramkan hati sekaligus mengarahkan anak-anak kita terbangun mental perbuatan positif yang hari demi hari menarik seluruh kekuatan positif pada alam semesta.

Rabu, 02 September 2009

Cinta Tadarus

Setiap kali sehabis sholat tarawih, bertadarus merupakan kegiatan yang membawa keteduhan hati. Istri saya melantunkan ayat, saya menyimaknya. Jika saya yang membaca al-quran, istri saya ganti yang menyimaknya. Hana juga mengikutinya sekalipun yang dibaca hanya Iqra.'

Bila malam saya sedang keluar melintasi masjid, jarang sekali menjumpai orang-orang bertadarus. Jika ada yang bertadarus hanyalah orang tua. Anak-anak muda agak sulit saya jumpai bertadarus. Mungkin kondisi sekarang memang sedikit berbeda. Zaman telah berubah. Terkadang membuat hati menjadi miris. Bila membaca al-quran sudah tidak lagi diminati oleh anak-anak muda.

Tadarus diwaktu saya masih sekolah Tsanawiyah suka sekali mengaji dimasjid bersama-sama teman-teman. Kami berkelompok sampai 15 anak membaca al-quran, terkadang sampai pagi, sehabis sholat subuhpun kami melanjutkannya dengan berdiskusi menelaah setiap ayat yang kami baca. Kebiasan untuk bertadarus menjadikan keindahan tersendiri. Apa lagi sejak keberadaan Hana tadarus sebelum tidur tidak bisa kami tinggalkan.

Kami juga membiasakan anak-anak Amalia agar menghapal Juz Amma' surat-surat pendek. Kami membaca bersama-sama. Membiasakan anak-anak membaca al-quran sebagai upaya agar sedini mungkin anak-anak mencintai al-quran, membaca ayat-ayat suci sekaligus menggali maknanya. Untuk menumbuhkan rasa kecintaan terhadap al-quran tidak bisa sendirian, haruslah terbangun kondisi yang dilakukan secara terus menerus agar terbentuk pembiasaan yang menyenangkan. Sebab tadarus selain dimaknai dengan membaca al-quran namun juga mengkaji dan menelaah.

Maka alangkah indahnya bila semangat tadarus adalah semangat menjadikan al-quran sebagai bacaan kita setiap muslim melalui gerak hati dengan nafasnya dalam setiap langkah kegiatan kita dalam kehidupan sehari-hari untuk senantiasa menyebarkan cinta dan kasih sayang bagi sesama.

Selasa, 01 September 2009

Berprasangka Baik

Ada seorang perempuan pergi ke dokter untuk memeriksakan tekanan darahnya. Ruang tunggu dokter penuh karena banyak pasiennya. Dia harus mengantri. Hampir satu jam kemudian namanya baru dipanggil. Ketika namanya dipanggil kakinya kesemutan sehingga jalannya masuk ke ruang dokter dengan kaki terpincang-pincang.

Lima belas menit kemudian perempuan itu keluar dari ruang pemeriksaan dengan langkah biasa lagi. Dua pasien yang dari tadi memperhatikan perempuan masuk ke ruang dokter, kini memandang heran, yang seorang pasien menyenggol sebelahnya sambil mengatakan, 'lihat tuh, betul kan yang saya bilang? Dokter ini memang top di kota ini.'

Begitulah kita pada umumnya seringkali mengambil kesimpulan berdasarkan prasangka. Prasangka terbangun karena kebiasaan. Kebiasaan membangun karakter pribadi seseorang. Kebiasaan-kebiasan untuk berprasangka baik atau berpikir positif kita diajarkan sejak anak-anak dengan melalui sholat. Setiap kali kita selesai sholat selalu diakhiri dengan salam.

Mengucapkan salam kepada Alloh SWT merupakan simbol dari keislaman. Makna Islam berarti berdamai dengan Alloh SWT. Kita tidak memiliki masalah kepada Alloh dan tidak berpikir negatif kepadanya.

Dalam kehidupan, kita kerap mengalami kejadian yang menyenangkan ataupun tidak. Hampir tidak dapat dihindari dalam hati terbersit pikiran negatif terhadap Alloh SWT, terutama jika mengalami nasib kurang baik Jika berlarut, itulah titik permulaan dari malapetaka rohani dan kebangkrutan spiritual.

Allah SWT berfirman dalam hadis qudsiy, ana `inda dzonni `abdi, Aku tergantung bagaimana hamba Ku menganggap Ku. Apabila dia berprasangka kepada Ku dengan baik, Aku pun akan baik kepadanya. Dan apabila dia berprasangka kepada Ku dengan prasangka buruk, Aku pun buruk kepadanya.’ Hadis qudsi di atas sebuah kiasan untuk senantiasa berpikir positif dalam keseharian kepada Alloh SWT ataupun terhadap ciptaan-Nya, baik umat manusia maupun seluruh alam.

Seperti kita ketahui, di antara tanda-tanda kebesaran Allah ada penciptaan langit dan bumi. Seperti dalam firman-Nya, ‘Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan di antara perbedaan malam dan siang, ada tanda-tanda bagi orang-orang yang mempunyai pikiran mendalam, yaitu mereka yang selalu ingat kepada Alloh.’

Atas dasar itu, sudah selayaknya kita memperhatikan alam sekitar. Alam ini tidak diciptakan dengan sia-sia, sehingga hal itu dapat menumbuhkan pikiran positif terhadap alam ataupun Sang Penciptanya. Ayat itu diakhiri dengan permohonan kita kepada Allah untuk dihindarkan dari siksa neraka. Dalam konteks ayat tersebut atau dalam bahasa Arab disebut siyaqu al-ayat siyaqa yang bisa dipahami salah satu penyebab orang mengalami hidup sengsara ialah kalau dia mempunyai pikiran negatif terhadap sesama ciptaan-Nya.

Dalam ayat lain, Al-Hujarat, Allah menyebutkan, ‘Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging bangkai saudaranya. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya’

Maksud dari ayat ini kalau kita membicarakan keburukan orang lain yang tidak ada di hadapan kita, hal itu bagaikan memakan bangkai saudara kita sendiri. Ini peringatan agar kita senantiasa menumbuhkan berprasangka baik dan juga berpikiran baik kepada Alloh, sesama saudaranya dan alam sekitarnya.