Senin, 31 Mei 2010

Memaafkan Bukan Berarti Membiarkan

Memaafkan bukan berarti membiarkan melakukan kesalahan yang sama secara terus menerus karena bila ada orang melakukan kesalahan ada kecenderungan akan melakukan kesalahan itu lagi maka selain kelembutan diperlukan sikap tegas untuk mengingatkan agar tidak melakukan kesalahan yang sama.

Contohnya seorang istri yang dipukul oleh suaminya kemudian memaafkan bukan berarti membiarkan dirinya dipukuli terus menerus setiap hari. 'Kok dipukulin diam saja?' 'Kan saya sudah memaafkan.' Tindakan seperti itu disebut sebagai tindakan konyol. Memaafkan hanya cukup dilakukan sekali. jika yang diulangi lagi patutlah ada sikap tegas bahwasanya tindakan yang dilakukan memiliki sebuah konsekuensi yang harus dipertanggungjawabkan oleh dirinya.

Dengan demikian hati agar tetap jernih, kesehatan dan kebugaran tubuh kita menjadi terjaga tidak membiarkan kebencian dan kemarahan terpendam di dalam diri kita. Memaafkan merupakan pembersih dari segala kekotoran di dalam hati kita, sebuah perpaduan antara kelembutan dan ketegasan.

Memaafkan bukan berarti membiarkan diri kita terus menerus disakiti adalah upaya menjaga harmoni, keseimbangan dan kesetaraan inilah yang menjadikan hidup kita penuh kebahagiaan dalam rangka saling menghormati dan saling menyayangi. Kesetaraanlah membuat hati kita lapang dan bersih dalam kemuliaan yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Minggu, 30 Mei 2010

Memaafkan Itu Menyehatkan

Pernah saya ditanya oleh seorang teman, 'kenapa aku kok susah memaafkan kepada orang yang justru aku cintai?' 'Dia telah menduakan cintaku..' Kemudian saya balik bertanya padanya, 'Kenapa tidak bisa memaafkan?' 'Sulit Mas..' jawabnya tertunduk.

Pada dasarnya memaafkan itu mudah dan menyehatkan. Selama kita tahu alasannya bila kita memaafkan membuat tubuh kita menjadi sehat dan bugar karena dapat mengurangi beban pikiran dan perasaan maka kita dengan mudah akan memaafkan. Jika anda termasuk orang yang suka memaafkan. Berbahagialah anda!

Terbayangkah oleh kita bila kita menyimpan daftar panjang kesalahan setiap orang, yang kita anggap berdosa? Apa lagi kesalahan dan dosa orang-orang yang kita cintai? Daftar panjang kesalahan orang lain kita biarkan menumpuk dalam hati tanpa kita sadari begitu banyak yang telah kita simpan sehingga hati kita dipenuhi dengan kebencian tanpa menyisakan ruang untuk menyimpan kebaikan dan kasih sayang yang senantiasa dipancarkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala secara terus menerus ke dalam hati kita.

Pancaran sinar kebaikan dan kasih sayang yang diberikan oleh Allah tidak bisa masuk ke dalam hati kita karena hati kita tertutupi oleh kebencian dengan daftar panjang kesalahan dan dosa orang lain, hal itu membuat hidup kita senantiasa diliputi oleh rasa cemas, gelisah, mencurigai orang lain, menganggap dunia dipenuhi dengan kepalsuan, kebencian telah membakar seluruh tubuh kita dan menyebabkan tubuh kita menjadi sakit.

Disinilah sikap memberi maaf menjadi bermakna mulia, menjadikan hidup tanpa beban, tubuh menjadi terasa ringan. Hati kita menjadi lapang, bersih dan hati kita menerima pancarana kemuliaan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala itulah sebabnya bagi orang-orang yang memaafkan mampu membuat tubuhnya menjadi sehat dan bugar.

Pertanyaan berikutnya, lantas bagaimana dengan orang yang terus menerus berbuat kesalahan kepada kita? Pada dasarnya hati kita tidak boleh dipenuhi oleh dendam dan kebencian namun juga tidak menjadikan diri kita membiarkan orang tersebut kembali melakukan kesalahan hal yang sama secara terus menerus maka diperlukan sikap lembut sekaligus tegas agar tidak mengulangi kesalahannya lagi karena sikap ini diperlukan agar kita mampu menjaga hati tetap jernih dan tubuh kita tetap sehat serta bugar.

AKU DAN JIWAKU

Karena tidak melakukan dosa besar,
sering aku merasa tak memiliki dosa besar….
Padahal kumpulan dosa-dosa kecilku menjadi dosa besar

Jiwaku berkata :” Ingatkah kamu betapa banyak dosa kecil yang
menyebabkan pelakunya Su’ul Khatimah (akhir yang buruk)?
Terkadang dosa kecil bisa berubah menjadi dosa besar, ketika: rutin dilakukan;. Menganggap kecil dosa; Merasa senang dengan dosa;Menyepelekan perlindungan Allah; Pamer dosa; Menginspirasi pendosa lain.
Dan ingatlah ketika Ibnu Abbas r.a berkata :” Wahai pemilik dosa, kamu pasti akan mengikuti dosa besar dari dosa yang lain, Kurangnya rasa malumu kepada orang yang sebelah kanan dan kirimu adalah dosa besar, Kamu tertawa sedangkan kamu tidak tahu apa yang akan diperbuat Allah padamu adalah Dosa besar.. Kebahagiaanmu dengan dosa yang kamu lakukan adalah dosa besar, Kesedihanmu terhadap dosa ketika kamu kehilangannya adalah dosa besar. Dan ketakutanmu dari angin yang jika menggetarkan pintumu , namun dosa yang kamu lakukan tidak menggetarkan hatimu dari pandangan Allah terhadapmu adalah dosa paling besar .

Karena ibadah wajib sudah kukerjakan.
Sering ku merasa amal kebajikanku sudah cukup.
Padahal tidak ada jaminan kualitas atas hal itu.

Jiwa ku berkata :” Benar, Tidak ada jaminan kualitas atas hal itu”.
Jika ibadah yang kamu lakukan semata-mata hanya sebatas penggugur kewajiban, alangkah kasihannya kamu.Ibadah hanya beban, ritual, alakadarnya.
Kebohongan terbesar manusia adalah ketika mengganggap ibadah bukan kebutuhan. Bagaimana mungkin kamu mengharap “Dicintai Allah” bila kamu tidak pernah melakukan” amalan-amalan yang dicintainya?
”Energi ibadah akan memancar kuat jika kamu beribadah dengan amalan yang sangat dicintai Allah SWT dan digemari Rasulullah SAW,

Karena kedua perekam itu tidak terlihat,
begitu nikmatnya kubicarakan kejelakan orang lain.
Padahal suara hatipun terekam oleh keduanya.

Jiwaku berkata :”Hindarilah Ghibah”. Ingatlah ketika seseorang mengalami azab kubur yang sangat pedih disebabkan karena ia suka menggunjing.
"Jauhilah kebanyakan dari prasangka
Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa
Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain
Janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain
Sukakah diantara kamu memakan daging saudaranya sendiri yang sudah mati?
Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya
Dan bertakwalah kepada Allah
Sesungguhnya Allah Maha penerima taubat lagi Maha Penyayang"(QS Al-hujarat:12)

Karena tak tahu kapan datangnya ajal.
Hampir tidak pernah kutulis dan kuucapakan wasiat.
Padahal utang dan janjikupun tak hanya satu dua.

Jiwa ku berkata : “Bayarlah utang, tuliskan wasiat, sebab utang kalau tidak dibayarkan didunia maka akan di bayar diakhirat”.
Dihari kiamat kelak , Allah SWT akan mengundang para penghutang (Shaahibud dain) dihadapan Qudratnya. Allah SWT berfirman “Wahai anak Adam! , mengapa kalian berhutang dan mengambil pinjaman atas orang lain?” . Mereka menjawab. “Wahai Tuhan kami, Engkau Maha Mengetahui bahwa kami mengambil hutang disebabkan kami tidak bisa makan, tidak bisa minum dan tidak berpakaian. Kami tidak menghambur-hamburkannya melainkan kami ditimpa kebakaran, kemalingan dan kebangkrutan”.
Allah SWT kembali berfirman, “Benar hamba-ku!, Aku lebih berhak membayar atas diri kalian semua”
Maka ditimbanglah amal mereka, sehingga lebih condong kepada kebaikan mengalahkan amal keburukan. Mereka dimasukkan ke dalam surga karena Rahmatnya (HR Ahmad dan Thabrani)

Lalu jiwaku melanjutkan, Sedang bagi yang berpiutang.
Allah SWT merahmati dan memuliakan orang yang memberi pinjaman pahala malah lebih baik dari sadaqah.
Rasulullah bersabda: “Rahmat Allah atas siapa-siapa yang mudah dalam membeli , mudah dalam menjual,mudah dalam membayar dan mudah dalam menagih”(HR :Bukhari)
( Memberikan kemudahan berarti meniadakan unsur yang memberatkan. Bisa dengan keleluasaan tempo pembayaran, memundurkan atau menghapus utang sama sekali)
Jiwakupun berkata : Tepatilah janji, salah satu ciri orang munafik adalah orang yang tidak menepati janji

Karena kematian belum menghampiriku.
Sedikit kuperbuat untuk menghadapinya.
Padahal ketika itu keputusasaan pun tak ada guna.

Jiwaku berkata :” Ingatlah kematian!!! Persiapkanlah bekal untuk kehidupan yang abadi. Jadikanlah dunia sebagai ladang amal untuk akhiratmu "
Sesungguhnya kematian itu pasti datang.
Tidak ada yang tau kapan dia akan menjemputmu, mungkin esok. Lusa, seminggu lagi, sebulan lagi atau bahkan mungkin beberapa menit lagi.
Lihatlahlah usia mu, berapa banyak yang kamu investasikan untuk akhirat.
Berapa banyak yang digunakan untuk beribadah dan mengerjakan amal shaleh
Padahal tidurpun adalah kebaikan bila diniatkan.
Padahal bekerjapun adalah kebaikan bila di niatkan
Di Yaumil akhir kelak di hadapan Allah SWT setiap menit, setiap detik akan diminta pertanggungjawabannya.

Akupun tercenung, gemetar dan merinding
Ya ALLAH.... , ampunilah aku hambamu yang telah lalai ini...
Yang telah mendhalimi diri sendiri...,atas Hidup yang belum memberi arti, atas usia yang tersia-siakan, atas waktu yang terbuang percuma, atas janji yang terabaikan, ibadah yang tidak seberapa... Ya Allah aku Malu terhadap-Mu... Aku takut atas Murka-Mu..., Aku tidak Kuat menghadapi Azab-Mu....

Jiwaku berkata :”Menangislah....,
Tangisilah dosa-dosa yang telah kamu lakukan
Yang telah menjadikan kamu orang yang lalai.
Sebelum hatimu benar-benar sakit dan mati....
Hati yang tidak bisa membedakan yang baik dan yang buruk
Hidupkanlah hatimu dengan Zikrullah
Lakukanlah ibadah-ibadah sunnah yang di cintai ALLAH.
bergaullah dengan orang-orang shaleh, kendalikan hawa nafsu,
Jauhkan diri dari hal-hal yang merusak iman, hindari kemaksiatan,
Pelihara matamu dari melihat yang diharamkan
Carilah seribu celah untuk melakukan kebaikan.

Teteskanlah airmata penyesalan,
Minumlah cawan kesedihan,
Taburkanlah debu diatas kepalamu
Nyaringkanlah tangismu didepan Sang Kekasih,
Serta bermunajatlah kepada Allah dikeheningan malam
Lalu ucapkan, “Wahai Tuhan, pindahkan aku dari hinanya maksiat kepada kemuliaan Taat!”
Mohonlah kepada Allah Tobat Nasuha,Tobat yang tulus kepada Allah, bersih dari segala kotoran, dan disertai penyesalan…
Jangan berputus Asa dari Rahmat Allah …
KARENA… .....
NERAKA...BUKANLAH UNTUKMU !!!...

YA ALLAH... hamba mohon…. Ya Allah, Walaupun aku begitu jauh dari hamba-hamba Mulia Pilihan-Mu, Hamba Mohon… kokohkanlah kakiku untuk melangkah dijalan-Mu... Kokohkan Jiwa dan hati-ku untuk menggapai Ridha-Mu, Kokohkan Iman-ku sampai akhir nanti...
YA ALLAH Yang Maha Mulia, muliakanlah kami dengan ketakwaan...
Ya Allah Seandainya ini adalah hari terakhir hidup-ku maka terimalah taubat-ku ini karena begitu banyak dosa yang telah kulakukan
YA ALLAH Ampunilah dosa- dosa kami...
Amin...

(Referensi ; : Ahmad Abdul Majid “Mencapai kaya tak terbatas”, M Husyain Ya'qub "Tuhan Aku Ingin Kembali"; Tafakur)

PUSPA INDAH DI TAMAN HATI

Jadikan Al-Quran dengan segala isinya sebagai landasan hidup
Pelajari makna dan tafsirnya , dan amalkan dalam kehidupan
Kuburlah semua kesalahan orang lain
Sehingga kita menjadi pemaaf, bijaksana dan berbudi

Tersenyumlah dengan ikhlas sebagai tanda hati terbuka-
Dan memberi manfaat, untuk menciptakan suasana menjadi ceria
Menyimpan "dendam " dan "amarah" atau
rasa ingin membalas suatu tindak kejahatan
adalah sama dengan menyimpan "bara"Yang dapat membakar hati sanubari

Hargai pemberian dan penghargaan orang lain
Tidak perlu berlebihan namun terimalah dengan hati terbuka
Janganlah membenci seseorang -
karena pemahaman dan pendapat yang berbeda
Perbedaan adalah suatu karunia dan bersikaplah demokrasi

Ucapkanlah salam dengan menyebut nama-NYA
Pada berbagai kesempatan dan waktu sesuai tatakrama
Fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan
Janganlah goyah bila kita tertimpanya.

Janganlah berkhianat atas kepercayaan yang telah diberikan
Jangan melukai hati orang lain walaupun dengan sepatah kata
Jagalah amanah jangan hilangkan kepercayaan orang
Ringankan beban mereka yang tengah dilanda derita duka dan nestapa
Hiburlah hatinya agar segera pulih dari luka

Manusia adalah makhluk ciptaan-NYA
Janganlah takut kepada manusia, Jika kebenaran dijalan Allah yang harus dibela
Bersikaplah adil , walaupun dalam memperoleh keadilan tersebut kita-
mendapat banyak hal yang merugikan dan kesukaran.

Programkan suatu rencana kehidupan untuk masa depan
Namun tetaplah tawakal atas segala kuasanya
Beramal dan berbagi kasih sayang kepada sesama manusia
Yang memiliki kekurangan, lakukan dengan ikhlas.
Kembangkan sikap peduli bukan untuk di puji.

Sebaris kalimat yang bermakna
Bagaikan sebutir mutiara di dalam samudera
Sampaikanlah sebagai nasehat kepada para sahabat dan kerabat
Agar mereka selalu ingat akan Kuasa-NYA

(Saduran bebas dari "Menggapai hidup bermakna karya Iqbal Hamdi)

AKU MAKIN CANTIK HARI INI ...!

Tahukah engkau, aku makin cantik hari ini! Sungguh, aku makin cantik! Lebih cantik dari kemarin, dari kemarinnya lagi, dan dari kemarin-kemarinnya lagi. Coba lihat, dahiku tidak berkerut-kerut oleh pikiran dan kepedihan seperti beberapa hari yang lalu. Bibirku tidak mengerucut oleh kejengkelan dan kemarahan seperti kemarin.

Mukaku tidak lagi tertekuk penuh beban dan BeTe-an seperti waktu-waktu yang lewat. Tubuhku tidak lagi lesu karena keputusasaan dan kehilangan harapan. Sungguh, aku makin cantik hari ini! Coba perhatikan, mataku bersinar-sinar oleh kegembiraan. Bibirku merekah lebar oleh senyum ketulusan. Pipiku merona merah oleh semangat pengharapan. Urat-urat wajahku santai memancarkan aura kepasrahan. Dan semuanya menjadikan wajahku berseri-seri. Sungguh, cantiknya aku hari ini!

Sudah sepekan aku banyak tertawa, menari dan menyanyi, menikmati hidup ini dan tidak membiarkan permasalahan mempengaruhi suasana hati. Ah, cantiknya diriku karenanya. Sudah sepekan aku berusaha banyak menyapa dan memaafkan semua saudara. Dan itu telah membuatku lebih cantik hari ini. Sudah seminggu aku berusaha lebih banyak berderma pada sesama. Kini aku merasakan cantik sebagai balasannya. Sudah seperempat bulan aku berusaha lebih mensyukuri setiap karunia Ilahi. Dan kini kurasakan Allah menambahi nikmat itu dengan menjadikanku cantik sekali. Bahagianya aku karenanya! Dan bahagia itu, kurasakan kian membuatku cantik saja.

Ada kalanya kita membenci diri kita sendiri. Ada kalanya kita tidak menyukai apa yang kita lakukan. Ada kalanya kita melakukan kesalahan. Ada kalanya kita terpuruk dalam kepedihan. Ada kalanya kita tenggelam dalam kesedihan. Ada kalanya kita tak mengerti mengapa hidup berjalan tidak seperti yang kita bayangkan. Ada kalanya perjalanan menjadi demikian berat kita rasakan. Hingga sikap kita pun terbawa oleh perasaan. Hingga kita mengambil langkah tanpa pertimbangan. Tindakan yang dilakukan pun merupakan reaksi spontan. Akibatnya yang tertinggal kemudian hanya penyesalan dan keterpurukan yang semakin dalam. Dan tahukah dikau? Semua itu akan menyebabkan penampilan dan tampang kita menjadi makin buruk saja. Maka berbahagialah ketika kita bisa melewati masa-masa seperti itu dengan elegan. Saat kita bisa menahan diri terhadapa sesuatu yang sangat kita inginkan. Saat kita bisa menghadapi segala permasalahan dengan tenang.

Saat kita berhasil menaklukkan musibah dan hambatan penyebab kesedihan. Hidup tidaklah berjalan seperti yang kita inginkan, karena itu melewati saat-saat yang tidak meneyenangkan adalah sebuah hal yang membahagiakan. Misalnya, sesungguhnya aku adalah seorang yang sangat emosional. Adalah membahagiakan bagiku ketika dalam banyak hal akhir-akhir ini aku dapat meredam emosiku.
Dan itu membuat aku merasa cantik sekali. Aku adalah seorang yang sangat ekspresif, sehingga perasaan apapun yang tersimpan di hati akan nampak dengan jelas pada bahasa tubuh. Maka sungguh membahagiakan ketika dalam banyak hal kemudian aku dapat menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya dan dapat tetap tampil stabil.

Dan sungguh, aku merasa makin cantik karenanya. Adalah hal yang menyenangkan ketika aku tidak panik, padahal aslinya aku adalah seorang yang gampang panik. Maka sungguh menyenangkan, ketika aku dapat mengontrol semua emosi, pikiran dan perasaan sehingga berhasil mengatasi diri sendiri. Betapa membahagiakan tatkala kita berhasil mengalahkan diri sendiri. Ketika aku dapat melakukannya, maka ini adalah pencapaian terbesar dalam hidupku.

Hingga kemudian kegagalan-kegalan yang telah kita lalui bukanlah sesuatu yang sia-sia. Selama kita tak kehilangan pelajaran dari kegagalan yang kita alami, semua itu akan menjadi bukti sejarah atas pembelajaran hidup.
“ Rasulullah bersabda ; sesungguhnya seorang muslim yang terbaik bukanlah yang tidak pernah berbuat kesalahan, namun mereka yang tiap kali melakukan kesalahan mengakuinya, menerimanya dan kemudian berusaha bangkit untuk memperbaikinya, lagi dan lagi. Tak perlu ada sakit hati, tak perlu ada kecewa karena sesungguhnya segala sesuatu bagi orang muslim adalah baik saja, selama dia bersyukur tiap mendapat nikmat dan sabar saat tertimpa musibah.”

Karena itu, dengan bangga kunyatakan, aku makin cantik hari ini. Apakah engkau juga? Hei, jangan lupa, ingatkan daku jika engkau melihatku lebih jelek esok hari!

(Sumber : Airputih@tk.com)

HIDUPNYA SATGNAN WALAUPUN RAJIN SEDEKAH

Pak Didik adalah salah seorang pegawai yang bekerja dilingkungan kampus terkemuka di Surabaya . Kehidupannya bersama istri dan ketiga anaknya sangat sederhana disalah satu perkampungan di kota Surabaya . Rumahnya masih mengontrak dan dan tiap bulan harus menyisihkan sebagian untuk membayar biaya kontrakan rumah. Pak didik adalah sosok yang akrab dengan semua orang dan beberapa kali diberi kepercayaan untuk mengurusi kegiatan di kampus tempatnya bekerja.

Pekerjaan utamanya adalah supir bus kampus. Tetapi tak jarang Pak Didik mendapatkan Job tambahan dengan mengurusi kegiatan yang melibatkan kampus, seperti event band di kampus, acara wisuda kampus dan lain-lain. Pak didik senang karena ia mendapatkan uang tambahan dari kegiatannya itu.
Banyak orang yang ditolongnya dengan menghubungi pihak penyewaan barang, atau untuk mengantar jemput tamu, bahkan saat band yang seharusnya hadir disalah satu acara kampun yang bertema "Fun and Happy" batal datang dan terpaksa digantikan oleh Pak Didik yang berhasil mengumpulkan teman-temannya untuk ikut mentas. Berkat kepiawaiannya bernyanyi, acara yang membawa nama baik kampus itupun terselamatkan. Semua orang berterimakasih kepada pak Didik dan kawan-kawannya.

Suatu hari Pak Didik terlibat pertengkaran dengan rekan kerjanya. Sudah berhari-hari pak Didik tidak masuk kerja hanya sekedar untuk menghindar agar tidak bertatap muka dengan temannya itu . Setelah diusut ternyata masalahnya karena pak Didik mengambil alih pekerjaannya yang seharusnya diberikan pihak kampus kepadanya. Sedangkan Pak Didik membela diri dengan alasan waktu tugas itu diberikan rekan kerjanya itu tidak ada di tempat, sedangkan pihak kampus sangat membutuhkan tenaga untuk mengantar mahasiswa dengan memakai bus kampus.Tanpa pikir panjang , saat itu pak Didik memakai kesempatan itu untuk mendapatkan tambahan uang tanpa menghubungi rekan kerjanya dahulu untuk meminta izin. Sejak kejadian itu hubungan Pak Didik dengan rekan kerjanya menjadi kurang baik. Karena Pak Didik tidak satu kali itu saja mengambil pekerjaan rekannya tanpa minta izin. Pak Didik yang dahulunya ramah dan suka bercanda, kini menjadi orang yang dijauhi oleh teman-temannya.

Sampai suatu hari ada salah seorang teman Pak Didik dari luar kota yang datang dan meminta tolong kepada Pak Didik untuk menemusi seseorang dikampus tempatnya bekerja. Dengan senang hati Pak Didik menolong temannya itu. Setibanya di kampus temannya pak Didik itu heran melihat banyak temannya yang sibuk berbisik-bisik setiap kali melihat ia dan Pak Didik lewat. Maka temannya itupun bertanya kepada Pak Didik.

"Kenapa mereka sepertinya tidak suka padamu? apa karena berbuat salah sama mereka?" Pak Didik hanya tersenyum getir mendengar pertanyaan dari temannya. Dan dengan santai iapun menjawab.

"Bukan salahku kalau mereka begitu. Padahal mereka sudah sangat sering aku bantu. Bahkan Rohman , yang sama-sama supir seperti aku pernah aku pinjamin uang dan sampai sekarang belum dikembalikan. Eh, kok ikutan musuhin aku. Kurang baik apa aku coba sama mereka ".

Teman Pak Didik memandang tenang kepada Pak Didik dan sekilas ia perhatikan penampilan Pak Didik yang tidak berubah beberapa tahun ini. Penampilannya masih sama , polos dan tak rapih. Saat ia berkunjung ke rumah kontrakan Pak Didik, ia juga terheran melihat rumahnya semakin kecil. Padahal dulunya rumahnya besar dan halamannya rumahnya bisa memuat satu mobil. Dan sekarang , jangankan mobil, untuk memarkir sepeda motor saja tak muat karena tak ada halaman rumah. Teman Pak |Didik terheran-heran dengan pemandangan yang baru saja dilihatnya, karena seingatnya sosok Pak Didik yang dikenalnya selama ini adalah seorang yang dermawan dan suka menolong orang lain. Bahkan setiap acara yang melibatkan Pak Didik selalu berakhir dengan sukses.

"Beginilah kehidupanku selama ini . Padahal orang yang punya kontrakan ini dulunya sering aku bantu kalau dia ada masalah , sering aku pinjamin uang kalau ia lagi butuh dan terakhir ini ia aku carikan pekerjaan baru. Tapi apa balasannya, Aku cuman diberi kontrakan kecil dan kotor seperti ini. Tetangga sebelah rumah juga begitu , coba kamu tanya kenapa dagangannya laris sampai sekarang. Itukan karena aku yang menghubungi teman-teman supaya makan disana. Coba kalau bukan aku yang merekomendasikan, belum tentu warung itu ramai seperti sekarang".

Astagfirullah. Teman Pak Didik mengelus dada mendengar perkataan Pak Didik yang tak pernah diduganya itu. Jadi selama ini ia selalu menyebutkan setiap kebaikan yang pernah dilakukannya kepada orang lain agar ia mendapat pujian. Sungguh kesalahan besar yang telah dilakukannya. Karena Allah menunjukkan lewat kehidupan Pak Didik yang semakin sederhana dan makin sedikit teman akibat perbuatannya itu.

Pahala yang sudah dikumpulkannya selama bertahun-tahun hilang sudah dalam waktu yang tak lama karena selalu disebut-sebut. Tak ada gunanya membanggakan diri, yang ada hanyalah kesengsaraan karena hilangnya kepedulian orang lain kepada dirinya .

Ini adalah cerminan bagi siapa saja yang suka memberi dengan tidak ikhlas, dan mengharapkan balasan atas setiap tindakan yang dilakukannya. Sikap Pak Didik telah menyadarkan temannya bahwa sedekah itu dapat mendatangkan balasan yang lansung di dunia. Baik itu sedekah penuh ikhlas yang lansung dibalas dengan kebaikan berlipat-lipat , maupun sedekah yang selalu disebut-sebut sehingga berkahnya berkurang dan yang didapatkan lansung di dunia adalah kekurangan. Jadi berhati hatilah kita dengan sedekah , karena balasannya tidak menunggu hisab ( perhitungan di akhirat, melainkan lansung dirasakan di dunia tatkala kita masih hidup

( Dikutip dari Kisah Nyata pelaku sedekah dalam buku " Hapus Gelisah Dengan Sedekah" karya Wahyu Indah |Retnowati)

NENEK YANG PERKASA

Kisah yang satu ini sungguh sangat menakjubkan. Disuatu daerah terpencil di luar kota malang ada seorang perempuan tua yang nampak segar bugar. Kulitnya putih mulus meskipun masih terlihat beberapa keriput di sudut wajahnya. Bukan hanya itu, tingkahnya juga lincah dan jalannya masih terlihat seperti anak ABG. Ia masih suka berlari-lari kecil, jalan-jalan sore, dan menyapa tetangga kiri kanan. Raut wajahnya menunjukkan bahwa ketika ia masih remaja perempuan tua itu pasti sangatlah cantik.

Tiap hari ia tak pernah absen pergi ketetangganya. Bahkan untuk urusan sepele seperti menanyakan kabar hari ini . Perempuan tua itu selalu menyempatkan diri untuk membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongannya. Membantu tetangga membuat kue, memberi aank-anak kecil disekitar rumahnya uang seadanya kalau ia sedang punya uang kecil untuk dibagikan, selalu ramah kepada setiap pengemis ataupun pengamen yang berkunjung kerumahnya untuk meminta sedekah. Sampai-sampai peminta-minta itu hafal dengan kebaikan si nenek. begitu juga jika ada orang yang berkunjung kerumahnya, baik itu orang asing, seperti sales yang menawarkan barang, ataupun orang yang meminta sumbangan.
Semuanya pasti disambut hangat si nenek tanpa pernah mengusir ataupun berkata kasar kepada mereka. Semua tetangga mengenal si nenek sebagai tetangga yang baik dan suka menolong banyak orang. Sehingga banyak yang suka padanya. Tiap hari rumahnya selalu didatangi orang.

Pernah suatu hari ada seorang salah satu cucunya yang datang membawa calon istrinya. Calon istrinya heran melihat ada seorang nenek yang sangat lincah dan berbicara lancar layaknya anak muda. Benar-benar tak terlihat loyo dan punya semangat hidup yang tinggi. Waktu si calon istri dari cucunya ini bertanya berapa usia si nenek, betapa kagetnya ia saat ia mengetahui kalau umur nenek itu sudah mencapai 110 tahun. Subhanallah.
Pada umur yang sudah lewat seabad itu, masih terlihat segar bugar. Masih terlihat berlari-lari pagi, jalan-jalan sore, mengangkat pot bunga di depan rumahnya. Membuat kue , berbicara lancar layaknya anak muda yang sedang ngerumpi. Dan anehnya lagi , kulit si nenek benar-benar masih terlihat mulus dan kencang dengan sedikit saja keriput, bahkan tidak pernah mengalami suatu penyakit serius apapun selama ia berusia senja.

Apa rahasia dari umur awet muda seperti yang dirasakan nenek?
Dengan santainya si nenek mengatakan kalau rahasia panjang usia dan tidak sekedar panjang usia saja, tetapi juga bermanfaat bagi orang lain adalah pandai-pandailah berbagi dengan orang lain.

Berbagi disini bukan hanya sekedar memberi uang kepada anak yatim, orang miskin, atau hal-hal lain yang dilihat banyak orang.
Tapi juga berbagi hati, mata , telinga, tangan , kaki dan semua anggota tubuh yang kita punyai.
Maksudnya, dengan mata berarti melihat banyak kejadian yang menimpa orang-orang disekitar kita. Nenek selalu peduli dengan keadaan orang-orang disekitarnya. Karena itu dia diberi mata yang sehat dan tidak rabun oleh Allah. Telinga juga untuk mendengar hal-hal yang terjadi disekitar kita, jadi mata dan telinga adalah kombinasi yang baik dalam hal ini.
Berbicara dengan bahasa yang baik dan tidak menyakiti perasaan lawan bicara bisa membuat kita dihargai oleh orang lain. Membantu dengan tindakan lebih baik lagi daripada sekedar memberi nasehat. Memberi contoh bagaimana berbuat baik akan dikenang orang dan membuat orang lain termotivasi untuk melakukan hal yang sama.

Sungguh besar karunia yang telah diberikan Allah kepada si nenek dengan memberi mata, telinga , mulut, tangan, dan kaki yang sehat yang dapat digunakannya untuk berbuat baik kepada orang lain selama ia masih hidup.
Sedekah yang dilakukan nenek bukan hanya memberi dengan tangan , tapi juga memberi dengan hati dan dengan segalanya yang ia punyai. Itulah sedelah yang sebenar-benarnya.

Dan Allah telah melipatgandakan apapun sedekah yang dilakukan si nenek dengan memberi kehidupan yang jauh lebih bermanfaat diusianya yang lebih dari satu abad, tetapi terlihat seperti baru berumur 60 tahun.
Allah telah memberi kesehatan , keluarga yang bertambah sayang kepadanya, orang-orang asing yang selalu memperhatikannya, banyak teman dan masih banyak lagi kebahagiaan lainnya yang tidak dapat diukur dengan uang.
Subhanallah.

(Dikutip dari kisah nyata pelaku sedekah dalam buku "Hapus Gelisah Dengan Sedekah" karya Wahyu Indah Retnowati)

SINGKIRKAN SYETAN-SYETAN-MU

BY : LENTERA SUFI
Syeikh Abdul Qadir Al-Jilany

Rasulullah Saw. Bersabda:
“Singkirkan syetan-syetanmu dgn ucapan Laailaaha Illallah Muhammadur-Rasulullah, karena syetan itu diikat dgn kalimat itu sebagaimana kalian memembebani derita untanya dgn banyaknya tumpangan dan beban-beban yg dipikulnya.”

Singkirkan syetan-syetanmu dgn ikhlas dalam ucapan Laailaaha Illallah, bukan sekadar ucapan verbal. Karena tauhid itu membakar syetan Jin dan syetan manusia, karena tauhid adalah neraka bagi syetan dan cahaya bagi orang yg manunggal (tauhid) pada Allah. Bagaimana anda mengucapkan Laailaaha Illallah sedangkan dalam hati anda ada banyak Tuhan?

Segala sesuatu yg anda jadikan pegangan dan anda andalkan selain Allah, maka sesuatu itu adalah berhala anda. Tauhid verbal (ucapan) tiada artinya jika qolbu anda musyrik. Tidak ada artinya menyucikan fisik sedangkan hati tetap najis.

Orang bertauhid itu menepiskan syetannya, sedangkan orang musyrik malah diperdaya oleh syetannya. Ikhlas adalah isi dari ucapan dan perbuatan, karena tanpa keikhlasan ucapan hanyalah kulit belaka, tanpa isi, yg tidak layak melainkan neraka belaka. Dengarkan ucapanku dan amalkan, karena mengamalkannya bisa mematikan neraka tamakmu dan menghancurkan duri nafsumu. Janganlah anda datangi suatu tempat yg bisa mengobarkan api watakmu yg bisa merobohkan rumah agama dan imanmu, dimana watak nafsu dan syetan berkobar lalu menghapus agama, iman dan yaqinmu. Karena itu jangan anda dengarkan ucapan mereka yg munafik yg penuh dgn kepura-puraan penuh dgn retorika keindahan. Nafsu itu senang dgn gaya seperti itu, seperti adonan roti yg masih mentah tanpa garam yg malah bisa merusak perut dan membuat hancur se-isi rumah.

Pengetahuan itu diambil dari ucapan para tokoh. Diantara para tokoh itu ada tokohnya Allah Azza wa-Jalla. Mereka adalah kaum Muttaqin, yg hatinya meninggalkan dunia, yg menjadi pewaris Nabi dan Rosul, serta yg ahli ma’rifat, mengamalkan ilmu dgn ikhlas. Dan segalanya tanpa ketaqwaan hanyalah sia-sia dan batil.

Kewalian itu hanya bagi orang yg taqwa di dunia dan di akhirat. Seluruh fondasi dan bangunan, dunia dan akhirat dari jiwa mereka. Sesungguhnya Allah mencintai hamba-hambaNya yg taqwa dan berbuat kebajikan, yg sabar. Manakala anda punya intuisi yg benar, pasti anda akan mengenal mereka, mencintai mereka dan mensahabati mereka.

Intuisi itu benar manakala dicahayai oleh kema’rifatan kepada Allah dalam hati. Karena itu jangan berpijak pada intuisi-mu jika belum ditimbang dgn ma’rifatullah Azza wa-Jalla, hingga jelas benar informasi mengenai kebenaran dan kebajikan.

Tutuplah matamu dari perkara yg haram, dan kendalikan dirimu dari syahwat, lalu kembalikan dirimu pada makanan yg halal, serta jagalah batinmu dgn muroqobah kepada Allah Azza-Wajalla, lahiriahmu mengikuti jejak Sunnah Nabi saw. Maka intuisimu akan benar dan layak, benar pula ma’rifatmu kepada Allah Azza wa-Jalla Akal dan hatimu anda didik.

Sedangkan watak dan nafsu serta kebiasaan sehari-hari yg buruk, tidak bisa dididik dan tidak ada kemuliaannya.

Anak-anak sekalian…Belajarlah dan ikhlaslah, hingga anda bersih dari duri kemunafikan, lalu ikatlah. Carilah ilmu karena Allah Azza wa-Jalla, bukan demi kepentingan makhluk dan dunia.

Tanda anda mencari ilmu karena Allah Azza-wa-Jalla adalah rasa takut dan gentarmu dari Allah ketika perintah dan laranganNya tiba, dan anda sangat fokus di sana, merasa hina di hadapanNya, tawadlu terhadap sesama namun tanpa ada kepentingan pada mereka, sama sekali tidak berharap dari apa yg menjadi milik mereka.
Anda malah harus bersedekah karena Allah Azza wa-Jalla dan konsisten. Karena shodaqoh yg diberikan bukan karena Allah Azza-wa-Jalla adalah musuh, dan berpijak pada tindakan seperti itu akan musnah. Pemberian yg motivasinya bukan karena Allah adalah kegagalan.

Nabi Saw, bersabda:
“Iman ini ada dua bagian; sebagian sabar dan sebagian lagi syukur.” (HR As-Suyuthy dari Anas ra)

Bila anda tidak sabar atas derita, tidak syukur atas nikmat, maka anda belum beriman. Karena hakekat Islam adalah Isytislam (pasrah diri total pada Allah).

Ya Allah hidupkan hati kami dgn tawakkal kepadaMu, dgn taat dan dzikir hanya bagiMu, dgn berserasi padaMu, dgn Tauhid hanya bagiMu.

Kalau bukan karena tokoh-tokoh (wali-wali) Allah di muka bumi yg ada di hatimu, pastilah sudah hancur kalian semua. Sebab Allah azza wa-Jalla mengalihkan adzabNya, karena doa mereka itu. Rupa Nabi memang sudah tiada, namun maknanya senantiasa abadi sampai kiamat. Bila tidak, bagaimana mungkin senantiasa ada 40 tokoh Ilahi yg senantiasa muncul di muka bumi? Dimana hati mereka ada makna-makna nubuwwah, hatinya seperti satu hati dari para Nabi. Diantara mereka ada Khalifah Allah dan rasul-rasulNya di muka bumi, yaitu para Ulama yg menggantikan sebagai pewaris Nabi.
Nabi Saw; bersabda: “Para Ulama adalah pewaris para Nabi.” (Dikeluarkan oleh Ibnu Majah, Abu Dawud, dan Ibnu Hajar).

Merekalah pewaris, penjaga, baik tindakan maupun ucapan. Karena ucapan tanpa tindakan sama sekali tidak menyamainya, dan itu hanya pengakuan2 belaka tanpa bukti, sama sekali tidak sama
(tak berhak menyandang pewaris).

Anak-anak sekalian, aku jelaskan agar kalian memegang teguh Kitab dan Sunnah serta mengamalkan keduanya, ikhlas dalam beramal.
Aku melihat Uama-ulama kalian bodoh-bodoh. Yg anda anggap zuhud malah memburu dunia, berserah diri pada makhluk, namun alpa pada Al-Khaliq Azza wa-Jalla. Percaya pada selain Allah Azza wa-Jalla adalah penyebab laknat.
Nabi saw, bersabda: “Dilaknati! Dilaknati! Makhluk yg kepercayaannya pada makhluk sesamanya”.
Sabdanya pula: “Siapa yg menggantungkan rasa butuhnya pada makhluk maka dia menjadi hina.”

Sungguh! Bila anda keluar dari makhluk maka anda akan bersama Sang Khaliq Azza wa-Jalla, Dia Yang Maha Tahu apa yg membahagiakanmu dan mencelakakanmu. Bedakan apa yg membahagiakan bagimu dan apa yg bagi orang lain.

Hendaknya anda tetap teguh dgn langgeng di pintuNya Azza wa-Jalla, dan memutuskan dunia dari hatimu, maka anda akan menemukan kebaikan dunia dan akhirat. Dan hal demikian tidak bisa sempurna, ketika makhluk dan riya’ ada di hatimu, yg lain dan segala selain Allah Azza wa-Jalla tetap di hatimu, maka tak bisa dinilai sedikit pun hati anda.
Jika anda tidak sabar anda tidak bisa beragama, tidak ada modal bagi iman anda.
Nabi saw, bersabda: “Sabar itu bagian dari iman, seperti kepala bagi fisik tubuh”. (Hr. Al-Hindy dan al-Iraqy).

Makna sabar, berarti anda tidak pernah mengeluh, tidak bergantung pada sebab akibat dunia, dan tidak membenci cobaan, juga tidak senang hilangnya cobaan. Seorang hamba ketika tawadlu karena Allah Azza wa-Jalla saat fakir dan sangat butuh, dan ia sabar bersamaNya untuk mengikuti kehendakNya, tidak congkak dgn sifat-sifatnya, lalu meraih pencerahan dalam ibadah di tengah kegelapan, berusaha dgn pandangan mata kasih sayang, maka Allah akan mencukupinya dan keluarganya dgn kecukupan tiada terduga.
Allah swt berfirman:
“Siapa yg bertaqwa kepada Allah maka akan diberi jalan keluar, dan diberi rizki yg tak terhingga.” (QS Ath-Thalaq 2).

Anda ini seperti tukang bekam yg mengeluarkan penyakit orang lain, sedangkan dirimu penuh penyakit yang tak bisa anda keluarkan. Saya melihat anda semua sepertinya bertambah ilmunya secara lahiriah, namun secara batin malah tampak tolol. Dalam kitab Taurat disebutkan: “Siapa yg bertambah ilmunya, maka bertambahlah sedihnya.”

Sedih apakah itu? Sedih karena takut kepada Allah dan rasa hina di hadapanNya maupun merasa hina dibanding hambaNya. Carilah ilmu, bila anda tidak berilmu. Jika anda berilmu tapi anda tidak mengamalkan, dan tidak ikhlas mengamalkannya, tidak punya adab dan husnudzon kepada para Syeikh, bagaimana akan datang pengetahuan padamu? Hasratmu malah dunia, dalam sekejap dunia akan menjadi hambatan besar antara dirimu.

Dimana posisimu diantara para hamba Allah yg hasratnya hanya satu, muroqobah kepada Allah dalam jiwanya sebagaimana mereka menjaga badannya. Mereka membersihkan qalbunya, sampai paripurna, hingga hasratnya terkekang dgn sendirinya. Di hatinya tidak ada lagi hasrat, kalau toh pun masih ada hasrat, maka hasrat itu adalah menuju Allah Azza-wa-Jalla, mendekat kepadaNya, dan mencintaiNya saja.

Ada kisah Bani Israil yg ditimpa musibah dahsyat. Lalu mereka berkumpul menemui salah satu Nabi mereka. Mereka mengatakan, “Berilah kami berita apa yg diridloi oleh Allah Azza wa-Jalla, hingga kami bisa mengikutiNya, dan menjadi penyebab hilangnya cobaan ini dari kami.”

Lalu sang Nabi itu memohon kepada Allah Azza-waJalla. Maka Allah Azza wa-Jalla memberikan wahyu padanya, “Katakan pada mereka, “Jika kalian hendak meraih RidloKu, maka ridlolah pada orang-orang miskin. Jika kalian ridlo pada mereka maka Aku pun ridlo. Namun jika kalian membenci mereka, Aku pun benci padamu…”

Hai dengarkan orang-orang berakal. Kalian semua terus menerus nmembenci orang-orang miskin, sementara kalian menginginkan ridlo Allah Azza wa-Jalla. Apa yg kalian dapat dari ridlo-Nya? Bahkan anda terbalik-balik dalam kebencian Allah Ta’ala. Pegang teguh atas ucapanku yg keras ini, kalian pasti bahagia.

Teguh itu akan menumbuhkan pohon. Namun, sepanjang anda tidak lari dari ucapan para syeikh, peringatan kerasnya, tetapi anda malah membutakan diri dari bencana-bencana. Dari mereka datang padaku, tapi saya diam, namun anda tidak sabar terhadap ucapan mereka itu. Anda ingin bahagia, tapi tidak anda dapatkan. Ingin kemuliaan, tapi tidak anda jumpai. Anda tidak bahagia bila anda tidak berserasi dengan takdirNya, baik yg indah maupun yg pahit, disamping berguru pada para syeikh dgn menghilangkan kecurigaan menurut emosi anda. Hendaknya pula anda mengikuti jejaknya dalam berbagai situasi dan kondisi, maka anda dapatkan kebahagiaan dunia akhirat.

Fahamilah apa yg kusampaikan ini. Faham saja tapi tidak mengamalkan sama sekali tidak disebut faham. Namun mengamalkan tanpa keikhlasan, sungguh merupakan ketamakan. Thama’ (Tha’ Mim ‘Ain) semua hurufnya kosong bolong. Orang awam tidak mengerti apa yg anda buka. Anda mengajari mereka hingga mereka hati-hati padamu.

Jika anda sabar bersama Allah azza wa-Jalla, pasti anda akan tahu keajabian-keajaiban dari Kemaha lembutanNya. Nabi Yusuf as, ketika sabar dalam deritanya dan diperbudak, dipenjara dan dihina, namun berselaras dgn tindakan Tuhannya Azza wa-Jalla maka ia malah sukses dan menjadi raja. Allah mengalihkan dari kehinaan menjadi kemuliaan, dari kematian menuju kehidupan.Begitu juga anda, jika mengikuti syariat dan anda sabar bersama Allah azza wa-Jalla, anda takut padaNya, berharap padaNya, dan kontra pada nafsu anda, syetan anda, kesenangan anda, anda pun akan berpindah dari situasi saat ini, dari situasi yg anda benci menuju situasi yg anda sukai. Karena itu seriuslah dan berjuanglah. Karena perjuangan itu melahirkan kebaikan. Siapa yg bersikeras dalam perjuangannya maka akan meraihnya. Berjuanglah untuk makan makanan halal, karena bisa mencahayai hati anda dan mengeluarkan dari kegelapan hatimu. Akal yg paling berguna adalah yg mengenalkanmu pada nikmat Allah azza wa-Jalla dan menempatkan dirimu pada posisi syukur padaNya, membantumu untuk berkenalan dgn nikmat dan kriterianya.

Anak-anak sekalian…Siapa yg mengenal dgn mata yaqin, bahwa Allah Azza wa-Jalla telah membagi semuanya dan sudah tuntas pembagian itu, malah ia malu untuk memintaNya. Ia lebih senang sibuk berdzikir padaNya, tidak ingin meminta dipercepat bagianNya, dan tidak menginginkan yg diberikan pada yg lain. Perilaku mereka malah sembunyi, diam, dan beradab yg bagus serta meninggalkan kontra pada Allah Azza wa-Jalla.

Mereka tidak pernah mengadu pada makhlukNya, baik sedikit kebutuhannya maupun banyak. Menurutku mengeluh pada makhluk dalam hati pun, sudah dianggap berkeluh kesah dgn lisan. Secara hakiki tidak ada bedanya.

Hati-hati. Apa anda tidak malu mencari sesuatu selain pada Allah Azza wa-Jalla, sedangkan Dia itu lebih dekat padamu dibanding lainNya. Anda mencari sesuatu dari sesama, sesuatu yg tidak anda butuhkan pada Allah Azza wa-Jalla. Padahal anda sudah kaya raya, namun anda masih mencari sesuap dari orang-orang miskin. Jika anda mati baru anda malu, karena cacatmu sudah tampak, tetangga-tetanggamu mencacimu.

Kalau anda berakal, anda mestinya meraih sejumput dari iman agar anda bertemu Allah azza wa-Jalla dgn imanmu itu, apalagi anda berguru pada orang shaleh, beradab dgn mereka melalui ucapan dan tindakan mereka, hingga ketika imanmu dan yaqinmu sempurna, anda paripurna bersih menuju Allah Azza wa-Jalla hanya bagi Allah Azza wa-Jalla, dan Allah memberikan wilayah adab padamu, perintah dan larangan bagimu dari dalam hatimu.

Wahai penyembah berhala riya’ bagaimana anda bisa mencium aroma taqorrub pada Allah Azza wa-Jalla, dunia dan akhirat!

Hai musyrik! Hai orang yg menghiba pada sesama dgn hatinya, palingkan dirimu dari mereka. Bahaya! Tidak ada gunanya, tak ada anugerah dan tak bisa menggagalkan pula.

Jangan sampai anda mengaku bertauhid pada Allah Azza wa-Jalla dgn kemusyrikan pada hatimu yg terus menancap.Anda tidak akan meraih apa-apa.

AYAT-AYAT ZIKIR


BY : LENTERA SUFI
“Maka dzikirlah kepadaKu, maka Aku Dzikir kepadamu.”
Maknanya, dzikirlah kepadaKu dengan menjawab patuh, dengan taat, dengan kehendak, maka Aku ingat kepadamu dfengan limpahan anugerah, limpahan melalui penempuhan jalan kepadaKu dan limpahan Nurul Yaqin.

“Yaitu orang yang berdzikir kepada Allah dengan berdiri dan duduk dan tidur dan bertafakur dalam penciptaan langit dan bumi. Ya Tuhan kami Engkau tidak menciptakan semua ini batil. Maha Suci ngkau, maka lindungi kami dari siksa neraka.””

“Yaitu orang yang berdzikir kepada Allah” dalam segala kondisi, dengan berbagai situasi.

“Dengan berdiri” di dalam maqom Ruh dan Musyahadah.
“Dan duduk “ dalam posisi qalbu melalui Mukasyafah.
“Dan tidur” yakni ketika pada posisi pergolakan mereka di posisi nafsu, melalui Mujahadah (perjuangan melawan hawa nafsu.”
“Dan bertafakur” dengan lubuk jiwa yang dalam yang murni dan bersih dari kotoran imajinasi.
“Dalam penciptaan langit dan bumi.” Yakni dalam penciptaan alam Ruh dan alam fisik, lantas bermunajat, ketika bermusyahadah:

“Ya Tuhan kami Engkau tidak menciptakan semua ini batil.” Maksudnya batil aadalah sesuatu selain DiriMu, karena selain DiriMu adalah batil, bahkan Engkau jadikan semua itu sebagai ekspressi dari Asma’ dan SifatMu.

“Maha Suci Engkau, “ Sungguh Maha Suci Engkau, jika ditemukan Selain DiriMu, bahwa segala sesuatu mana pun pastilah Engkau Menyertainya.
“Maka lindungi kami dari siksa neraka.” Dari neraka hijab atas semesta ini dari Af’al-af’alMu, dan hijab Af’al dari SifatMu, dari Hijab Sifat dari DzatMu, dengan perlindungan paripurna yang mencukupi.

“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir sebanyak-banyaknya, dan bersabihlah kepadaNya di waktu pagi dan petang.”

“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir sebanyak-banyaknya,“ dengan Lisan di Maqom Nafu, dengan Hadir di Maqom Qalbu, dengan Munajat di Maqom Sirr, dan dengan Musyahadah di Maqom Ruh, serta Wushul di Maqom KHafa’, dan Fana’ di Maqom Dzat.

“Dan bersabihlah kepadaNya” melalui upaya memasuki Tajrid dari Af’al, Sifat dan Dzat.

“Di waktu pagi “ ketika waktu terbitnya fajar cahaya qalbu.
“Dan petang.” Ketika datangnya kegelapan nafsu, dan malam sirnanya matahari Ruh melalui fana’ dalam Dzat. Yakni dari waktu fajar cahaya hati hingga fana’ dalam keabadianNya selamanya.

“Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka tenteram dengan berdzikir kepada Allah. Ingatlah dengan mengingat Allah qalbu jadi tenteram.” (Ar-Ra’d: 28)

“Yaitu orang-orang yang beriman” yakni mereka yang hatinya kembali mengenalNya.

“Dan hati mereka tenteram dengan berdzikir kepada Allah. Ingatlah dengan mengingat Allah qalbu jadi tenteram.”.”

Dengan dzikir nafsu melalui Lisan, dan Tafakkur dalam nikmat-nikmatNya, atau Dzikir Qalbu melalui renungan di alam Malakut, memandang Sifat-sifat Maha Indah dan Maha AgungNya .

Dalam kualifikasi dzikir ada:
• Dzikir Nafsu dengan Lisan dan merenungkan nikmatNya.
• Dzikir Qalbu dengan melihat Sifat-sifatNya.
• Dzikir Sirr dengan Munajat.
• Dzikir Ruh dengan Musyahadah.
• Dzikir Sunyi Jiwa (Khafa’) dengan rindu asyik ma’syuk.
• Dzikrullah dengan fana’ di dalamNya.

Nafsu senantiasa mengalami nuansa sempit manakala muncul karakternya dan ucapannya, hingga mempengaruhi hati. Bila berdzikir kepada Allah, nafsu jadi tenang dan sirnalah keraguan (waswas) sebagaimana sabda Nabi saw: “Sesungguhnya syetan meletakkan belalainya pada qalbu manusia, dan manakala manusia berdzikir, maka ia menyingkir, hingga qalbu jadi tenang.”

Begitu juga Dzikir qalbu di alam Malakut dan memandang alam Jabarut. Semua dzikir tidak terjadi kecuali setelah terbangunnya rasa tenteram. Sedangkan amal; saleh di sana sebagai “pembersihan” dan “periasan jiwa”.
“Niscaya Dzikir Allah itu lebih besar” (Al-Ankabut)

Sabtu, 29 Mei 2010

POHON MA'RIFAT

BY : LENTERA SUFI

Syeikh Ahmad ar-Rifa’y

Rasulullah Saw bersabda:
“Aku datangi pintu surga di hari qiyamat, lalu aku dibukakan. Maka sang penjaga syurga bertanya, “Siapa anda?” Aku katakan, “Muhammad,”. Lalu dia berkata, “Demi dirimulah aku diperintahkan agar tidak membuka (pintu surga) bagi siapa pun sebelum dirimu…”

Ahlul Ilmi Billah (para Ulama Billah) telah mengetahui bahwa surga adalah pintu kebajikan Ilahi yg abadi. Tidak akan dibuka kecuali dibuka oleh Kanjeng Nabi Muhammad saw, dan dialah sang pembuka bagi kebaikan dunia dan akhirat. Mengetahui akan perilakunya merupakan rahasia pengetahuan pada Allah Ta’ala. Siapa yg ingin dibukakan pintu-pintu kebaikan dunia dan akhirat, ia harus menggantung padanya. Karena disana tersembunyi rahasia ma’rifat.

Hakekat ilmu ma’rifat
Ilmu ma’rifat adalah ilmu tentang Allah Ta’ala. Yaitu Cahaya dari Cahaya-cahaya Yang Maha Agung, dan perilaku dari berbagai perilaku utama.

Dgn pengetahuan ma’rifat itu Allah memuliakan hati para ulama’,lalu Allah merias dgn keindahanNya dan keagunganNya.
Dgn ma’rifat pula, Allah mengistimewakan ahli kewalian dan pecintaNya.

Dgn ma’rifat, Allah memuliakannya di atas seluruh ilmu manapun. Manusia, mayoritas alpa atas kemuliaan ma’rifat, bodoh atas kelembutan-kelembutan ma’rifat,lupa atas keagungan getarannya, apalagi mereka juga lupa atas makna-makna terdalamnya, yg tak akan ditemui kecuali oleh orang yg memiliki hati yg berserasi denganNya.

Ilmu ma’rifat ini merupakan asas, dasar, dimana seluruh ilmu pengetahuan dibangun. Dengannya pula kebajikan dua rumah dunia dan akhirat tergapai, kemuliaan terengkuh.
Dgn ilmu ma’rifat, aib-aib diri terkuak.Anugerah Ilahi dikenal,keagunganNya diketahui, begitu pula keparipurnaan KuasaNya.

Dgn ilmu ma’rifat itu, rahasia hamba terbang dgn sayap-sayap ma’rifat, dalam kelembutan sutera Qudrat, berjalan menuju pangkal kemuliaan. Berwisata di taman Al-Quds. Maka seluruh ilmu ketika tidak berpadu dgn ma’rifat tidak akan pernah sempurna. Dan amal perbuatan tidak akan rusak kecuali jika ilmu ma’rifat itu sirna.

Tak ada yg menghuni pengetahuan itu kecuali hati yg dipandang oleh Allah, dgn pandangan Kasih Sayang.Lalu Allah meneteskan hujan penghayatan / pemahaman yg dalam,lalu menabur aroma yaqin dan kecerdasan.Allah menjadikannya sebagai tempat akal dan firasat, menyucikannya dari kotoran kebodohan dan kealpaan, meneranginya dgn cahaya ilmu dan hikmah. Allah swt berfirman:
Allah meninggikan derajat orang2 yg beriman dari kalian, dan orang2 yg diberi ilmu (tentang Allah).

Setiap arif pastilah takut penuh rasa cinta dan bertaqwa menurut kadar pengetahuannya pada Allah ta’ala, karena firmanNya:“Sesungguhnya yg takut penuh cinta pada Allah dari hamba-hambaNya adalah para Ulama (billah)”.

Dgn cahayaNya godaan syetan bisa dikenal, sekaligus bisa menjadi pertahanan atas tindak maksiat dan dosa, peringatan bagi bencana-bencana hasrat.Allah swt, berfirman:
“Bukankah orang yg dilapangkan dadanya oleh Allah bagi Islam adalah orang yg berada dalam pancaran cahaya Tuhannya?”
“Siapa pun yg Allah tidak menjadikan baginya cahaya, maka baginya tidak mendapatkan cahaya.”

Dalam hadits dijelaskan, “Sebagian ilmu ada yg seperti perbendaharaan terpendam, dimana tidak diketahui kecuali oleh ahlul ilmi (Ulama) Billah, dan tidak diingkari kecuali oleh kalangan yg terkena tipu daya.
Ada seseorang datang kepada Nabi saw, lalu bertanya, “Amal apakah paling utama?” Nabi saw, menjawab, “Ma’rifatullah/Mengetahui Allah.”

Hamba-hamba utama
Diriwayatkan bahwa Nabi Musa as, bermunajat, “Ya Tuhan, manakah hamba-hamba paling banyak kebajikannya dan paling tinggi derajatnya dihadapanMu?” Allah menjawab, “Yang paling mengetahuiKu…”
Imam Ali bin Abi Thalib Karromallahu wajhah mengatakan, “Orang yg paling tahu Allah, adalah yg paling dahsyat pengagungannya, karena menghormati Laa Ilaaha Illallah…”
Abu ad-Darda’ ra, menegaskan, “Siapa yg bertambah ilmunya tentang Allah, akan bertambah rasa malunya…”

Diriwayatkan bahwa Allah Ta’ala memberi wahyu kepada Nabi Dawud as,
“Wahai Dawud, engkau tahu ilmu yg bermanfaat?”
“Oh Tuhanku, apakah ilmu yg bermanfaat itu?” jawab Dawud.
“Hendaknya engkau mengenal KebesaranKu, KeagunganKu, KetaktertandingiKu, dan Kesempurnaan KuasaKu atas segala sesuatu. Itulah yg membuatmu dekat padaKu. Dan Aku tidak menyilahkan orang yg bertemu denganKu dgn kebodohan…” jawab Allah Ta’ala.

Muhammad bin al-Fadhl as-Samarqandy ra, ditanya, “Apakah yg disebut mengetahui Allah itu?”
“Hendaknya anda melihat bahwa ketentuanNya pada makhluk itu pasti, segala mudharat, manfaat, kemuliaan dan kehinaan itu dariNya. Dan anda melihat diri anda hanya untuk Allah. Segala sesuatu ada di GenggamanNya. Jangan memilih pilihan dari dirimu, bukan pilihanNya, dan anda berbuat benar-benar hanya bagi ikhlas Allah.” jawab beliau.

Hai anak-anakku sekalian…tekunlah dalam menggali ilmu rahasia. Anda harus membenci dunia, dan kenalilah kehormatan orang-orang saleh. Hukumi perkaramu untuk kematian.Allah Ta’ala berfirman:
“Dan katakanlah, “Tuhanku, tambahilah diriku ilmu..”
“Dan Allah memberikan ilmu padamu, pengetahuan yg belum pernah engkau tahu.”
“Dan Kami telah memberikan pengajaran ilmu kepadanya dari Sisi Kami.”
“Orang-orang yg berjuang tekun di dalam Kami, maka Kami akan memberikan petunjuk jalan-jalan kami…”

Betapa banyak orang yg meriwayatkan hadits, tetapi dia bodoh terhadap Allah.
Sesungguhnya ilmu ma’rifat itu merupakan anugerah Allah Ta’ala, diberikan olehNya kepada orang yg dipilih dari makhlukNya, dan dipilihnya untuk dekat denganNya.

Dalam hadits disebutkan, “Ilmu itu ada dua: Ilmu ucapan, yaitu argumentasi Allah atas hamba-hambaNya. Dan ilmu hati, yaitu ilmu yg tinggi, dimana seorang hamba Allah tak pernah merasa takut dan cinta pada Allah, kecuali dgn ilmu itu.”
Beliau nabi saw, juga bersabda:
“Yang paling dalam rasa takut dan cintanya kepada Allah adalah yg paling mengenal Allah.”

Derajat Ulama
Sufyan At-Tsaury mengatakan: Ulama itu terbagi jadi tiga:
1. Orang alim yg tahu perkara Allah, tapi tidak tahu Allah. Itulah alim yg dusta, yg tidak layak baginya kecuali neraka!
2. Orang alim yg mengenal Allah, tapi tidak mengenal perkara Allah, itulah alim yg masih kurang.
3. Orang alim yg mengenal Allah dan mengenal perkara Allah, itulah yg disebut Ulama sempurna.

Sebagaian orang arif ditanya, “Apa jalan ma’rifat pada Allah itu?”
“Allah tidak dikenal dgn segala sesuatu. Tetapi segala sesuatu dikenal melalui Allah, sebagaimana Dzun Nuun al-Mishry ra, mengatakan, ‘Aku mengenal Allah melalui Allah, dan mengenal selain Allah melalui Cahaya Allah.” Jawabnya.

Nabi Ibrahim as, bermunajat, “Ilahi, jika bukan karena Engkau, bagaimana aku mengenal siapa DiriMu..”

Hal senada juga disampaikan Rabiah al-Adawiyah, ketika bertanya kepada Dzun Nuun al-Mushry ra, “Bagaima engkau kenal Allah?”
“Allah melimpahi rizki rasa malu padaku, dan memberikan pakaian muroqobah padaku. Ketika aku susah dgn musibah, aku mengingat kebesaran Allah, lalu aku sangat malu padaNya..”, jawab Dzun Nuun.

Pohon Mari’fat
Metafora Ma’rifat itu seperti pohon yg memiliki enam cabang. Akarnya kokoh di bumi yaqin dan pembenaran, dan cabang-cabangnya tegak dgn iman dan tauhid.

Cabang pertama: Khauf (rasa takut) dan Raja’ (harapan pada anugerah-rahmatNya) yg disertai dgn cabang perenungan.


Cabang kedua : berlaku benar dan serasi dgn kehendak Allah, yg disertai dgn cabang Ikhlas.


Cabang ketiga : Khasysyah (takut penuh cinta) dan menangis, yg disertai dgn cabang Taqwa.


Cabang keempat: Qana’ah (menerima pemberian Allah) dan ridlo, yg disertai cabang Tawakkal.


Cabang kelima : Pengagungan dan rasa malu yg disertai dgn cabang ketentraman.


Cabang keenam : Istiqomah dan berselaras dgn Allah yg disertai dgn cabang cinta dan kasih.


Setiap cabang dari masing-masing akan bercabang pula sampai tiada hingga dalam jumlah kebaikan, dalam tindakan benar dan perbuatan, kemesraan berdekat –dekat dgn Allah, kesunyian Qurbah, kebeningan waktu dan segala sepadan yg tak bisa disifati oleh siapa pun jua.

Di setiap cabang yg ada akan berbuah berbagai macam, yg satu sama lainnya tidak sama, rasanya, yg di bawahnya ada cahaya-cahaya taufiqNya, yg mengalir dari sumber anugerah dan pertolonganNya. Dalam hal ini manusia berpaut-paut dalam derajat dan berbeda-beda dalam kondisi ruhani.

Diantara mereka :
1. Ada yg mengambil cabangnya saja, tapi alpa dari akarnya, tertutup dari pohonnya dan tertirai dari rasa manis buahnya.
2. Ada yg hanya berpegang teguh pada cabangnya belaka.
3. Ada yg pula yg berpegang pada akar aslinya, dan meraih semuanya (pohon, cabang dan buah) tanpa sedikit pun menoleh pada semuanya, tetapi hanya memandang yg memilikinya, Sang Penciptanya.

Siapa yg tak memiliki cahaya dalam lampu pertolongan Ilahi, walaupun telah mengumpulkan, mengkaji semua kitab dan hadits, kisah-kisah, maka tidak akan bertambah kecuali malah jauh dan lari dari Allah, sebagaimana keledai yg memikul buku-buku.
Ada seseorang yg datang kepada Imam Ali Karromallahu Wajhah:
“Ajari aku tentang ilmu-ilmu rahasia…”pintanya.
“Apa yg kau perbuat perihal ilmu utama?” kata imam Ali.
“Apakah pangkal utama ilmu?” orang itu balik bertanya.
“Apakah kamu mengenal Tuhanmu?” Tanya beliau.
“Ya..” jawabnya.
“Apa yg sudah kau lakukan dalam menjalankan kewajibanNya?”
“Masya Allah…” jawab orang itu.
“Berangkatlah dan teguhkan dgn itu (hak dan kewajiban), jika kamu sudah kokoh benar, kamu baru datang kemari, kamu akan saya ajari ilmu-ilmu rahasia…” Jawab beliau.

Ada yg mengatakan, “Perbedaan antara ilmu ma’rifat dan ilmu lainnya adalah seperti perbedaan antara hidup dan mati

PERBEDAAN ANTARA "ILMU dan MA'RIFAT "

BY : LENTERA SUFI
Imam Al-Ghazali

Ma’rifat adalah maqam kedekatan (qurb) itu sendiri yakni maqam yang memiliki daya tarik dan yang memberi pengaruh pada kalbu, yang lantas berpengaruh pada seluruh aktivitas jasmani (jawarih). `Ilm (ilmu) tentang sesuatu adalah seperti “melihat api” sebagai contoh, sedangkan ma`rifat adalah “menghangatkan diri dengan api”.

Menurut bahasa, ma`rifat adalah pengetahuan yang tidak ada lagi keraguan di dalamnya. Adapun menurut istilah yang sering dipakai menunjukkan ilmu pengetahuan tentang apa saja (nakirah). Menurut istilah Sufi, ma`rifat adalah pengetahuan yang tidak ada lagi keraguan, apabila yang berkaitan dengan objek pengetahuan itu adalah Dzat Allah swt. dan Sifat-sifat-Nya. Jika ditanya, `Apa yang disebut ma`rifat Dzat dan apa pula ma’rifat Sifat?” Maka dijawab bahwa ma’rifat Dzat adalah mengetahui bahwa sesungguhnya Allah swt. adalah Wujud Yang Esa, Tunggal, Dzat dan “sesuatu” Yang Mahaagung, Mandiri dengan Sendiri-Nya dan tidak satu pun yang menyerupai-Nya.

Sedangkan ma’rifat Sifat adalah mengetahui sesungguhnya Allah swt. Maha Hidup, Maha Mengetahui, Mahakuasa, Maha Mendengar dan Maha Melihat, dan seluruh Sifat-sifat Keparipurnaan lainnya.
Kalau ditanya, `Apa rahasia ma`ri fat?” Rahasia dan ruhnya adalah tauhid. Yaitu, jika anda telah menyucikan sifat-sifat Mahahidup, Ilm (Ilmu), Qudrah, Iradah, Sama ; Bashar dan Kalam Allah dari segala keserupaan dengan sifat-sifat makhluk [dengan penegasan bahwa tiada satu pun yang menyamai-Nya].

Lalu, apa tanda-tanda ma`rifat? Tanda-tandanya adalah hidupnya kalbu bersama Allah swt. Allah swt. mewahyukan kepada Nabi Dawud a.s., “Mengertikah engkau, apakah ma’rifat-Ku itu?” Dawud menjawab, “Tldak.”Allah berfirman, “Hidupnya kalbu dalam musyahadah kepada-Ku. “

Kalau ditanya, “Tahap atau maqam manakah yang dapat disahkan sebagai ma `rifat yang hakiki?” [Jawabnya] adalah tahap musyahadah (penyaksian) dan ru’yat (melihat) dengan sirr qalbu. Hamba melihat untuk mencapai ma’rifat. Karena ma’rifat yang hakiki ada dalam dimensi batin pada iradah, kemudian Allah swt. menghilangkan sebagian tirai (hijab), lantas kepada mereka diperlihatkan nur Dzat-Nya dan Sifat-sifat-Nya dari balik hijab itu agar mereka sampai pada ma’rifat kepada Allah swt. Hijab itu tidak dibukakan seluruhnya, agar yang melihat-Nya tidak terbakar.
Sang Sufi bersyair dengan ungkapan pencapaian pada tahap spiritual tertentu :

Seandainya Aku tampak tanpa hijab
Pastilah seluruh makhluk sempurna

Namun hijab itu amat halus
Agar merevitalisasi kalbu para hamba yang `asyiq.

Ketahuilah, bahwa manifestasi (tajalli) keagungan melahirkan rasa takut (khauf) dan keterpesonaan (haibah). Sedangkan manifestasi keelokan (al-Hasan) dan Keindahan (al-Jamal) melahirkan keasyikan. Sementara manifestasi Sifat-sifat Allah melahirkan mahabbah. Dan manifestasi Dzat meniscayakan lahirnya penegasan keesaan (tauhid).

Sebagian ahli ma’rifat berkata, “Demi Allah, tidak seorang pun yang mencari dunia, selain orang itu dibutakan kalbunya oleh Allah, dan dibatalkan amalnya. Sesungguhnya Allah menciptakan dunia sebagai kegelapan, dan menjadikan matahari sebagai cahaya. Allah menjadikan kalbu juga gelap, lalu dijadikan ma’rifat sebagai cahayanya. Apabila awan telah tiba, cahaya matahari akan terhalang. Begitupun ketika kecintaan dunia tiba, cahaya ma’rifat akan terhalang dari kalbu.”
Ada pula yang mengatakan, “Hakikat ma’rifat adalah cahaya yang dikaruniakan di dalam kalbu Mukmin, dan tiada yang lebih mulia dalam khazanah kecuali ma’rifat.”

Sebagian Sufi berkata, “Matahari kalbu Sang `Arif lebih terang dan bercahaya dibandingkan matahari di siang hari. Karena matahari pada siang hari kemungkinan menjadi gelap karena gerhana, sedangkan matahari kalbu tiada pernah mengalami peristiwa gerhana (kusuf). Matahari siang tenggelam ketika malam, namun tidak demikian pada matahari kalbu.” Mereka mendendangkan syair:

Matahari siang tenggelam di waktu senja
matahari kalbu tiada pernah tenggelam
Siapa yang mencintai Sang Kekasih
`Kan terbang sayap rindunya
menemui Kekasihnya.

Dzun Nun berkata bahwa hakikat ma’rifat adalah penglihatan al-Haq atas rahasia-rahasia relung kalbu melalui perantaraan (muwashalah) Kilatan-kilatan lembut (latha’if) cahaya-cahaya:
Bagi orang `arifin, terdapat kalbu-kalbu yang diperlihatkan
Cahaya Ilahi dengan rahasia di atas rahasia
Yang terdapat dalam berbagai hijab
Tuli dari makhluk, buta dari pandangan mereka
Bisu dari berucap dalam klaim-klaim dusta.

Sebagian di antara mereka ditanyai, “Kapankah seorang hamba mengetahui bahwa dia telah mencapai ma’rifat yang hakiki?” Dijawab, “Tatkala dia mencapai tahapan tidak menemukan dalam kalbunya sedikit pun ruang bagi selain Tuhannya.”

Sebagian Sufi ada pula yang berkata, “Hakikat ma’rifat adalah musyahadah kepada Yang Haq tanpa perantara, tanpa bisa diungkapkan, tanpa ada keraguan (syubhah).” Seperti ketika Amirul-Mukminin Ali bin Abi Thalib r.a. ditanya, “Wahai Amirul-Mukminin, apakah yang anda sembah itu yang dapat anda lihat atau tidak dapat anda lihat?” “Bukan begitu, bahkan aku menyembah Yang aku lihat, bukan dengan penglihatan mata, tetapi penglihatan kalbu,” jawab Ali.
Ja’far ash-Shadiq ditanya, “Apakah anda pernah melihat Allah swt.?”
“Aku tidak menyembah Tuhan yang tidak bisa kulihati” Ditanyakan lagi, “Bagaimana anda melihat-Nya, padahal Dia tidak dapat dilihat mata?”

Ja’far menjawab, “Mata penglihatan fisik tidak bisa melihat-Nya, tetapi mata batin (al-qulub) dapat melihat-Nya melalui hakikat iman. Tidak diketahui melalui penginderaan dan tidak pula dianalogikan dengan manusia.”

Sebagian `arifin ditanya seputar hakikat ma’rifat. Mereka berkata, “Menyucikan sirr (rahasia) kalbu dari segala kehendak ‘ dan meninggalkan kebiasaan sehari-hari, tentramnya kalbu kepada Allah swt. tanpa ada ganjalan (`alaqah), berhenti dari sikap berpaling dari Allah swt. dan menuju selain Allah swt. Mustahil, ma’rifat kepada substansi Dzat-Nya dan Sifat-sifat-Nya, dan tidak akan diketahui siapa Dia, kecuali melalui Dia sendiri, Yang Mahaluhur, Mahatinggi, serta Kemuliaan hanya kepada Diri-Nya saja.”

PERILAKU MANUSIA DALAM ZIKIR TAUHID

Oleh : LENTERA SUFI
Manusia terbagi menjadi tiga kelompok dalam bertauhid dan berdzikir :

* Kelompok pertama, adalah kalangan umum, yaitu kalangan pemula. Maka tauhidnya adalah bersifat lisan (oratif) belaka, baik dalam ungkapan, wacana, akidahnya, dan keikhlasan, melalui Cahaya Syahadat Tauhid, " Laa Ilaaha Illallah Muhamadur Rasululullah". Ini diklasifikasikan tahap Islam.

* Kelompok kedua, kalangan Khusus Menengah, yaitu Tauhid Qalbu, baik dalam apresiasi, kinerja qalbu maupun akidah, serta keikhlasannya. Inilah disebut tahap Iman.

* Khususul Khusus, yaitu Tauhidnya akal, baik melalui pandangan nyata, yaqin dan penyaksian (musyahadah) kepadaNya. Inilah Tahap Ihsan


Maqomat Dzikir

Dzikir mempunyai tiga tahap (maqomat) :

1. Dzikir melalui Lisan : Yaitu dzikir bagi umumnya makhluk.
2. Dzikir melalui Qalbu : Yaitu dzikir bagi kalangan khusus dari orang beriman.
3. Dzikir melalui Ruh: Yaitu dzikir bagai kalangan lebih khusus, yakni dzikirnya kaum 'arifin melalui fana'nya atas dzikirnya sendiri dan lebih menyaksikan pada Yang Maha Didzikiri serta anugerahnya apada mereka.


Perilaku Dzikir "Allah"

Bagi pendzikir Ismul Mufrad "Allah" ada tiga kondisi ruhani:
Pertama: Kondisi remuk redam dan fana'.
Kedua: Kondisi hidup dan baqo'.
Ketiga: Kondisi nikmat dan ridlo.


Kondisi pertama: Remuk redam dan fana'Yaitu dzikir orang yang membatasi pada dzikir "Allah" saja, bukan Asma-asma lain, yang secara khusus dilakukan pada awal mula penempuhan. Ismul Mufrod tersebut dijadikan sebagai munajatnya, lalu mengokohkan manifestasi "Haa' di dalamnya ketika berdzikir.

Siapa yang mendawamkan (melanggengkannya) maka nuansa lahiriyahnya terfana'kan dan batinnya terhanguskan. Secara lahiriyah ia seperti orang gila, akalnya terhanguskan dan remuk redam, tak satu pun diterima oleh orang. Manusia menghindarinya bahkan ia pun menghindar dari manusia, demi kokohnya remuk redam dirinya sebagai pakaian lahiriahnya. Rahasia Asma "Allah" inilah yang hanya disebut. Bila menyebutkan sifat Uluhiyah, maka tak satu pun manusia mampu menyifatinya. Ia tidak menetapi suatu tempat, yang bisa berhubungan dengan jiwa seseorang, walau di tengah khalayak publik, sebagaimana firman Allah swt :
(b>"Tidak ada lagi pertalian nasab diantara mereka di hari itu dan tidak ada pula saling bertanya." (Al-Mu'minun: 101)

Sedangkan kondisi batinnya seperti mayat yang fana, karena dzat dan sifatnya diam belaka. Diam pula dari segala kecondongan dirinya maupun kebiasaan sehari-harinya, disamping anggota tubuhnya lunglai, hatinya yang tunduk dan khusyu'.

Sebagaimana firmanNya :
"Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat." (Al-Muzammil: 5)
"Dan kamu lihat bumi ini kering, dan apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah, dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumjbuhan yang indah." (Al-Hajj : 5)

Kondisi kedua: Dari kondisi hidup dan abadi (baqo'), yaitu manakala orang yang berdzikir dengan Ismul Mufrod "Allah" tadi mencapai hakikatnya, kokoh dan melunakkan dirinya, maka simbol-simbilnya dan sifat-sifatnya terhanguskan.
Allah meniupkan Ruh Ridlo setelah "kematian ikhtiar dan hasrat kehendaknya". Ia telah fana' dari hasrat kebiasaan diri dan syahwatnya, dan telah keluar dari sifat-sifat tercelanya, lalu berpindah (transformasi) dari kondisi remuk redam nan fana' menuju kondisi hidup dan baqo'. Kondisi tersebut menimbulkan nuansa kharismatik dan kehebatan dalam semesta, dimana segalanya takut, mengagungkan dan metrasa hina dihadapan hamba itu bahkan semesta meraih berkah kehadirannya.

Kondisi ketiga: Kondisi Nikmat dan Ridlo, maka bagi orang yang mendzikirkan "Allah" pada kondisi ini senantiasa mengagungkan apa pun perintah Allah swt, jiwanya dipenuhi rasa kasih sayang terhadap sesame makhluk Allah Ta'ala, tidak lagi sembunyi-sembunyi dalam mengajak manusia menuju agama Allah swt. Dari jiwanya terhampar luas bersama Allah swt, hanya bagi Allah swt.

Rahmat Allah swt meliputi keleluasaannya, dan tak satu pun makhluk mempengaruhinya, bahkan tak ada sesuatu yang tersisa kecuali melalui jalan izin Allah swt. Ia telah berpindah dari kondisi ruhani hidup dan baqo', menuju kondisi nikmat dan ridlo, hidup dengan kehidupan yang penuh limpahan nikmat selamanya, mulia, segar dan penuh ridloNya. Tak sedikit pun ada kekeruhan maupun perubahan. Selamat, lurus dan mandiri dalam kondisi ruhaninya, aman dan tenteram.

Sebegitu kokohnya, ia bagaikan hujan deras yang menyirami kegersangan makhluk, dimana pun ia berada, maka tumbuhlah dan suburlah jiwa-jiwa makhluk karenanya. Hingga ia raih kenikmatan dan ridlo bersama Allah Ta'ala, dan Allah pun meridloinya. Allah swt berfirman :
"Kemudian Kami bangkitkan dalam kehidupan makhluk (berbentuk) lain, maka Maha Berkah Allah sebagai Sebagus-bagus Pencipta" (Al-Mu'minun: 14)

ORANG - ORANG YANG TERPILIH

Oleh : LENTERA SUFI
Riwayat dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya Allah swt ridlo kepadamu tiga hal;
Dia ridlo kepadamu bhw kamu menyembahNya,dan tidak melakukan kemusyrikan kepadaNya sedikit pun; hendaknya kamu berkait semua dgn Tali Allah dan tidak terpisah-pisah (berjama'ah);
dan hendaknya kamu memberikan nasehat kepada orang yg dianggap oleh Allah sebagai pemimpin kamu.

Dan Allah tidak suka kepadamu (tiga hal): Katanya dan katanya; banyak bertanya; dan menelantarkan harta. (Hr Ahmad dalam Musnadnya)

Hadits ini menunjukkan detil-detil aturan Ma’rifat kepada Allah Ta’ala dimana sang arif tak lagi menghindar pada yg lainNya, karena rahasia terliput di dalamnya, yaitu tangga-tangga bagi orang yg dipilihNya dalam rangka menuju kepadaNya.

Sesungguhnya Allah mempunyai para hamba yg dipilih untuk ma’rifat kepadaNya,dan memberikan wilayah (kewalian) istimewa untuk mencintaiNya,dan memilih mereka untuk gabung bersamaNya,dan memuliakan mereka untuk mesra dgn mereka, mendekatkan mereka untuk munajat kepadaNya, membangkitkan mereka untuk dzikir kepadaNya,dan menggerakkan lisan mereka untuk bicara dgn hikmah dariNya, memberikan rasa indah dari piala-piala cintaNya,serta memberikan kemuliaan di atas makhluk-makhlukNya.

Sehingga para hamba itu tidak ingin pindah ke lain hati, tidak ingin menambatkan jaminan kecuali kepadaNya, tidak ingin pula yg lainNya sebagai penolong dan tempat pasrah dirinya.

Mereka melampaui yg lainnya, bukan karena banyaknya amal ibadah. Tetapi melalui kehendak yg benar menuju Allah dan rasa yaqin yg bagus disertai rasa wara’ yg sungguh-sungguh, memutuskan hatinya hanya bagi Allah dan membersihkan rahasia jiwanya dari segala hal selain Allah Ta’ala.

Kemudian Allah memberikan instisari rasa konsumsi ma’rifat, lalu menempatkan pada hadirat KemahasucianNya. Serasa tak sabar untuk tidak mengingatNya dan tak pernah kenyang dgn kebajikanNya dan tidak pernah merasa istirahat jika bertumpu pada yg lainNya. Betapa elok mereka itu.Namun betapa sedikit jumlah mereka itu. Betapa agung kehadiran mereka itu. Dgn mereka itu Allah menjaga cintaNya hingga sampai melimpah pada pandangan-pandangan mereka.

Betapa indahnya apa yg mereka raih itu. Mereka adalah kaum Zuhud yg menghindari apa yg disenangi oleh kaum yg alpa. Mereka adalah yg mesra bergembira ,dimana orang-orang bodoh malah merasa ketakutan. Mereka adalah hamba-hamba yg rindu, dimana orang-orang yg lalai lari darinya.

Mereka adalah yg memandang dgn mata hati, menembus hakikat yg tersembunyi. Ruh-ruh mereka muncul di alam malakut. Hasrat mereka hanya dalam sirrnya, dan sirr mereka hanya ada di sisiNya, denganNya mereka mendengar, denganNya mereka memandang, denganNya mereka berkehendak, denganNya mereka bergerak. Hati mereka dgn segala kemesraannya senantiasa penuh dgn cinta kepadaNya.

Abu Yazid al-Bisthamy ra mengatakan: “Kebanyakan manusia berlindung dari Iblis, padahal Iblis berlindung dariku.”
Abu Yazid ditanya, “Bagaimana ini? Sedangkan Rasulullah al-Mustofa SAW saja diperintahkan untuk berlindung dari Iblis, melalui firman Allah Ta’ala, ”Katakan, Oh Tuhan, aku berlindung kepadaMu dari rekayasa syetan..”
Abu Yazid menjawab: “Allah Ta’ala, dalam ayat tersebut, sesungguhnya memerintahkan agar berpegang teguh kepada Allah, menyerahkan perkara hanya kepadaNya; tentu berbeda berlindung dari Iblis dan berpegang teguh kepada Allah.
Sedangkan Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya hamba-hambaKu tiada bagimu kemampuan (menggoda) bagi mereka.”

Dzun Nuun al-Mishry mengatakan, “Orang a’rif itu antara kebajikan dan dzikir, dimana Allah tak pernah bosan melimpahkan kebajikannya dan ‘arif tak pernah kenyang dgn dzikir kepadaNya.”
Dzun Nuun al-Mishry menegaskan, “Bagi seorang arif ada dua: Api (Naar) dan Cahaya (Nur): Api cinta dan rasa takut dan cahaya ma’rifat. Secara lahiriyah dibakar oleh api cinta dan rasa takut, dan batinnya di cahayai oleh nur ma’rifat.”
Dunia menangis pada orang arif dgn airmata kefanaannya.Akhirat tersenyum kepadanya dgn usia keabadiannya
Bagaimana syetan mampu mendekat kepada mereka, lahir maupun batin? Kecuali sekedar lewat yg secepat kilat belaka? Atau seperti angin lalu saja?
* Jika syetan datang melalui pandangan mata, maka api pelajaran ruhani (‘ibrah) membakarnya.
* Jika syetan datang melalui nafsunya, maka api khidmat kepada Allah membakarnya
* Jika syetan datang dari arah akalnya maka api renungan telah membakarnya.
* Jika syetan datang dari arah qalbunya, maka api rindu dan cinta telah membakarnya
* Jika syetan datang dari arah sirrnya(rahasia jiwa)maka api taqarrub&musyahadah tlh membakarnya

Kadang rasa takut dan cinta telah membakar hatinya, dan pula dipadamkan oleh cahaya ma’rifat. Jika api takut dan cinta menyatu dengan cahaya ma’rifat, spoi lembutnya angin Ilahiyah muncul dari sutera kemesraan dan taqarrub, lalu muncullah kebeningan Ilahi pada hamba, keakuannya lebur dalam |Uluhiyah sebagaimana sang hamba di zaman Azali dulu.

Abu Sulaiman berkata, “Orang arif itu bisa dibuka jiwanya ketika ia tidur melebihi dibukanya orang biasa yg sdg sholat sekali pun.”
Dan lebih dari itu ia melewati dua alam (dunia dan akhirat) tanpa ia menoleh sedikit pun kepada selain DiriNya.

Syeikh abu Bakr al-Wasithy mengatakan, “ Lingkaran kaum ‘Arif dgn yang Dicinta (Allah) berkisar pada 4 hal:
1. Kegembiraan Ma’rifat: Yang berbaur dgn pandangan akan keindahan ‘Inayah.
2. Kemanisan Khidmah: Berbaur dengan ingatan anugerah.
3. Kemesraan bersamaNya: Berbaur dgn kelezatan-kelezatan kedekatan padaNya.
4. Ketakutan berpisah: Berbaur dgn perwujudan hakikat kesempurnaan QudratNya.

Sebagian Sufi pernah ditanya tentang firman Allah swt: “Dan sesungguhnya, Dialah yg membuatmu tertawa dan menangis”
Allah menciptakan tawa ria kepada ‘arifin melalui kegembiraan ma’rifat kepadaNya, dan menciptakan tangis kepadaNya atas ketakutan akan pisah denganNya,dan Allah mematikan yg dikehendakiNya melalui pedang pemotongNya,dan menghidupkan yg dikehendakiNya melalui ruh kesinambungannya, agar para makhluk tahu bhw Dialah Yang Maha Bertindak apa yg DikehendakiNya.
Aisyah ra ditanya, “Bagaimana orang beriman yang ma’rifat besok dihisab?”
Lalu beliau menjawab, “Bagi orang ‘arifin tidak dihisab,tetapi mereka di tegur”.

Diceritakan bahwa suatu hari Nabi Sulaiman as, melihat kerajaannya, lalu Allah memerintahkan angin untuk membuka auratnya, lalu Sulaiman berkata kepada angin, “Hai kembalikan bajuku…!” Lalu angin berkata, “Kembalikan hatimu ke tempatnya…!”

Amboi indahnya bagi kaum ‘arifin,dimana Allah mengenalkan diriNya pada mereka sebelum mereka mengenalNya,dan memuliakan mereka sebelum mereka mengenal kemuliaan.

Mereka adalah jiwa-jiwa dimana dirinya adalah bernuansa ruhaniyah, hati mereka adalah samawiyah (serba langit), hasrat mereka senantiasa dalam ridloNya, dada mereka bergetar, qalbu mereka penuh rasa takut dan mata mereka berlinang.

Mereka merenung lalu mereka mengetahui, mereka menemukan lalu berangkat, lantas cahaya qalbunya dibukakan oleh Allah.

Ada kaum yang dipilihkan untuk DiriNya
Dipilih dari zaman yang dahulu hingga sekarang
Dipilih dari zaman sebelum fitrah diciptakan hingga kiamat datang menjelang
pada mereka ada titipan hikmah dan penjelasan.
Tiadanya mereka tanda segera berakhirnya alam dunia.
Hilangnya pilar-pilar penyangga awal terjadinya huru hara..

MASUKLAH PADA-KU SEORANG DIRI

Al Mawaqif wal Mukhatabat
Syaikh Muhammad ibnu Abdul Jabbar bin al Hasan an-Nafry (Imam An-Nafri)
Oleh : LENTERA SUFI

Allah berseru pada hamba-Nya:

“Hendaklah engkau bekerja tanpa melihat pekerjaan itu!

Hendaklah engkau bersedekah tanpa memandang sedekah itu!

Engkau melihat amal perbuatanmu, walau baik sekalipun,tak layak bagi-Ku untuk memandangnya. Maka janganlah engkau masuk kepada-Ku besertanya!

Sesungguhnya, jika engkau mendatangi-Ku berbekal amal perbuatanmu, maka akan Aku sambut dengan penagihan dan perhitungan. Jika engkau mendatangi-Ku berbekal ilmu, maka akan Aku sambut dengan tuntutan! Dan jika engkau mendatangi-Ku dengan ma’rifat, maka sambutan-Ku adalah hujjah, padahal hujjah-Ku pastilah tak terkalahkan.

Hendaklah engkau singkirkan ikhtiar (ikut mengatur dan menentukan kehendak-Nya untuk dirimu—red), pasti akan aku singkirkan darimu tuntutan. Hendaklah engkau tanggalkan ilmumu, amalmu, ma’rifat-mu, sifatmu dan asmamu dan segala yang ada (ketika mendatangi-Ku), supaya engkau bertemu dengan Aku seorang diri.

Bila engkau menemui-Ku, dan masih ada diantara Aku dan engkau salah satu dari hal-hal itu, —padahal Aku-lah yang menciptakan semua itu, dan telah Aku singkirkan semua itu darimu karena cinta-Ku untuk mendekat kepadamu, maka janganlah membawa semua itu ketika menemui-Ku—, jika masih saja engkau demikian, maka tiada lagi kebaikanmu yang tersisa darimu.

Kalau saja engkau mengetahui, ketika engkau memasuki-Ku, pastilah engkau bahkan akan memisahkan diri dari para malaikat, sekalipun mereka semua saling bahu-membahu untuk membantumu, karena keraguanmu itu (bahwa ada penolongmu dihadapan-Nya selain Dia—red.), maka hendaklah jangan ada lagi penolong selain Aku.

Jangan pernah engkau melangkah ke luar rumah tanpa mengharap keridhaan-Ku, sebab Aku-lah yang bakal menunggumu (di luar rumah—red.) untuk menjadi penuntunmu.

Temuilah Aku dalam kesendirianmu, sekali atau dua kali setelah engkau menyelesaikah shalatmu, niscaya akan Aku jaga engkau di siang dan malam harimu, akan Aku jaga pula hatimu, akan Aku jaga pula urusanmu, dan juga kemauan kerasmu.

Tahukah engkau bagaimana caranya engkau datang menemui-Ku seorang diri? Hendaknya engkau menyaksikan bahwa sampainya hidayah-Ku kepadamu adalah karena Kemurahan-Ku. Bukan amalmu yang menyebabkan engkau menerima ampunan-Ku, bukan pula ilmumu.

Kembalikan pada-Ku buku-buku ilmu pengetahuanmu, serahkan pada-Ku catatan-catatan amalmu, niscaya akan aku buka dengan kedua tangan-Ku, Kuterima dan Kubuat ia berbuah dengan keberkatan-Ku, dan akan kulebihkan semuanya itu dengan kemurahan-Ku.”