Di dalam kehidupan terkadang banyak hal yang tidak pernah kita duga. Di Rumah Amalia pernah ada seorang Ibu yang sengaja datang untuk berbagi kebahagiaan bersama anak2 Amalia. Secercah kebahagiaan itulah yang mampu mengobati rasa duka dan terkejut karena kehilangan secara tiba-tiba seseorang yang dikasihi, meskipun sudah dapat diperkirakan bahwa hal itu akan terjadi karena sakit yang diderita oleh suami. Membuatnya lupa diri dan larut dalam kedukaan yang amat parah. Penyangkalan akan kenyataan yang terjadi, penolakan dan rasa marah kepada keadaan dirinya, kepada orang lain bahkan kepada Allah karena merasa diperlakukan tidak adil, membuatnya semakin stres & terpuruk. Secara pisik & emosional sudah tidak terkontrol lagi dan ia tidak peduli dengan dirinya, dengan anak-anaknya, dengan kehidupan sekitarnya. Suatu keberuntungan bahwa secara ekonomi ia dan anak-anaknya tidak mengalami kesulitan karena suaminya almarhum telah menyiapkan segala sesuatunya dengan cermat. Namun kenangan akan almarhum suaminya membuat dirinya semakin sedih dan menderita. Predikat 'Single Parent' yang ditakutinya kini menjadi kenyataan. Untuk jangka waktu yang lama ia terbuai dalam kegelisahan, kesepian dan kesendirian, ingin mati dan pernah terpikir untuk bunuh diri dengan menelan obat-obat penenang.
Saya kemudian membantu beliau dengan memberikan terapi syukur. Dalam proses, akhirnya beliau menyadari jika suami yang telah tiada begitu sangat berharga maka yang ada juga sama bahkan lebih berharga, sampai kemudian beliau lebih menyayangi dan penuh perhatian kepada anak-anaknya yang masih ada. Begitulah, dari ketiadaan, kita bisa mengetahui betapa berharganya sesuatu yang ada setelah tiada. Pada saat bersamaan beliau jatuh sakit. Dalam keadaan terbaring di Rumah Sakit mengenal banyak orang yang mengalami hal yang sama, kehilangan orang-orang yang dicintainya entah kematian atau perceraian.
Ternyata mereka mengalami hal yang sama, bahkan ada diantara mereka yang menanggung beban yang lebih berat daripada dirinya. Mereka yang selama ini dianggap kurang pantas menjadi sahabat karena predikat 'Single Parent' yang dikhawatirkan mengancam rumah tangganya justru menjadi jalan kembalinya mengenal kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta'ala. beliau menemukan kembali dirinya sendiri dan bisa mengatasi rasa duka kehilangan orang yang dicintainya. Ia menyadari bahwa anugerah hidup yang diberikan oleh Allah harus dipergunakan untuk menjalankan tugas panggilannya sebagai ibu sekaligus sebagai ayah bagi anak-anaknya dan juga bagi sesama melalui kegiatan sosial di Rumah Amalia. Kenangan manis akan orang yang dicintainya tetap disimpannya, rasa duka, sepi dan sendiri perlahan mencair dan beliau memperoleh secercah kebahagiaan yang telah lama menghilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar