Jiwamu seringkali menjadi ajang dari sebuah pertempuran
Karena itu akal sehatmu berperang seru
Melawan perasaan hati dan selera nafsu
Mampukah hati menjadi pendamai bagi jiwamu
Sehingga dapat merubah kericuhan
Persaingan kepingan –kepingan dirimu
Menjadi satu kesatuan aroma dan keindahan lagu
Akan tetapi apa daya orang lain ,pabila engkau sendiri
dingin
dingin
Dari hasrat pendamai diri
dan berbagi unsur dalam diri mu?
dan berbagi unsur dalam diri mu?
Akal sehat dan perasaan hati diibaratkan
Perahu dan layar yang mendayung jiwamu
Mengarungi lautan kehidupan.
Jikalau patah salah satu layar dan kemudi itu
Kau akan tetap terombang-ambing ombak tetapi masih mengambang
Atau lumpuh tanpa daya dan terhenti di tengah samudra luas
Sebab akal pikiran yang sendiri mengemudi
Ibarat tenaga yang mendorong diri
Bagai api membara yang menjadi kekuatan bagi mesin dirimu
Karena itu ajaklah perasaan menjunjung tinggi hati
Menggapai pucuk-pucuk
getaran kebenaran yang sejati
getaran kebenaran yang sejati
Keduanya merajut sebuah simfoni lagu
Lalu turutilah jiwamu membimbing perasaan dengan menggunakan
akal sehat
akal sehat
Hingga perasaan itu tetap hidup dengan setiap kebangkitannya
Laksana burung bangau terbang tinggi dari tengah padang
Tak jarang akal maupun perasaan
Seperti engkau memperhatikan dan menyuguhi dua orang tamu
yang terkasih
yang terkasih
Dan sedang berada dalam perlindungan rumah tinggalmu
Kau takkan sanggup memuliakan yang satu melebihi yang lain
Sebab membedakan seseorang berarti bakal kehilangan
Kasih dan sayang keduanya...
Diantara bukit biru, sedang engkau duduk santai
dikerindangan.
dikerindangan.
Pohon populir putih perak
, membagi kedamaian dan ketenangan
, membagi kedamaian dan ketenangan
Dengan sawah kuning dikejauhan , dan rerumputan hijau luas
mengalun
mengalun
Perturutkanlah hati mengucapkan kalimat sunyi
“Tuhan berdiam diri dalam kalbu”
Pabila topan mendatang dan badai perkasa menggulung rimba
belantara,
belantara,
Guntur halilintarpun sambar-menyambar
Berebut cepat merobek bilah angkasa
Maka turutilah hatimu mengucapkan doa puji
“Tuhan bertindak dengan rasa”
Dan karena engkau adalah nafas ciptaan Tuhan
Sebagai pucuk-pucuk
daun kekayaan rimba Tuhan
daun kekayaan rimba Tuhan
Maka engkau hendaklah juga,
Berhening diri dalam kalbu,
Bergerak dalam rasa yang bergelora
(Kahlil Gibran)
BC25092010
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar