Coba anda bayangkan, bagaimana rasanya hati yang bahagia tiba-tiba ditampar oleh penderitaan? Apakah tidak sakit? Apakah tidak perih rasanya hati? Disaat seperti ini biasanya hati mulai bertanya-tanya, 'Kenapa harus sekarang Ya Allah? Kenapa Engkau beri aku penderitaan dikala aku sedang bahagia seperti ini? Kenapa tidak nanti aja ketika aku sudah kuat?' Itulah yang dituturkan seorang bapak di Rumah Amalia.
Beliau bertutur ditengah kondisi dipuncak kariernya sebagai seorang presdir perusahaa, gajinya terbilang lebih dari cukup, rumah dan mobil mewah dengan kondisi yang tercukupi kehidupan ekonominya, ditambah lagi dengan istri dan anak-anaknya yang mencintainya. Tapi tiba-tiba perusahaan yang pegangnya diambang kehancuran karena adanya keharusan membayar kembali proyek besar yang dikerjakan gagal sesuai dengan jadwal karena adanya kesalahan pengerjaannya, anak-anak dan istrinya juga ikut merasakan kecemasan namun tetap masih setia mendampingi dirinya. Namun yang berat dalam hidupnya disaat bersamaan anaknya jatuh sakit yang segera dirawat di Rumah Sakit karena kena DB. Hal ini tentunya diluar apa yang diperkirakannya, berada diatas puncak kariernya malah mendapatkan kejutan yang tidak diperkirakan.
Kepahitan hidup yang bertubi-tubi yang dihadapinya mencoba instropeksi diri, beliau menyadari sejak lama sudah lama meninggalkan kewajibannya, boro-boro shodaqoh, menjalankan sholat lima waktu aja hampir tidak pernah dikerjakan, akibatnya dengan kejadian pahit ini membuat hidupnya menjadi terasa hampa. Tersadar akan hal itulah yang membuat beliau berkenan untuk datang ke Rumah Amalia, beliau berniat untuk bershodaqoh agar perusahaan yang diambang kehancuran bisa terselamatkan dan anaknya yang sedang dirumah sakit bisa segera sembuh.
Seminggu kemudian anaknya yang sedang di Rumah Sakit sudah boleh pulang. Perusahaannya step by step sudah mampu menyelesaikan semua keuangan akibat dari kegagalan proyek yang dikerjakan bahkan kerugiannya diganti oleh perusahaan asuransi. Sebulan kemudian perusahaannya mendapatkan tiga tawaran proyek, roda kembali berputar. Perusahaan, keluarga dan hidupnya dirasakan lebih indah & lebih membahagiakan. Keberkahan demi keberkahan kerap dirasakannya. Sejak kejadian itu keyakinan beliau bahwa dengan mendekatkan diri kepada Allah, giat menjalankan sholat fardhu dan rajin menyisihkan rizki untuk bershodaqoh akan membuat dirinya dilimpahkan keberkahan oleh Allah, menyelamatkan perusahaannya, menyembuhkan kembali anaknya yang sedang sakit, menyehatkan hati, juga tidak kalah penting adalah kebahagiaan bagi keluarganya.
'Alhamdulillah Mas Agus, disaat perusahaan & hidup keluarga kami diambang kehancuran, Allah melimpahkan keberkahannya, menyelamatkan perusahaan & keluarga kami.' Ucap beliau sore itu di Rumah Amalia. Air matanya mengalir begitu saja dengan derasnya. Isak tangis bahagia istrinya yang tak henti mengucap hamdalah, puji syukur kehadirat Allah.
'Orang2 yang menginfakkan hartanya baik di waktu lapang maupun di waktu sempit dan orang2 yg mampu menahan amarah serta pemaaf terhadap kesalahan orang lain. Dan Allah mencintai orang2 yg berbuat baik.' (QS. Ali Imran : 134).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar