Pernah saya bertemu dengan seorang bapak di Rumah Amalia, dirinya terlihat kalut dan bingung, gejala itu dirasakan sebulan yang lalu ketika ia marah dan membenci istrinya. Kebencian yang dirasakan pernah coba untuk dikomunikasikan kepada istri malah yang terjadi istrinya mencemooh sebagai laki-laki yang tidak bersyukur, kata-katanya tajam mengalir begitu saja. Ucapan itulah yang melukai hatinya. Ia tidak mampu menandingi kemampuan istrinya bersilat lidah. Sejak itu yang dirasakan perutnya sakit hingga ke ulu hati, terasa perih dan kembung. Dokter hanya menyebutnya sebagai sakit maag. Dalam kondisi seperti itulah membuat tidak bisa tidur nyenyak, makanpun juga tidak enak. Ia mulai sering melamun, malas bekerja, malas bergaul dengan tetangga, senang dirumah dan rebahan entah apa yang dipikirkan dan dirinya lebih suka dirumah daripada bekerja.
Dalam kondisi ini dapat dipahami bahwa ia telah melewati ambang batas kemampuan mengontrol diri, perasaan terluka, kecewa, marah dan kesedihan yang dialami sudah berubah menjadi ketidakmampuan memahami dirinya sendiri. Ketidakmampuan untuk mengendalikan diri, mengelola diri sendiri dan kehilangan kemampuan untuk melakukan kebiasaan yang dilakukan dalam kegiatan rutinitas sehari-hari. Tugas sebagai kepala rumah tangga tidak sanggup lagi untuk embannya, tenggelam dalam dunianya sendiri dan seringkali ketakutan tanpa alasan tertentu.
Kenapa ia sampai berada diluar batas kemampuan mengatasi tekanan hidup? Hal ini terjadi karena dirinya menahan apa yang dirasakannya, ketidak mampuan untuk mengenali diri dengan baik, semakin jauhnya dari Allah dan tidak adanya tempat untuk curhat entah teman dan saudara sehingga stres yang dialami terus bergejolak tanpa ada tempat untuk meletakkan beban hatinya. Tidurnya menjadi terganggu. Pada tidur adalah sarana untuk melepaskan beban sejenak karena tidurnya terganggu maka kemampuannya untuk menganalisis permasalahan menurun bahkan menghilang sehingga berada diluar kontrol dirinya. Jadilah ia orang yang tidak sanggup lagi melakukan tanggungjawabnya sebagai suami dan bapak bagi keluarganya.
Lantas bagaimana kiat mencegah agar kita tidak lepas kendali? Pertama, yang paling penting mengenali tanda dini stres berat yakni tidur terganggu disertai dengan mimpi buruk. Kedua, bila memang sudah mengalami stres ambillah air wudhu dan lakukanlah berdzikir 'Hasbunallah wanikmal wakil' (Cukuplah Allah menjadi penolong bagi kami dan Dialah sebaik-baiknya pelindung' (QS. Ali Imran :173). Ketiga, Kenalilah diri anda dengan baik dengan lebih mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Ada bagian hal itu menjadi wilayah anda untuk bisa menyelesaikan dan selebihnya serahkan masalah hidup anda yang tidak bisa diatasi biarkanlah Allah yang menyelesaikannya. Anda sanggup menghadapi semua problem kehidupan itu dengan baik hanya bila bertawakal kepada Allah. Percaya sepenuhnya bahwa Allah adalah sebaik-baiknya penolong dan pelindung anda.
Alhamdulillah, akhirnya sang bapak telah mampu pulih kembali, tidurnya sudah nyenyak, makanpun sudah enak dan beraktifitas bekerja sehari-hari seperti biasanya. Kehidupannya lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan berdzikir dan menjalankan ibadah sholat tepat waktu. Kedekatan dirinya kepada Allah telah mampu menyembuhkan diri sendiri dari beban stres berat yang telah dialaminya, kemampuan untuk mengelola diri telah pulih kembali bahkan hubungan dengan istri dan anak-anak menjadi lebih baik. 'Subhanallah Mas Agus, saya bisa lebih tenang dan sabar menghadapi masalah hidup sekarang ini. Sungguh Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang bagi setiap hambaNya yang gersang hatinya seperti saya ini.' ucap beliau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar