Selepas maghrib, anak-anak Amalia berdoa bersama. Tak lama kemudian kami kedatangan seorang tamu. Ibu muda menyapa kami. Saya mempersilahkan duduk. 'Mas Agus masih ingat saya?' katanya. Samar-samar saya agak lupa. Dengan cepat dia mengingatkan saya kembali. 'Saya enam bulan yang lalu pernah datang kemari untuk bershodaqoh, alhamdulillah sekarang saya sudah terbebas dari belitan hutang.'
Ibu muda itu bertutur bahwa telah mengikuti saran saya agar selamat dari belitan hutang dengan bershodaqoh dan tidak menutup hutang dengan berhutang sebab hutang menutup pintu rizki dan menutup terijabahnya pintu doa. 'Maka saya jual ruko yang saya miliki untuk menutup hutang dan sisanya saya gunakan untuk usaha kembali.' ucap beliau dengan mata berkaca-kaca. Air matanya mengalir. Ujian itu datang bertubi-tubi menimpa hidupnya. Terasa menyesakkan didada. Sejak suaminya meninggal dunia, dia menjadi tulang punggung untuk anak-anaknya dan keluarga karena tidak ada yang mengingatkannya disaat ada orang yang menawarkan pinjaman tanpa berpikir panjang langsung menerima tawaran itu. Sampai terjebak belitan hutang riba yang mencekik lehernya.
Sekarang rumah makannya sudah memiliki tiga cabang dan telah memiliki dua ruko. Kejadian yang telah lalu menjadi pelajaran yang teramat berharga, semakin mendekatkan diri kepada Allah dan semakin mencintai sang buah hatinya. Maka beliau bersyukur telah bershodaqoh untuk anak2 Amalia, atas izin Allah telah menyelamatkan dirinya dari belitan hutang dan beliau berjanji tidak akan pernah berhutang lagi dalam menjalankan usahanya. Hutang menyebabkan tertutupnya pintu rizki dan terhalangnya pintu ijabah doa yang kita panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
--
Obatilah orang yang sakit dengan bershodaqoh, bentengilah harta kalian dengan zakat dan tolaklah bencana dengan doa.' (HR. Baihaqi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar