Pada bagian kedua ini akan dibahas tentang Terbelahnya Bulan (sudah terjadi), Munculnya orang yang mengaku Nabi (sudah, sedang, dan akan terus terjadi), Fenomena munculnya Api Hijaz di Basrah (sudah terjadi), dan Melemahnya kaum Muslimin (Sedang terjadi)
8. Terbelahnya Bulan
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
"Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat sesuatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata:" (Ini adalah) sihir yang terus menerus ". Dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya." (QS. al-Qamar (54) : 1-3)
Dari 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu., ia berkata:
"Telah terbelah bulan pada zaman Rasullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menjadi dua bagian. Sebagian di atas gunung, dan sebagian lagi di bawahnya. Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, 'Saksikanlah!'" (HR. Bukhari no.4864 dan Muslim no. 2800).
Setelah meneliti riwayat-riwayat tentang peristiwa bulan terbelah ini, Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, "Ini merupakan periwayatan-periwayatan dari para sahabat, dan sedemikian mahsyurnya peristiwa ini dengan sanad yang banyak, apalagi dengan disertai dengan firman Allah subhanahu wa ta'ala dalam Al-Qur'anul-karim. Bulan, tatkala terbelahnya tetap nampak di langit, bahkan terbagi menjadi dua. Salah satu dari dua bagian tersebut di belakang Gunung Hira', dan yang sebelah lagi di tempat lain" (Tafsir Ibnu Katsir).
Peristiwa terbelahnya bulan atas kuasa Allah azza wa jalla merupakan bukti kekuasaan Allah untuk memperlihatkan tanda kenabian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam kepada kaum Musyrikin di Mekkah pada masa itu. Peristiwa ini merupakan suatu tanda bahwa Hari Kiamat itu memang sudah dekat.
Peristiwa terbelahnya bulan dapat dibaca pada catatan saya: ‘TERBELAHNYA BULAN; Salah Satu Bukti Kenabian Rasulullah Muhammad SAW’: http://www.facebook.com/notes.php?id=1473510568&s=10#!/note.php?note_id=392446560063
9. Fenomena Mengaku “Nabi”
Dalam ash-Shahihain dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
“Tidak akan terjadi hari Kiamat hingga dibangkitkan ‘para dajjal (pendusta)’ yang (jumlahnya) mendekati tiga puluh, semuanya mengaku bahwa mereka adalah utusan Allah (Rasulullah).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadist ini diperkuat dengan hadist yang menyebutkan jumlah yang lebih spesifik. Dari Hudzhaifah radiyallahu ‘anhu, menerangkan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Di tengah-tengah ummatku terdapat 27 Dajjal (pendusta), empat diantaranya adalah perempuan. Dan, sungguh aku adalah rasul terakhir. Tidak ada rasul setelah aku” (HR. Ahmad dan ath-Thabrani, dinyatakan shahih oleh al-Albani)
Dalam hadist lain disebutkan asal daerah mereka. Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia mendengar Rasulullah shalallhu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sungguh, sebelum Kiamat tiba akan ada 30 pendusta. Diantara mereka satu dari Yamanah, satu al-Ansi, dari San’a, dan satu dari Himyar. Dan satu diantara mereka adalah Dajjal, yang paling besar diantara mereka dalam hal fitnah (kesengsaraan dan godaan yang akan datang bersamanya” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban)
Yang dimaksud dengan dajjal (pendusta) disini adalah orang-orang yang mengaku sebagai nabi atau rasul (utusan Allah).
Bahkan pada masa Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam pun mereka sudah bermunculan hingga saat ini. Dajjal (pendusta, yang mengaku nabi/rasul) ini BUKANlah al-Masih ad-Dajjal (Dajjal yang sebenarnya) yang nanti akan muncul pada akhir zaman. Dajjal yang muncul akhir zaman inilah yang disebut Dajjal yang paling besar dan akan dibunuh oleh Nabi Isa bin Maryam ‘alaihissalam yang akan turun di akhir zaman sebelum datangnya Hari Kiamat.
Diantara mereka yang tiga puluh itu telah muncul Musailamah al-Kadzdzab (sang pendusta), ia mengaku sebagai nabi di akhir masa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Ada pula al-Aswad al-‘Ansi di negeri Yaman yang dibunuh oleh sahabat Radhiyallahu ‘Anhum.
Demikian dengan Sajah at-Tamimah, seorang wanita yang mengkalim dirinya sebagai nabi, dan Musailamah menikahinya. Kemudian setelah Musailamah terbunuh, ia kembali memeluk Islam.
Begitu juga Thulaihah bin Khuwailid al-Asadi, kemudian ia kembali memeluk Islam dan baik keislamannya.
Kemudian muncul al-Mukhtar bin Abi ‘Ubaid ats-Tsaqafi yang menampakkan kecintaan kepada ahlul bait (keturunan nabi).
Ada lagi al-Harits al-Kadzdzab (si pendusta) yang muncul di era kekhalifahan ‘Abdul Malik bin Marwan, maka dibunuh.
Kemudian ada Ishaq dari Abbasiah, Mahmud bin al-Faraj an-Naisapuri yang mengaku rasul dan titisan Dzul Qarnain, Hamim al-Makshi dan lain-lain. Dan di masa sekarang, adalah Mirza Gulam Ahmad al-Qadiyani di India. Juga beberapa orang yang mengaku nabi di negeri kita, Indonesia.
10. Fenomena Api Hijaz
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
“Tidak akan terjadi hari Kiamat sampai api keluar dari tanah Hijaz yang menerangi leher-leher unta di Basrah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sesungguhnya api ini telah muncul pada pertengahan abad ke-7 Hijriyah, (tepatnya) di tahun 654 H. Saat itu (kobaran) apinya besar, para ulama yang hidup di masa itu dan setelahnya telah menerangkan kemunculan api tersebut dalam bentuknya.
Dan api ini bukanlah api yang keluar di akhir zaman menghimpun manusia ke padang mahsyaral-‘Asyrath al-Kubra). mereka. Sebagaimana yang akan dibicarakan dalam pembahasan tanda-tanda Kiamat besar (
Pada kitab at-Tadzkirah, Imam al-Qurthubi mengatakan bahwa api ini muncul laksana gempa bumi yang sangat dahsyat, dimulai pada hari Rabu di bulan Jumadil Akhir dan akan berlanjut selama dua hari penuh. Api muncul di al-Harrah yang merupakan tanah bebatuan yang membatasi Madinah. Api menjadi sangat besar hingga meleburkan gunung yang dilaluinya.
Imam Qurthubi mengatakan bahwa salah satu aspek yang menakjubkan dari api ini, disamping intensitasnya, adalah para saksi mata yang menuturkan angin dingin di Madinah. Seorang saksi di Madinah berkata, “Aku melihat api muncul di udara selama sekitar lima hari, dan aku mendengar orang-orang bisa melihatnya juga dari Makkah dan Basrah”.
Imam Nawawi mengatakan, “Penjelasan dari orang-orang Syam yang melihat kejadian api ini merupakan bentuk mutawatir (sangat banyak orang yang mengatakan kejadian sama, dan tidak memungkinkan mereka untuk bersekongkol membuat sebuah kebohongan – pen)”
Al-Hafidz Ibnu Katsir juga menceritakan sejumlah kisah mengenai api ini. Berikut salah satu cerita saksi mata yang disbutkan Ibnu katsir, “Dari cahaya api tersebut, manusia dapat menulis surat (di malam hari) di Taima. Kami berada di rumah kami sepanjang malam tersebut, dan seolah terdapat lampu yang menyala di tiap-tiap rumah kami. Api tersebut tidak panas, tidak juga membakar, tetapi ukurannya sangat besar. Sesungguhnya api tersebut adalah salah satu pertanda dari Allah azza wa jalla
Dalam Kitab Dzur Raudatain, Syaikh Syihabuddin Abu Shamah, seorang pakar hadist dan guru besar sejarah pada zamannya, menuliskan bahwa ia telah menemukan surat yang menjelaskan peristiwa besar yang terjadi pada tahun 654 H.
Salah satu surat yang ditemukan Abu Shamah itu ringkasannya sebagai berikut:
“Pada Rabu malam, tanggal 3 Jumadil Akhir, di tahun 654 H terdengar sura ledakan yang sangat keras di madinah. Suara itu diikuti dengan gempa bumi yang mengguncang tanah, dinding, atap, pepohonan, dan pintu. Hal ini berlangsung hingga hari Jum’at, tanggal 5 pada bulan yang sama. Setelah itu, muncul api yang sangat besar juga di al-Harrah (tanah bebatuan yang membatasi Madinah), dekat Quraizhah”
“Pemandangan yang kami saksikan ini tampak seperti contoh (dalam skala kecil) seperti yang telah diberitahukan Allah subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya: ‘Sungguh Neraka itu melontarkan bunga api sebesar dan setinggi istana. Seolah-olah ia iringan unta yang kuning’ (QS. Al-Mursalaat (77): 32-33)”
“Api itu ‘memakan’ bumi dengan sangat dahsyat. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi setelah semua ini, dan saya tidak dapat menjelaskan dengan kata-kata. Semoga Allah akan menjadikan akhir yang baik”
11. Melemahnya Masyarakat Muslim
Dari Thauban radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidak lama lagi, bangsa manusia akan memanggil satu sama lain dari semua horizon (dari segala penjuru – pen), sebagaimana mereka memanggil satu sama lain untuk hidangan mereka”.
Thauban radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kami bertanya, ‘Ya Rasulullah, apakah itu terjadi karena jumlah kami sedikit?’”
Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bukan, justru pada saat itu jumlah kalian banyak, tetapi kalian akan menjadi Ghuta, seperti ghuta (buih yang berkumpul dipermukaan air) di lautan. Rasa takut dan gentar (pada diri kalian) akan dihapuskan dari hati musuh-musuhmu, dan al-Wahn akan ditanamkan ke dalam hati kalian”.
Para sahabat bertanya, “Apakah al-Wahn itu ya Rasulullah?”
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Rasa cinta yang berlebihan kepada dunia dan takut mati”
(HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Abu Nu’aim. Al-Albani menyatakan hadist ini shahih)
Kecintaan pada dunia hingga ingin hidup lebih lama adalah fenomena yang sudah terjadi pada saat ini. Betapa gemerlap dunia menyilaukan sebagian orang hingga mereka melupakan Sang Penciptanya. Sehingga mereka mulai menghalalkan segala cara untuk meraih kenikmatan sesaat di dunia bahkan mereka takut mati karena enggan meninggalkan kehidupannya saat ini...
Demikianlah bagian kedua dari tulisan ini, semoga dapat diambil hikmah dan manfaatnya minimal sebagai penambah pengetahuan tentang beberapa tanda-tanda menjelang Hari Kiamat seperti yang telah diberitakan oleh Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.
Wallahualam bishshawwab
Billahi taufiq wal hidayah
Wasalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Insya Allah Bersambung...
Note
[1]. Catatan (Tulisan) ini dibuat dari berbagai sumber, diantaranya:
a. Tanda-Tanda Hari Kiyamat Besar dan Kecil, karya Awadh bin ‘Ali bin ‘Abdullah. Terjemah oleh : Muh. Khairuddin Rendusara, Islamhouse.com. 2009.
b. Tanda-tanda Kecil Hari Kiamat, dari buku ‘Smaller Signs of The Day’, karya Muhammad bin Bayyumi. Terjemah oleh: Aish. Terdapat dalam buku ‘Semalam Saja di Neraka, karya Nurul Mubin. DIVA Press, Jogjakarta. 2008.
c. An-Nihayah Fitanun wa Ahwalun Akhir az-Zaman, karya Ibnu Katsir. Dalam edisi Indonesia, ‘Huru-hara Hari Kiamat’, terjemah oleh: H. Anshori Umar Sitanggal dan H. Imron Hasan S.Ag. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2010.
d. Ringkasan Shahih Muslim, karya Muhammad Nashiruddin al-Albani, terjemah oleh: Elly Lathifah, SPd. Gema Insani Press. Jakarta. 2007. Bab Kitab Fitnah.
e. Sumber-sumber lainnya yang dapat dipercaya (Insya Allah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar