Bismillahir-Rahmanir-Rahim ...
Lelaki itu terpekur diatas sajadahnya. Hatinya begitu gelisah.Air mata masih terus meleleh membasahi wajahnya yang selalu bersinar karena air wudhu.Berat rasanya melakukan semua ini. Bayang bayang sang istri tercinta,menari nari di benak nya.Tapi semua memang harus dilakukan demi kebaikan keluarga dan kedua buah hatinya. Ia bukan sosok lelaki pengobral cinta,juga bukan lelaki yang suka menghianati istrinya. Sama sekali bukan. Justru ia adalah sosok lelaki yang yang sangat shaleh dan santun dalam kesehariannya.Ia hanya berusaha melakukan yang terbaik untuk kedua buah hatinya,bukan menghianati istri nya.
Laki laki itu meraih sebuah foto perempuan yang sangat dicintainya.Sejenak,ia memandangi foto itu dan membelainya dengan airmata yg masih terus mengalir.Ia terus menangis atas keputusan yang telah diambilnya.Hatinya sedikit bimbang,apakah ini benar atau salah.Hatinya berbisik mesra,seolah tengah berkata pada istri tercinta.
“ Duhai kekasih,tak kan hilang dirimu dalam hatiku.Kupastikan nama dan segala kenangan tentang dirimu kan selalu hidup dalam sanubariku.Walau pada saatnya nanti keadaan meniscayakan seseorang menempati posisimu dalam kehidupanku,cintaku pada mu akan selalu terjaga dalam taman kasih sayang Nya..Sungguh..dari awal kita berjumpa,aku memang sangat mencintaimu karena-NYA.
Jangan kau menuduhku menghianati cinta kita berdua,dan akupun tidak sedang berkata bahwa aku tak sepenuhnya mencintai dirinya.Aku berharap kau mengerti,dan aku yakin kaupun memahami.Cinta kita adalah milik kita berdua, cintaku dengannya….ah…..kuharap kau melakukan hal yang sama. Bukan atas nama penghianatan,tapi atas nama penjagaan diri,keluarga dan kehormatan. Bukankah ini yang dulu telah kita ikrarkan?”
===00===
Pagi yang cukup cerah, pagi dimana sepuluh tahun yang lalu lelaki itu mengucapkan janji suci meminang perempuan yang amat dicintainya.Pagi dimana sepuluh tahun yang lalu keduanya mengikat janji untuk selalu menjaga cinta dan kesetiaan mereka.Kicauan burung dan hembusan angin yang sepoi-sepoi,seolah turut mengantarkan lelaki itu berjalan menuju sebuah tempat yang teramat sangat istimewa. Setidaknya bagi dirinya. Karena disana,ia bisa bermesraan sepuasnya dengan istri tercinta. Bercakap-cakap berdua,tentang masa lalu mereka,tentang kisah cinta mereka,dan tentang kemesraan yang terjadi antara mereka berdua.
“ Qabiltu nikahaha wa tazwijaha,Alifa binti Hamzah Assidiqi liy nafsiy bimahril madzkuur haalan.”
Saat itu, sepuluh tahun yang lalu,semuanya terasa begitu tenang. Tak ada sedikitpun awan yang menutupi megahnya biru langit-NYA. Mataharipun tersenyum manja dengan tidak terlalu menampakkan sinar panasnya,dan angin berhembus tenang,menggerakkan dedaunan dan rerumputan yang seolah terlihat bagai balerina dengan gerakannya yang memesona. Semua seolah ingin menyaksikan sebuah perjanjian yang terucap untuk mengikat dua manusia berbeda jenis untuk menjadi satu. Sebuah perjanjian yang setara dengan perjanjian Rabb dengan Rasulnya. Miitsaqan Ghaliidza.
Lelaki itu terus berjalan menuju tempat itu untuk menemui istri tercinta.Tak kuasa ia menahan airmata. Ada rasa bersalah atas apa yang telah ia putuskan ini,Tapi, demi kebaikan kedua buah hatinya,ia harus tetap melakukannya. Airmata terus membanjiri matanya setelah ia hampir sampai di tempat tujuannya.Bayangan istri tercinta semakin tampak jelas di benaknya.
Kaki lelaki itu bergetar tatkala ia telah sampai di tempat tujuannya.Begitu juga dengan hatinya yang turut merasakan getaran itu. Ini tak seperti yang biasa ia rasakan ketika ia datang ke tempat ini untuk menemui istri tercinta. Hampir setiap hari ia mendatangi tempat ini,dan perasannya selalu membuncah bahagia.Tapi rupanya tidak untuk hari ini,karena ia membawa segunung beban yang harus ia sampaikan pada istri tercinta. Lelaki itupun terpekur tempat itu, tempat dimana perempuan yang sangat dicintainya tertidur untuk selamanya…!! Tempat yang menjadi peristirahatannya,setelah ia syahid karena berjuang melahirkan anak kedua mereka tiga tahun lalu. Lelaki itu tertunduk pilu,dihadapan gundukan tanah kuburan istrinya. Ia kembali menangis. Hatinya kembali berbisik,seolah kembali berkata dengan sosok istri tercinta.
“Duhai istriku..hari ini aku datang bersama kedua buah hati kita yg sangat berharga.Sekarang Alif sudah besar..Meskipun ia tak sempat merasakan kasih sayangmu, tapi ia tahu bahwa kau sangat menyayanginya.Lihatlah itu Sayang… Alif tengah tersenyum manja.Dan senyumannya itu,sama persis dengan senyumanmu ketika kau tengah merajuk manja padaku. Aku masih ingat,Sayang….Saat aku tengah berkutat lembur dengan tugas –tugas kantor di depan laptopku,kau selalu merajuk manja dengan meminta tidur di pangkuanku sampai aku selesai dengan semua itu..Kau bilang,kau tak bisa tidur sendirian tanpaku.Ah…kau memang manja,tapi aku menyukainya. Dan pada akhirnya,kau pun terlelap di pangkuanku dan aku harus menggendongmu karena kau tak pernah mau berjalan sendiri ketika aku telah selesai dan membangunkanmu untuk pindah ke ranjang kebesaran kita.
Mungkin dirimu bertanya, siapa sosok yang sedang menggendong dan bercanda dengan Alif..Dia adalah…ah.. sebetulnya aku tak sampai hati mengatakannya padamu karena aku tak mau melukaimu..Tapi…. maafkan aku,Sayang…
Hari ini kami datang, di atas batu nisan peristirahatanmu,berdoa demi keselamatanmu,dan keselamatan kami semua.Mungkin bukan restu,tapi kami ingin memberitahumu bahwa beberapa hari lagi kami akan menikah.Dan anak-anak kita akan kembali merasakan kehangatan,kasih sayang,dan cinta seorang ibu.Ya.. Perempuan berjilbab biru itu sebentar lagi akan menjadi istriku. Jangan cemburu,Sayang….Lihatlah airmataku yang terus meleleh ini. Ini tanda bahwa sesungguhnya aku merasakan beratnya beban yang kurasa dari keputusan yang kuambil ini.Kumohon..jangan anggap ini sebagai sebuah penghianatan.Semua kulakukan demi kebaikan..
Laki laki itu menarik nafas panjang dan menghapus air matanya yg masih terus meleleh..
“Ketahuilah Sayang..Ini keputusan terberat yang aku ambil selama aku mengenalmu.Tapi aku ingat janji yang kita buat dulu saat malam pertamaku bersamamu.Saat itu kita berjanji untuk membina sebuah keluarga yang penuh cinta dalam keimanan dan ketaatan pada NYA. Ada satu kalimatmu yg melatariku mengambil keputusan ini.Kau sudah membuatku berjanji untuk melakukan segala yang terbaik untuk kebahagiaan keluarga kita berdua.
Sayang…Ini keputusan terbaik yang bisa kubuat.Aku bukannya sedang ingin meminta ijinmu untuk memulai sebuah kehidupan baru tanpa kehadiranmu.Bagiku,bagi buah hati kita,dan baginya,kau adalah bagian dari kami yang tak pernah tergantikan,apalagi dilupakan atau hilang..
Hari ini aku datang memperkenalkan seorang anggota baru dalam keluarga kita berdua.Bagiku,dialah pendamping kehidupanku kini,pengganti tugasmu yang telah usai karena kau telah berpulang padaNYA.Dia adalah sosok ibu dari anak anak kita berdua sebagaimana insya Allah,kaupun adalah ummi bagi anak anak kami nanti.Kumohon, anggaplah dia sebagai adik bagimu.
Duhai istriku,tenanglah kau di sisi-NYA.Usah kau gelisah dalam tidur panjangmu.Kami akan melanjutkan apa yang pernah menjadi janji suci kita berdua.Tenanglah kau disana,nantikan kami hingga saatnya nanti kita kembali berkumpul bersama sebagai keluarga yang bahagia di syurga-NYA..”
Laki laki itu menghapus airmatanya, dan beranjak pergi dari sana bersama calon istri dan kedua anaknya. Hatinya kini lega,karena ia tahu,pasti sang istri tercinta juga setuju dengan keputusan yang diambilnya.
Hatinya tiba-tiba berdesir. Angin yang berhembus tenang,menimbulkan perasaan tenang dalam hatinya. Seolah membisikkan kata,tentang seuntai mutiara dari istri tercintanya,sebagai jawaban atas apa yang baru saja disampaikannya.
“ Duhai suamiku tercinta..,aku tahu bahkan sangat tahu bahwa kau tak mungkin menghianati cinta dan kesetiaanku,karena cinta dan kesetiaanmu padaku tak perlu diragukan lagi..Aku sama sekali tidak keberatan Sayang…Aku justru bangga padamu.. Lakukanlah wahai lentera hatiku, aku ihlas… aku ridha.. karena aku tahu,sampai kapanpun hatiku dan hatimu akan tetap menyatu.. Sayang….kaulah imam terbaikku,dan sampai kapanpun kau akan tetap jadi imam kebanggaanku.. Kutunggu kau untuk berkumpul lagi bersamaku,bersama keluarga baru kita,kelak di syurga-NYA..”
Lelaki itu tersenyum penuh arti. Bismillah…ia yakin untuk melakukan keputusan ini. Semesta seolah turut bertasbih, seiring tasbih cinta yang terpatri dalam dada,untuk sang istri tercinta yang kan selalu tetap ada,meskipun ia telah tiada.
“ Terimakasih, Sayang…. “ Gumamnya pelan.
” Duhai pendampingku, akhlakmu permata bagiku..buat aku makin cinta..Tetapkan selalu janji awal kita bersatu..Bahagia sampai ke syurga..”
By : Vicky Zawiyah Sirul Barokah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar