Banyak yang mengira berselingkuh itu nikmat. Di dalam alam bawah sadar perselingkuhan itu menyenangkan namun disaat kesadarannya telah pulih maka batin menjadi tersiksa, penyesalan berkepanjangan apabila perbuatannya diketahui oleh pasangan hidupnya. Tentu saja yang menjadi korban bukan hanya dirinya tetapi juga pasangan dan anak-anak yang tidak berdosa juga menjadi korban secara psikologis mengalami guncangan. Saran saya, jangan bermain api. Nanti terbakar.
Pernah saya bertemu dengan seorang laki-laki muda di Rumah Amalia. Ia tidak bisa melupakan kekasih gelapnya namun ia ingin melepaskan darinya. Ia merasa malu pada istrinya, malu pada orang lain, kenapa ia bisa berselingkuh dengan perempuan lain. Ia merasa berdosa atas semua perbuatan yang dilakukan. Perbuatan itu sudah setahun lalu dilakukan. Pada dasarnya dirinya bukan laki-laki yang mudah tergoda, pertemuan itu bukanlah disengaja, kebetulan ada kegiatan bersama dan kekasihnya yang mengejar-ngejar tetapi begitu sudah mendapatkan malah ia yang tergila-gila padanya.
Lantas mengapa perselingkuhan itu terjadi? Awalnya ia melakukan hanya ingin menunjukkan ego laki-laki yang menganggap dirinya mampu menggaet perempuan yang lebih cantik dari istrinya. ia lakukan karena istrinya pekerja keras dianggapnya terlalu cuek dan telah merendahkan harga dirinya sebagai suami. Namun belakangan yang terjadi malah sebaliknya. Keadaannya malah membaik, ia merasakan ada perubahan dari sikap istrinya, lebih banyak perhatian dan waktu untuknya. Kenyataannya sekarang malah dirinya yang tersiksa, sakit dan merasa berdosa dan hina. Kemudian ia berisiniatif untuk bershodaqoh dan berdoa bersama di Rumah Amalia. 'Mas Agus, tolong bantu saya agar terlepas dari perasaan salah dan bisa kembali bersama keluarga.' Ucapnya penuh isak dan tangis. Saya mengajaknya untuk memperbanyak istighfar. Memohon ampun kepada Allah dan berjanji untuk tidak mengulangi lagi perbuatannya. Selanjutnya kami berdoa bersama.
Beberapa hari kemudian ia bersama istri datang kembali ke Rumah Amalia. Kondisinya semakin membaik, sedikit demi sedikit. Keluarga itu telah kembali rukun dan bahagia. Semuanya bersyukur kepada Allah atas ujian yang telah dilalui dan kasih sayang Allah yang telah menyelamatkan keluarganya dari kehancuran. Subhanallah.
'Tanamkanlah kesabaran dalam menghadapi segala kesulitan, bencana dan kesengsaraan. Kesabaran merupakan akhlak yang mulia. Bersandarlah kepada Allah dan mintalah senantiasa perlindunganNya dari segala bencana dan penderitaan. Jangan berharap pertolongan dan perlindungan dari siapapun kecuali hanya kepada Allah.' (Ali bin Abi Thalib).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar