Saya teringat pada suatu hari ada seorang teman mengatakan tidak betah tinggal di Jakarta. "Kenapa?" tanya saya. "Karena di Jakarta sudah kehilangan sisi yang paling manusiawi,"katanya. "Tidak juga,"jawab saya. "Saya hampir setiap hari selalu bertemu dan beregur sapa dengan setiap orang. Di jalan saya bertegur sapa dengan tetangga, dengan tukang ojek, OB, satpam di kantor, bahkan teman-teman di dunia maya kami saling mendoakan,"lanjut saya.
"Tapi kenapa ya saya merasa kering?" tanyanya.
"Kekeringan itu terjadi karena kita terjebak dalam ritme pekerjaan yang cenderung monoton. Coba Mas, lepaskan pikiran kita dari keterkungkungan rutinitas pekerjaan dengan melakukan aktifitas seperti berbincang, bercerita, guyon untuk menumbuhkan sisi yang paling manusiawi pada diri kita," tutur saya padanya.
Hari sudah mulai gelap, adzan maghrib berkumandang. Hana berlarian menyambut saya. "Ayah kita sholat," kata Hana. Kami berdua sholat berjamaah di masjid al-hikmah. Sementara istri saya sholat di rumah sambil berbenah rumah. Setelah saya pulang dari masjid HP saya berdering, ternyata temannya Mbak Meidy sudah sampai di kompleks Peruri. Saya bersama Hana putri saya, menjemputnya. Sesampai di Rumah Amalia saya sempat berbincang. Kami bercerita tentang anak-anak Amalia. Sekardus besar kue kami bagikan untuk anak-anak Amalia. Wajah mereka terpancar senyuman. Tak lupa kami dan anak-anak Amalia memanjat doa, "Semoga Alloh SWT melimpahkan semua kebaikan, kesehatan, rizki dan keberkahan untuk Mbak Meidy dan keluarganya..Amin..

Tidak ada komentar:
Posting Komentar