Sabtu, 10 Desember 2011

Suami Yang Setia Karena Allah

Di Rumah Amalia pernah ada seorang teman yang berbagi kebahagiaan. Ia seorang ayah sekaligus suami yang setia berusaha mempertahankan rumah tangganya ketika terkena prahara. Ya, itulah prahara kehancuran, rasa tak berharga dan hidup sebagai orang yang kalah. Disaat rumah tangganya sedang bermasalah ia berbincang dengan seorang teman kerjanya, temannya mengatakan, "Kamu gila aja mempertahankan rumah tangga, istrimu sudah tidak mencintaimu, sudah tidak dihargai oleh istri, apa sih untungnya mempertahankan rumah tangga? Lebih enak bercerai, tinggalin aja tuh istri yang makan hati, buang waktu, menyia-nyiakan hidup saja bertahan dalam pernikahan dengan istri seperti itu."

Ia menghela napas panjang mendengar penuturan temannya, ia sama sekali tidak pernah terbayang teman baiknya menjadi kompor yang membara, membakar rumah tangganya. Namun ia tetap memilih untuk setia mempertahankan rumah tangga bukan karena istri dan juga bukan karena anak. Namun karena Allah. Disisi lain, banyak teman-teman yang mengatakan bahwa jika ia bertahan dalam luka hati itu hanyalah tindakan orang yang bodoh. Untunglah kekuatan doa bersama dan keikhlasan dalam menjalani hidup untuk mempertahankan rumah tangganya dengan mengharapkan keridhaan Allah membuahkan hasil. Kesetiaannya sebagai seorang suami mampu meluluhkan hati sang istri. Air matanya mengalir disaat dirinya, istri dan anaknya sholat berjamaah, selesai sholat istri mencium tangan suami dan membisikkan kata ditelinganya, "Maafin mama ya pah, mamah salah.." penuh isak dan tangis keduanya berpelukan dengan penuh cinta serta kasih sayang. Anaknya turut dipeluknya. Subhanallah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar