Selasa, 04 September 2012

Menikah Dalam Senyuman

Wajah bapak nampak lebih tua dari usianya, jas hitam pinjaman saudara tak mampu menyembunyikan kegelisahan hatinya. Beliau mendekati dan diusap kepala putrinya paling disayang, paling dimanja, meski tidak dengan materi. Pengorbanan bapak membiayai kuliah bahkan sampai mengantarkan kestasiun Kereta Api sewaktu hendak ke Bandung. Karier dan pendidikan semua bisa diraih dengan mudah, kariernya melejit dengan pesat, kebutuhan sehari-hari bapak dan ibu mampu dipenuhi dari gaji yang diterima. Pernah menyampaikan keinginan untuk memberangkatkan umroh bapak dan ibu namun bapak menolaknya, "Bapak, hanya ingin melihat kamu menikah.." begitu tutur bapak bagai menghunjam ulu hati, terasa perih terluka yang mampu meneteskan air mata. Sakit hati dan kecewa seolah menyatu, marah dan benci namun juga rasa sayang kepada bapak dan ibu tak mampu untuk berkata-kata.

Disetiap malamnya selalu bersujud memohon kehadirat Allah, ingin sekali membahagiakan kedua orang tua agar bisa segera menikah. Pada minggu pagi kedatangannya di Rumah Amalia untuk berbagi, "Hanya keridhaan Allah yang saya harapkan.." ucapnya, Air mengalir tak terasa, doa dan harapan untuk membahagiakan kedua orang tua segera terwujud. Subhanallah, Allah seolah menunjukkan KemahabesaranNya, prosesnya begitu cepat, laki-laki yang hampir seusia dikenalnya pada kegiatan sosial menyatakan kesungguhan untuk mengajaknya menikah. dua kemudian bersama keluarga besarnya calon suami datang melamar. Sampai waktu pernikahan tiba seolah bagai mimpi. Detik-detik akad nikah melihat bapaknya tersenyum, air matanya bening menetes dipipinya merasakan kebahagiaan dihati kedua orang tuanya. Bersyukur kepada Allah akhirnya mampu mewujudkan impian kedua orang tuanya, menikah dalam senyuman dan kebahagiaan, meraih keluarga sakinah mawaddah warahmah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar