Senin, 08 Januari 2007

Keluarga Tentram Dan Bahagia

Kualitas manusia akan diketahui dan teruji hanya setelah mereka hidup berpasangan, karena dalam hidup berpasangan akan dapat diketahui kualitas, kapasitas dan sifat-sifat kemanusiaannya. Dalam hidup pernikahan itulah seseorang teruji kepribadiannya, tanggung jawabnya, keibuannya, kebapakannya, perikemanusia­annya, ketangguhannya, kesabarannya dan seterusnya. Begitu besar makna hidup berumah tangga sampai Nabi mengatakan bahwa di dalam hidup berumah tangga sudah terkandung separuh urusan agama. Separoh yang lainnya tersebar pada berbagai bidang; sosial, ekonomi, politik, kebudayaan dst.

Dalam surat ar Rum 21 tadi disebutkan bahwa Allah menciptakan manusia dengan setting berpasangan dalam hidup perkawinan agar pasangan itu memperoleh ke­tenteraman, memperoleh sakinah.

Dalam al Qur’an manusia disebut dengan istilah basyar dan insan. Basyar artinya manusia dalam pengerti­an persamaan fisik. Sedangkan insan mengandung pengertian psikologis. Kata insan terambil dari kata nasia yansa yang artinya lupa, dari kata ‘uns yang artinya mesra, juga dari kata anasa yanusu yang artinya bergejolak. Jadi manusia pada dasarnya adalah makhluk yang memiliki tabiat mesra, tetapi suka lupa dan memiliki gejolak ke­inginan yang tak pernah berhenti. Selagi manusia dalam keadaan lupa diri dan dalam pengaruh gejolak ke­inginannya, maka ia tidak dapat merasakan ketenangan dan ketenteraman hidup. Nah dalam hidup berpasangan suami isteri itulah dimaksud supaya manusia me­nemukan ketenteraman, yang diperindah dengan kemesraan. Rumah tangga yang ideal itu bagai­kan lautan tak bertepi, segala ketegangan, kegelisahan, kecemasan, kesepian dan kelelahan akan hilang jika orang berlabuh dalam pelabuhan cinta mesra suami isteri.

Apakah otomatis? tidak, sudah barang tentu tidak, tergantung apakah persyaratannya itu dipenuhi atau tidak. Menurut hadis Nabi, suatu rumah tangga akan mem­peroleh ketenteraman dan kebahagiaan manakala dipenuhi pilar-pilarnya:
Artinya : Jika Allah menghendaki suatu rumah tangga itu baik, maka Allah akan memudahkan terciptanya ke­adaan-keadaan sebagai berikut:
1. Ada kecenderungan kepada agama di dalam rumah tangga itu,
2. Yang muda menghormati yang tua,
3. Di dalam kehidupan sehari-hari mereka bergaul secara lemah lembut,
4. Sederhana dalam membelanjakan harta,
5. Mau interospeksi sehingga mereka mudah bertaubat. (H.R. Dailami)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar