Jumat, 28 Maret 2008

Hakekat Cinta

Ketika istri saya mengatakan belanja bulan ini berkurang karena buat jalan-jalan anak pengajian ke Ragunan saya bilang nanti juga ada gantinya. Sampai pada satu hari istri saya bertanya kenapa mas agus tidak pernah ngatakan tidak dari apa yang semua dia sampaikan. Saya bilang padanya itulah hakekat cinta.

Hakekat cinta adalah kepercayaan pada pasangan hidup kita dengan segala kelemahan dan kelebihan. Bila suami atau istri melemah pasangannya-lah yang menguatkan, bilang suami atau istri membelot pasangannya-lah yang bertugas meluruskan.

Sifat egois dan tinggi harga diri sering mendistorsi persepsi. Ada ungkapan dalam psikologi komunikasi yang berbunyi “word don’t mean, people mean”, bahwa kata-kata itu tidak punya arti apa-apa, oranglah yang memberi arti. Ada orang tanpa beban apa-apa membeli mobil baru karena memang membutuhkan, tetapi tetangganya ada yang memberi arti sombong, sok, mentang-mentang, tak menenggang perasaan dan sebagainya. Dalam rumah tangga , sifat egois dan tinggi harga diri sering mengubah keadaan yang normal menjadi tidak normal, apa yang sebenarnya biasa-biasa saja, proporsional, dipersepsi sebagai tidak menghargai, menyakiti dan sebagainya, sehingga apa yang semestinya seiring sejalan berubah menjadi ada yang ngerjain dan ada yang merasa menjadi korban.

Ada isteri atau suami yang merasa selalu disakiti, padahal tidak ada yang menyakitinya, merasa tidak dihargai, padahal begitulah keadaan pasangan hidupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar