Senin, 01 September 2008

Ketika Tika Menangis

Tika air matanya menetes. Katanya mamahnya sakit. Sejak kelas lima Mantika sudah ditinggal ayahnya, Sekarang tika duduk dikelas 1 SMP. tika selain bersama ibunya juga dengan kakak laki-lakinya. Sejak tadi sore tika hanya duduk memegang buku iqro'nya. Air matanya menetes sambil mengusap hidungnya yang mungil.

Bagi anak-anak yang memiliki kedua orang tua tentunya berbeda dengan anak yang ditinggal ayah atau ibunya. Kesedihannya juga bisa saya rasakan, begitu pedih dan memilukan. Apa lagi anak perempuan memiliki kecenderungan begitu dekat dengan ayahnya.

Dulu pernah tika juga tidak masuk sekolah. setelah ditanya, dia sedang rindu dengan ayahnya. sebuah kerinduan seorang anak pada ayahnya.

"Tika nggak usah nangis, nanti nanti biar kakak yang mengajak mamah pergi berobat..ya" kata istri saya. sore itu anak-anak penutupan pengajian. banyak anak-anak yang sudah datang dari sejak sore. Selain membawa makanan sendiri juga disedian bingkisan buat anak-anak. Kesedihan mantika menjadi kesedihan juga buat teman-temannya dan kami sekeluarga.

Isak tangis tika menjadi berhenti ketika kita bersama-sama bernyanyi, "matahari terbenam hari mulai malam, terdengar suara adzan suaranya merdu, Allohu akbar, Allohu akbar, Alloh Maha Besar" Mantika mulai tertawa.

Memperlakukan terhadap anak-anak yatim piatu harus disamakan bagaikan kita memperlakukan keluarga sendiri yang terdekat. Seruan agar kita peduli terhadap anak-anak yatim piatu, Sebagaimana firman Alloh SWT. dalam QS [An-Nisâ'] 4:7, 10 dan 11. Hal itu akan membawa dampak positif yaitu Alloh SWT akan melindungi kita dan keturunan-keturunan kita dari segala duka cita.

Sungguh orang-orang yang memuliakan anak yatim mendapat hak istimewa bersama Baginda Nabi Muhamad SAW. Mengingatkan saya pada hadis, "Aku dan pengasuh anak yatim (kelak) di syurga seperti dua jari ini." Rasulullah berkata seperti itu sambil menunjuk jari telunjuk dan jari tengah dan merepatkan keduanya. (H.R Bukhori).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar