Minggu, 04 April 2010

KEKAYAAN LAHIR DAN KEKAYAAN BATIN


Saat berbicara tentang kekayaan, saya mendengar orang mengatakan,

“Ah, yang penting kaya batin.”

Ini memang benar. Bahkan ada sebuah hadits yang mengatakan hal seperti ini. Kaya secara batin lebih penting daripada kaya secara lahir. Sudahkah Anda membangun kekayaan batin Anda?


Sebuah hadits Rasulullah saw
“Yang dinamakan kekayaan bukanlah banyaknya harta-benda tetapi kekayaan yang sebenarnya ialah kekayaan jiwa (hati).” (HR. Abu Ya’la)

Jika kita melihat hadits lain, seolah terjadi kontradiksi,

“Harta kekayaan adalah sebaik-baik penolong bagi pemeliharaan ketakwaan kepada Allah.” (HR. Ad-Dailami)

Justru pada hadits kedua, Rasulullah saw mengatakan bahwa harta bisa menjadi penolong ketaqwaan. Hadits ini juga sesuai dengan hadits lain yang mengatakan bahwa kefakiran bisa mendekatkan kepada kekafiran.

Apa artinya? Jelas, Rasulullah saw tidak mungkin salah. Keduanya benar. Masih banyak hadits dimana Rasulullah saw lebih mementingkan kekayaan hati dan juga menganjurkan dan memuji kekayaan. Artinya, keduanya juga boleh. Miskin atau kaya secara materi adalah pilihan.

Rasulullah saw memiliki penghasilan besar, namun semua penghasilan digunakan untuk dakwah. Begitu juga dengan beberapa sahabat beliau, banyak orang kaya. Namun mereka tetap sederhana dan menggunakan kekayaannya untuk dakwah.

Hikmah kedua ialah, kekayaan batin adalah jalan menuju kekayaan lahir. Tentu saja jika kita memilih untuk mendapatkan kekayaan lahir. Seorang yang kaya batin, mereka akan rajin beribadah. Do’a orang yang rajin ibadah akan dikabulkan. Jadi jika orang-orang shalih minta harta, Allah akan mengabulkannya.

Orang yang kaya batin akan rajin bersedekah. Sementara banyak hadits yang mengatakan bahwa jika kita bersedekah maka akan diganti puluhan kali lipat. Inilah mengapa, jika seseorang yang sedang kesulitan materi bertanya kepada ustadz Yusuf Masyur, justru malah disuruh bersedekah.

Orang yang kaya batin akan banyak menolong orang. Sementara orang yang suka menolong sesama akan ditolong oleh Allah. Orang kaya batin akan banyak bersyukur. Sementara QS Ibrahim: 7 mengatakan bahwa Allah akan menambah nikmat orang yang bersyukur. Juga, taqwa dan tawakal akan menjadi dia menjadi orang yang rezekinya dicukupkan oleh Allah.

Salah satu “hobi” Syekh Abdul Qadir Zailani adalah memberi makan orang miskin selain berceramah. Konon, setiap hari. Saya juga banyak melihat, orang-orang shalih seolah begitu gampang mendapatkan rezeki. Pernah ada seseorang yang datang kepada seorang ustadz untuk meminjam uang. Ternyata sang ustadz sedang tidak punya uang. Apa yang dikatakan ustadz?

“Sekarang saya tidak punya uang. Coba besok kesini lagi.”

Ternyata, semalaman sang ustadz berdo’a dan shalat malam demi ingin menolong tetangganya itu. Tetangganya pun datang pagi-pagi sekali. Sang ustadz langsung memberikan sebuah amplop yang masih tertutup. Katanya, “Tadi subuh ada orang yang mengantarkan amplop ini. Saya tidak tahu berapa isinya. Bawa saja.”

Saya yakin, jika orang yang kaya hati mau memiliki kekayaan materi, bukan suatu hal sulit. Jika Allah sudah menolong, apa yang sulit? Mari kita berdo’a, semoga kita menjadi orang yang memiliki kekayaan batin atau hati
=================================
http://www.motivasi-islami.com/artikel/kekayaan-batin-dan-kekayaan-lahir/
oleh :catatan aku diriku)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar