Minggu, 01 Mei 2011

::: Gosip...Gosip...Gosip :::

Gosip merupakan sebuah kata yang lumayan popular saat ini. Disadari atau tidak, disengaja atau tidak, menggosip sudah menjadi bagian dari kegiatan sehari-hari. Percakapan tanpa dibumbui gosip terasa tidak menarik walaupun mereka mengetahui bahwa menjadi bahan gosip tidak menyenangkan.

Beberapa orang berpendapat bahwa menceritakan seseorang sesuai fakta yang ada, sesuai dengan apa yang dilihat dan didengar, tidak termasuk menggosip.

Lalu, apakah sebenarnya menggosip itu? .

Diriwayatkan dari Nabi saw kata-kata berikut, Nabi berkata, “Tahukah Anda apa menggosip itu?”
Orang berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Kemudian beliau berkata,
“Menggosip berarti bahwa Anda berkata tentang saudara Anda suatu hal yang menyakitinya.”
Seseorang berkata, “Tetapi bagaimana kalau yang saya katakan tentang dia itu memang benar?”

Nabi menjawab, “[Dinamakan] menggosip hanya bilamana hal itu sesungguhnya benar, bila tidak maka Anda memfitnahnya.” .

Rasulullah mendefinisikan arti menggosip dengan jelas, sehingga sudah selayaknya perbuatan menggosip dijauhi.

Abu Hamid al-Ghazali dalam bukunya Ihya’ ‘Ulumud-Din telah menguraikan beberapa perbuatan yang digolongkan dalam menggosip, yaitu:

1. Mengolok-olok seseorang atau membuatnya nampak terhina.

2. Membuat orang tertawa dan memamerkan kegembiraannya sendiri.

3. Mengungkapkan perasaan seseorang karena pengaruh marah dan berang.

4. Mengukuhkan keunggulan diri dengan berbicara buruk tentang orang lain.

5. Menyalahkan hubungan atau keterlibatan seseorang dalam suatu hal; yakni, bahwa suatu keburukan tertentu tidak dilakukannya tetapi dilakukan oleh orang lain.

6. Menyesuaikan diri dengan suatu kelompok ketika dalam kumpulan mereka supaya tidak merasa terasing.

7. Melecehkan seseorang yang dikhawatirkan akan membeberkan kesalahannya sendiri.

8. Mengalahkan pesaing dalam perilaku yang serupa.

9. Mencari kedudukan di hadapan seseorang yang berkuasa.

10. Mengungkapkan kesedihan bahwa si Anu telah jatuh ke dalam dosa.

11. Mengungkapkan keheranan, misalnya sungguh mengherankan bahwa si Anu telah melakukannya.

12. Mencerca si pelaku suatu perbuatan ketika mengungkapkan kemarahan atasnya.

Namun, dalam beberapa hal, mengungkapkan kesalahan atau mengkritik tidak termasuk sebagai golongan menggosip, yaitu:

1. Apabila orang tertindas mengadu tentang si penindas untuk mendapatkan perbaikan.“Allah tidak menyukai ucapan buruk (yang diucapkan) dengan terus terang, kecuali oleh orang yang teraniaya …” (QS. 4:148)

2. Untuk menceritakan kesalahan seseorang sementara memberi nasihat bukanlah menggosip karena kecurangan dan sikap bermuka dua tidak diizankan dalam memberi nasihat.

3. Apabila dalam hubungan dengan mencari persyaratan atas perintah agama penyebutan nama seseorang tertentu rak terelakkan, maka menyebutkan kesalahan orang seperti itu sekadar.

4. Untuk menyampaikan penyelewangan atau kecurangan yang dilakukan yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud untuk menyelamatkan seorang Muslim dari bahaya.

5. Menceritakan kesalahan seseorang di hadapan orang yang dapat mencegahnya melakukan perbuatan itu.

6. Kritik dan ungkapan pendapat tentang periwayat.

7. Apabila seseorang mengetahui benar tentang kekurangan seseorang lain, kemudian ia menceritakan kekurangan itu untuk mendefinisikan kepribadiannya, misalnya menggambarkan orang tuli, bisu, pincang atau bunting sebagaimana adanya.

8. Menggambarkan kekurangan seorang pasien kepada seorang dokter dengan tujuan bagi perawatan.

9. Apabila ada orang mengakui silsilah secara batil lalu seseorang membeberkan silsilahnya yang sesungguhnya.

10. Apabila nyawa, harta atau kehormatan seseorang hanya dapat dilindungi dengan memberitahukan kepadanya tentang suatu kesalahan orang.

11. Apabila dua orang membicarakan suatu kesalahan orang lain yang sudah diketahui oleh keduanya, walaupun mengelakkan diri dari membicarakannya itu lebih baik karena mungkin salah satu dari keduanya telah melupakannya.

12. Membeberkan keburukan orang yang secara terbuka melakukan keburukan, sebagaimana dikatakan oelh sebuah hadis, “tak ada gosip dalam hal orang yang telah merobek-robek tirai malu”.

Dapat dikatakan, yang menjadi pembeda antara keduanya adalah niat, bila percakapan dengan niat untuk menjelek-jelekkan seseorang dan membuat orang lain merasa teraniaya dikategorikan sebagai menggosip namun percakapan dengan niat untuk membuat sadar seseorang tidak dikategorikan sebagai menggosip.

Hanya Allah Yang Maha Mengetahui lebih mengetahui apa yang tersembunyi di dalam hati manusia.
Percakapan yang tidak bermanfaat memang lebih baik dijauhi seperti kata pepatah ‘Diam itu Emas’.

Wallahualam.

by :Kalipaksi Jaladara


Tidak ada komentar:

Posting Komentar