Rabu, 04 April 2012

::: Untaian Hikmah Ibnu 'Athaillah : Berjuang Dari Aib Menuju Yang Gaib :::

“ Sangatlah dungu orang yang menginginkan terjadi nya sesuatu yang tidak dikehendaki Allah pada suatu waktu “ (17)

KITA SERING keliru menyikapi pengabulan atas doa.Ini disebabkan kita tidak menakar kedudukan kita di sisi Allah , tetapi malah mempertanyakan kedudukan Allah di sisi kita . Allah menyapa kita dengan sangat terang melalui asma terindah-Nya . Sayangnya , kita tidak menghiraukan sapaan – Nya dan lebih memperhatikan permintaan kita kepada-Nya . Kehadiran-Nya yang nyata terhijab oleh khayalan kita semata . Padahal , apa yang kita inginkan senantiasa dikabulkan menurut kadar-Nya , bukan menurut kadar kita. Sesuai dengan kehendak-Nya , bukan sesuai dengan kemauan kita . Berserahlah pada keputusan – Nya .
Tundukkan keinginanmu pada kehendak-Nya . Engkau terpilih engkau tak akan tersisih.

***
“Menunda beramal guna menantikan kesempatan yang lebih luang , termasuk tanda kebodohan diri”(18)

SALAH SATU nikmat yang paling berharga adalah waktu luang. Karena itu , sangatlah tidak cerdas orang yang selalu menjadikan waktu luang sebagai alasan menunda amal saleh yang mestinya segera dikerjakan . Ini terjadi karena dominasi nafsu dalam diri. Kesadarannya terkalahkan oleh kecenderungannya . Ia tidak mampu mengelola dirinya dengan baik dan tidak pandai menyikapi kondisi . Bukankah dalam hidup ini kesempatan dan kesempitan , kesenangan dan kesedihan terus berputar ? Dan bukankah pula setiap kondisi selalu diiringi dengan ujian ? JANGAN MALAS ... BILA TIDAK INGIN TERGILAS.

***
“ Jangan engkau meminta kepada Allah untuk dikeluarkan dari satu kondisi guna dipekerjakan pada kondisi lain . Sebab , jika memang menghendaki tentu  dia akan mempekerjakanmu tanpa harus mengeluarkanmu ( dari kondisi sebelumnya )” (19)

HIDUP ITU pergulatan panjang . Bila kita tidak ingin lelah , sebaiknya ikuti saja irama-Nya . Kita tidak perlu mencoba beralih dari satu keadaan ruhani, ke keadaan ruhani yang lain . Karena , pada setiap episode hidup, kita sebenarnya sedang diajari untuk memiliki sikap ruhani yang cerdas. Kita tidak juga layak menentukan tahapan-tahapan perilaku kita. Sabar, syukur, tobat,  dan tawakal senantiasa meliputi keadaan yang kita alami. . Tugas kita hanyalah menjalani apa yang harus kita alami . Yakinlah , bila Allah menghendaki, bisa saja engkau menjadi pribadi yang senantiasa memiliki sifat berserah , tetapi juga tetap sabar. Nikmatilah jamuan-Nya tanpa perlu menanyakan ramuan-Nya.

***
“Ketika tekad salik hendak berhenti manakala melihat hal gaib , ia segera di seru oleh suara hakikat, ‘Yang kau tuju masih di depan.’ Serta ketika lahiriah alam terlihat indah olehnya , maka hakikat nya berkata , “ Kami hanyalah ujian . Jangan sampai engkau kufur karena tertipu!”” (20)

MELIHAT SESUATU ( yang batini ) di balik sesuatu ( yang lahiri ) adalah fenomena spiritual yang bisa menggelincirkan . Menikmati kedamaian dalam ritual pendekatan diri kepada-Nya juga bisa menjadi kepuasan yang melalaikan . Sebab , lorong kehidupan ini sangatlah panjang . Setiap penyingkapan bisa saja benar benar merupakan anugerah dari-Nya . Tetapi , sangat mungkin merupakan godaan yang menyesatkan. Wajar bila banyak dari para penempuh jalan ruhani ( salik ) justru berhenti di tempat yang tak seharusnya mereka tertipu oleh banyaknya “ pemandangan “ menakjubkan selama berada dalam perjalanan . Yang lebih memprihatinkan , di antara mereka banyak yang “ mencuri “ dari ladang kesadaran , buah yang berubah menjadi makanan beracun ( Q.2: 102 ).Jangan mudah terpana agar engkau tak merana

***
“ Engkau meminta dari Allah berarti menuduh-Nya . Engkau meminta kepada-Nya berarti mengumpat-Nya . Engkau meminta kepada selain – Nya  berarti engkau tak punya rasa malu kepada-Nya . Dan engkau meminta dari selain – Nya berarti engkau jauh dari – Nya “ (21)

INI TENTANG sikap dan perilaku hamba saat berhubungan dengan-Nya. Membutuhkan – Nya tetapi abai terhadap aturan-Nya.Menjadikan-Nya sandaran harapan tetapi menduakan-Nya . Mengaku berserah tetapi serakah pada nikmat-Nya, Padahal , Allah tidak memerlukan tuntutan apa pun dari hamba-Nya . Allah sempurna sepenuhnya, seutuhnya. Tidak akan ada yang luput dari – Nya. Jangan mengadu pada selain-Nya . Engkau hanya harus terus menghadirkan kesadaran dalam diri bahwa Dia senantiasa hadir dalam setiap gerak hidupmu. Sapalah Dia di mana pun engkau berada; senyumlah karena-Nya pada setiap yang engkau jumpai. Bekerjalah dengan tulus dan wajar maka bagian hidupmu akan terhampar.

***
“ Pada setiap tarikan napas terdapat takdir Allah yang berlaku atas dirimu” (22)

NAPAS ADALAH momen . Entahlah , apakah kita masih bisa menjaga momen tersebut dengan baik atau tidak.Kesadaran spiritual mengajarkan kepada kita bahwa setiap embusan nafas kita adalah “ tanda “ hadir-Nya dalam kehidup kita. Manusia yang cerdas pastilah tidak akan menyia-nyiakan anugerah yang satu ini . Sebab , bila “ tanda “ hadir-Nya berhenti, selesailah semua bentuk perjalanan . Hilanglah semua momen dan tertutup kesempatan . Cobalah memulai menghargai napas-(momen)-mu, rasakan kelembutan-Nya pada setiap tarikannya.Dan engkau akan menemukan semua menjadi begitu beharga

***
“ Jangan menantikan rampungnya urusan dunia sebab hal itu bisa membuatmu lupa kepada Allah dalam kondisi yang telah Dia tetapkan untukmu.” (23)

APA PUN jabatan, pekerjaan, atau aktifitas duniawi kita sepatutnya tidak menghalangi kita untuk terus berbenah . Upaya mendekatkan diri kita kepada Allah memang harus melalui pemenuhan kewajiban agama (syariat). Mulailah meniti kesadaran dalam diri agar engkau mudah menata keserasian dengan makhluk-Nya . Engkau akan tetap merasakan bersama-Nya dalam keramaian makhluk-Nya . Jangan sesekali engkau mangkir dari kewajibanmu menemui – Nya . Engkau akan kehilangan kesempatan yang menyenangkan bersama – Nya . Dan engkau terjerat pada kenikmatan semu bersama makhluk-Nya . Apa yang bisa kita nikmati dari “ bayang-bayang “?

***
“Jangan merasa aneh dengan banyaknya kekeruhan selama engkau berada di dunia . Sebab yang ia tampakan hanyalah yang memang layak dan mesti menjadi sifatnya”(24)

PERCAYALAH, SEGALA sesuatu di dunia ini fana dan sementara . Hanya Dia yang sempurna . Hanya Dia yang mutlak . Karena itu , janganlah berlebihan menyikapi kesulitan hidup. Sebesar apa pun, ia akan makin mengecil & sirna . Seberat apa pun , ia akan makin ringan dan hilang. Kesulitan hidup , kesengsaraan , dan penderitaan tidak akan berkembang dan tumbuh seperti tanaman . Biarkan saja kesulitan hidup menderamu, teruskan saja langkahmu . Sebab , dari setiap yang dihadirkan-Nya untukmu selalu disertai kebaikan buatmu. Tersenyumlah , jadikan derita seperti cerita indah yang mengagumkan.

***
“Permintaan tidak tertahan selama engkau memohon kepada Tuhan. Namun, permintaan tidak mudah dicapai bila engkau mengandalkan dirimu sendiri”(25)

BEGITU MUDAH dan indah bila kita hidup terus berserah. Tak ada cemar , tak ada hati jadi “ memar “ , bila kepada yang Mahabenar kita bersandar . Sungguh , semua pengabulan telah tersedia dihadapan kita.Bila kita berdo’a, itu semata tegur sapa akrab seorang hamba kepada Tuhannya . Tetapi, hidup menjadi melelahkan bila kesombongan tak terlelehkan . Ambisi meraih semua menghadirkan lupa dan sikap putus asa . Layakkah menjadi tuhan untuk diri sendiri? Segeralah berlari pada-Nya... 

***
“ Diantara tanda sukses di akhir perjalanan adalah kembali kepada Allah sejak permulaan.”(26)

MEREKA YANG sejak awal bersandar , semangatnya tidak akan mudah pudar . Mereka yang sejak awal berserah tidak akan gampang berkeluh kesah. Inilah tanda bahwa mereka telah meraih keberhasilan dari perjuangannya sejak awal. Karena menyadari kehadiran-Nya di awal , dan di akhir rentangan perjuangan , mereka teguh dalam meneliti perjalanan . Adakah yang rugi bila sandarkan diri pada Yang Mahaakhir? Mulailah berpikir , nikmatilah dzikir

***
“ Siapa yang awal perjalanannya bersinar , akhir perjalanannya juga akan bersinar “ (27)

PERJALANAN HIDUP kita sangat dipengaruhi oleh motif. Apa pun yang kita kerjakan , Apa pun profesi yang kita jalani . Orang yang motivasi hidupnya hanya digerakan oleh naluri semata , ia akan menempuh kesuksesan dengan segala cara . Mungkin saja , setiap proses yang ia jalani menghasilkan prestasi atau keuntungan. Tetapi, bisa dipastikan , keberhasilannya tidak banyak memberi manfaat . Bukannya memperoleh ketentraman , ia didera tekanan demi tekanan batin. Bila motivasi hidup seorang digerakan oleh fitrah, ia akan tenang bersama-Nya. Menempuh Proses dalam pemeliharaan-Nya.Meraih keberhasilan dalam keakraban dengan-Nya. Mereka kaya sekaligus tercerahkan.Hati terjaga, karunia-Nya berlipat juga . Benahilah ...

***
“Apa yang tersimpan dalam rahasia batin , pasti pengaruhnya tampak pada anggota lahir” (28)

BERHATI-HATILAH DENGAN lintasan batin. Sebab , yang tersembunyi bagi kita , bagi–Nya tetaplah nyata.
Bukankah banyak hal terjadi dalam kehidupan nyata berawal dari lintasan yang kadang sudah terlupakan? Yakinlah , yang hari ini tak mungkin , suatu saat bisa jadi lumrah. Begitu pun dengan perilaku batin kita yang tersembunyi . Kita hanya butuh waktu untuk menyaksikannya menjadi perbuatan lahir. Karena itu , mulailah belajar melepaskan ikatan kepalsuan dan kepura-puraan hidup. Hadirlah dalam hidup ini secara tulus dan wajar. Agar kita lebih siap dengan apa pun yang akan tersingkap , dalam kebaikannya maupun keburukannya .Selami diri. 

***
 “ Betapa jauh bedanya antara orang yang berdalil bahwa adanya Allah menunjukan adanya alam, dan orang yang berdalil bahwa adanya alam menunjukan adanya Allah. Orang yang berdalil dengan adanya Allah mengerti kebenaran adalah bagi Pemiliknya, sehingga ia menetapkan segala perkara dengan merujuk kepada asalnya . Sedangkan berdalil untuk adanya Allah adalah karena tidak sampai kepada-Nya . Betapa tidak ! Bilakah Allah itu gaib sehingga diperlukan bukti untuk mengetahui adanya Allah? Dan bilakah Dia itu jauh sehingga benda-benda alamlah yang mengantar kepada-Nya” (29)

INI TENTANG perbedaan sudut pandang . Menuju ke arah yang sama dengan penilaian yang berbeda. Yang pertama, menemui-Nya melalui ciptaan-Nya . Menyadari kesempurnaan-Nya melalui kesempurnaan alam semesta. Meyakini keesan-Nya melalui keanekaragaman alam semesta.
Yang kedua , menyadari-Nya lebih dahulu untuk kemudian menemukan-Nya dalam hamparan alam semesta.
Pendapat kedua ini dipegang oleh ahli makrifat. Buat mereka , Allah tidak pernah “ absen “ dalam setiap kesempatan . Allah senantiasa hadir dan dekat. Kitalah yang harus membuktikan ada-Nya dan mencapai-Nya bila kita berada begitu “ jauh “.Pertanyaannya , sudahkah kita melewati salah satu atau kedua cara diatas? Mengenal-Nya melalui nalar ilmiah atau pengalaman amaliah?

***
“ Hendaklah orang yang mempunyai keluasan harta berdema menurut kemampuannya , “ ditujukan kepada mereka yang telah sampai kepada Allah. “ Dan siapa yang disempitkan rezekinya , hendaknya mendermakan apa yang diberikan Allah kepadanya” ( 2. 65:7 ) , ditunjukan kepada mereka yang tengah menuju Allah.” (30)

DALAM SETIAP tahapan perjalanan menuju-Nya dibutuhkan kesadaran untuk memberi manfaat kepada sesama . Mereka yang telah “ melampaui “ perjalanan dan mendapatkan keluasan dalam pengetahuan
( tercerah ) sangatlah dianjurkan oleh-Nya untuk mau “ melayani “ sesama . Sebagaimana layaknya pelayan , apapun kebutuhan orang yang dilayani seyogyanya mampu ia penuhi . Sebab , semakin sering dan tulus melayani , ia akan menemukan kemurahan-Nya makin berlimpah . Tidak ada upah yang ia harapkan , karena hatinya telah menjadi gudang kekayaan itu sendiri .
Sedangkan mereka yang masih “ melewati “ dan masih memiliki banyak kekurangan , cukuplah bagi nya membiasakan “ berbagi “ . Tidaklah pantas bila kita yang seharusnya sudah “ melayani “ malah bersikap sekadar “ berbagi “ malah memaksakan diri untuk “ melayani “ . Karena itu , bersikap wajarlah agar tidak kecewa.

***
“ Orang-orang yang mengarungi perjalanan menuju Allah mendapat hidayah lewat cahaya menghadapkan wajah pada-Nya . Sementara orang-orang yang telah sampai kepada Allah mendapat cahaya yang terlimpah dari-Nya . Yang pertama menuju kepada cahaya , sementara yang kedua dituju oleh cahaya karena mereka hanyalah mengarah kepada Allah ; bukan kepada selain – Nya . Katakan , “ Allah ,” lalu biarkan mereka bermain-main dalam kesibukan mereka ( 2 6:92 )” (31)

TENTU SANGATLAH wajar bila kita memperoleh cahaya tawaruh ( ibadat ) untuk senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya karena kita istiqamah menjalankan kewajiban-kewajiban agama. Cahaya itulah yang mengantarkan kita memiliiki sikap “ berserah “ dan “ percaya “ sepenuhnya kepada Allah . Pada tingkatan ini , kita terliputi oleh cahaya islam dan iman . Dan sangatlah pantas bila kita memperoleh cahaya muwajahah
( makrifat ) sebab terperihalanya keterikatan batin kita dengan-Nya dalam kondisi apa pun. Artinya , bila kita ingin keluar dari kegamangan hidup dan tekanan , tidak ada jalan lain kecuali belajar membiasakan ibadah secara istiqamah , menghidupkan perbuatan baik , dan memperbaiki niat . Bila ingin tenang bersama-Nya dalam hidup ini , kita mesti mengutamakan-Nya dari pada selain-Nya . Itulah “ kebijakan spiritual “ , kearifan menyikapi hidup. Luruskan niat.

***
“ Keinginanmu untuk mengetahui aib-aib tersembunyi dalam diri lebih baik daripada keinginan untuk mengetahui hal-hal gaib dari pada keinginan untuk mengetahui hal-hal gaib yang tersembunyi darimu “ (32)

SUNGGUH MENGGELIKAN orang-orang yang terus-menerus membanggakan kemampuannya mengetahui segala yang dianggap “ misteri “ . Alih-alih kemampuannya tersebut mampu membawa hidup dalam kesejahteraan, yang terjadi malah jiwa nya merintih penuh kesengsaraan. Banyak dari kita yang masih menghubungkan kesuksesan dan kegagalan hidup mereka  pada faktor gaib. Faktor tersembunyi itu kadangkala malah dibuat-buat . Penuh permainan membahayakan dan kepalsuan . Padahal , yang harus kita lakukan adalah menggali lebih dalam setiap bentuk kekurangan ( aib ) dalam diri . Sikap inilah yang menentramkan  , karena jauh dari menghadirkan sakwasangka dan permusuhan . Bila sikap ini menjadi kebiasaan , kita akan lebih banyak memperoleh pencerahan hidup. Berpalinglah dari “ dukun “ maka hidupmu akan aman dan rukun.

***
“ Allah tidak teralingi . Engkaulah yang teralingi dari melihat-Nya . Sekiranya ada sesuatu yang mengalingi Allah , sesuati itu akan menutupi-Nya . Dan sekiranya ada tutup baginya , tentu ada batasan bagi wujud-Nya . Dan sesuatu yang membatasi tentu menguasai yang dibatasi, padahal, “ Allah Maha Berkuasa atas semua hamba-Nya” ( Q.6:18). (33)

SERING KALI ketika kita terjerumus dalam perbuatan dosa , lalu terhijab dari melihat kemurahan-Nya . Padahal , Allah sungguh mahakuasa atas segala sesuatu , tidak ada yang mampu membatasi-Nya . Menuduh-Nya tidak memahami keadaanmu adalah fakta bahwa dirimu tidak pernah mengenal-Nya . Kenalilah dia dalam dirimu , dan pada setiap tanda kehadiran-Nya dalam kehidupan ini . Maka engkau akan mengerti bahwa Dia sempurna ada-Nya. Basuhlah dosa-dosamu maka engkau akan merasakan sentuhan kehangatan-Nya . Engkau akan senantiasa melihat-Nya dalam setiap gerak dan diammu 

***
“Keluarlah dari sifat-sifat manusiawimu , yaitu dari semua sifat yang bertentangan dengan penghambaanmu , agar engkau dapat menyambut seruan Allah dan dekat dengan hadirat-Nya” (34)

ADAKAH ORANG yang menolak kebenaran dan meremehkan orang lain , mendekat dengan benar pada sumber kebenaran ? Bagaimana mungkin ada pengabdian ( Ibadah ) bila kita tidak merasa diri sebagai hamba-Nya. Bersikaplah selayaknya sebagai hamba ; hiduplah dalam keberserahan sepenuhnya. Agar hatimu jernih mendengar panggilan-Nya . Agar jiwamu damai bersama-Nya. Sungguh , bila engkau menyadari kehambaanmu di hadapan-Nya , engkau akan menikmati “ jamuan “ terindah dari-Nya . Jauhkan segala bentuk tabiat menyimpang agar langkahmu mendekati-Nya gampang . Jadikan hatimu lapang , agar nafsumu tak menentang. Engkau akan temukan daya panggil menuju-Nya lebih kuat daripada daya tarik pada apa pun 

***
“ Pangkal segala maksiat , kelalaian , dan syahwat adalah pengumbaran nafsu . Dan pangkal segala ketaantan , kewaspadaan , dan kebajikan adalah pengekangan nafsu . Bersahabat dengan orang bodoh yang tidak memperturutkan hawa nafsunya lebih baik bagimu ketimbang bersahabat dengan orang pintar yang memperturutkan hawa nafsunya. Kepintaran apalagi yang dapat disandangkan pada orang pintar yang selalu memperturutkan hawa nafsunya? Dan kebodohan apalagi yang dapat disandangkan pada orang bodoh yang tidak memperturutkan hawa nafsunya?” (35)

ORANG CERDAS adalah mereka yang mampu mengendalikan diri. Bergaul dengan orang seperti ini pastilah lebih aman. Sebab , pengendalian diri merupakan perjuangan yang paling berat , besar, dan melelahkan. Tidak ada kata berhenti kecuali nanti saat kita mati. Bila engkau temukan orang seperti ini , rangkuhlah menjadi sahabatmu. Jangan pedulikan status pendidikannya . Ini tidak ada kaitannya dengan gelar akademis ataupun prestise . Merekalah orang-orang yang layak memberi “ warna “ dalam kehidupan kita.
Bersama mereka, kita akan mudah “ tercelup” dalam celupan-Nya . Lalu , teladanilah kemampuan mereka menjaga potensi kebaikan . Sadarilah potensi keburukanmu dengan bercermin kepada mereka . Telitilah lebih jauh apa yang menghalangimu menikmati ketaatan , dan apa yang membuatmu terdorong kepada kemaksiatan . Menagkanlah ...
(Ibnu ‘Athaillah, Al-Hikam )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar