Rabu, 04 April 2012

::: Untaian Hikmah Ibnu 'Athaillah : Berserah Pada Takdir dan Anugerah :::

“Termasuk tanda pengandalan pada amal ialah berkurangnya harapan ketika ada kesalahan “ (1)

TIDAKLAH MUDAH melepaskan diri dari keterikatan hati pada apa yang kita kerjakan. Kita bahkan sering memenuhi pikiran dan perasaan kita dengannya. Bukan hanya saat mengerjakan , tetapi terlebih sesudahnya. Tentu ini karena kita ingin sempurna melewati semua proses kerja ( amal ) hingga akhir . Akhirnya tanpa kita sadari , kita lupa menempatkan Allah dalam perbuatan dan Tindakan kita ( Q. 53: 24-25 ) . Padahal , kita mestinya  “ melibatkan “ –Nya sejak awal agar apapun hasilnya tidak mengubah kedudukan kita di sisi – Nya.Maka, bekerja keraslah sembari tetap beribadah. Beribadahlah dengan benar dan ikhlas maka bekerja pun menjadi lepas. Bila tergoda, senantiasalah luruskan niat.

***
 “Keinginanmu untuk melulu beribadah padahal Allah masih menempatkanmu pada posisi harus berusaha ( mencari nafkah ) termasuk syahwat yang samar.Sebaliknya , keinginanmu untuk  berusaha padahal Allah telah menempatkanmu pda posisi melulu beribadah merupakan bentuk penurunan semangat dari tekad yang tinggi.” (2)

ALLAH TELAH menentukan peran unik setiap kita dalam hidup. Dengan hiasan karakter dasar yang mengiringinya . Untuk yang satu ini, kita sebaiknya bersikap menerima ( Q. 28:26 ). Tentu , tidaklah mudah untuk belajar menjalani “ peran bawaan “ ini-menjadi “ khalifah di bumi “ dalam bagiannya masing-masing karena itu , kita mesti menerima dengan wajar perbedaan peran satu sama lain . Biarkanlah ada diantara kita yang “ memperkenalkan “ diri pada khalayak ramai untuk membawa mereka kepada kesejahteraan hidup. Biarkan juga diantara kita ada yang tetap “ tersembunyi “ untuk menjaga keseimbangan hidup. Dalam bahasa awam, kita boleh beraktifitas di dunia formal maupun informal, memperoleh profit ataupun benefit , sepanjang tidak melupakan keterkaitan kita dengan Allah.Dengan begitu , kita akan lebih mudah menerima “ kenyataan “ bersama – Nya.

***
"Menggebunya semangat tak akan mampu menerobos benteng takdir"  (3)

Pertemuan antara kehendakmu dan kehendak-NYa bagaikan angin yang membatasi busur panahmu dengan sasaran. Meskipun perhitunganmu sangat akurat, bisa saja angin "membelokkan" busurmu ke arah yang lain. Tugasmu hanyalah memfokuskan perhatianmu pada sasaran, mempersiapkan segala kemungkinan untuk berhasil "membidik" tepat sasaran. Selanjutnya, biarkan ketentuanNya yang bermain (Q. 39: 38). Karena sejujurnya kita memang tidak pernah tahu apa yang akan terjadi saat busur melesat dan mengarah ke sasaran. Berbelokkah atau tetap lurus?

***
“ Istirahatkan dirimu dari ikut mengatur [ urusanmu ]  . Sebab apa yang telah diurus untukmu oleh selainmu tak perlu  lagi kau turut mengurusnya “ (4)

INI KEBIASAAN unik pada manusia pada umumnya. Meskipun sudah “ mewakilkan “ urusan kita pada orang lain , kita terus mencampuri dan melibatkan diri . Inilah yang menyebabkan kita selalu kelelahan dalam hidup ini. Sebab , kita tidak pernah istirahat dari hal-hal yang sesungguhnya sudah diurus orang lain. Begitupun, kita sering “ meragukan “ kekuasaan “ Allah atas apa yang sesungguhnya telah diurusnya oleh – Nya  ( Q. 63:5 ). Karena itu , alih-alih kita damai menjalani kehidupan ini , kita makin tertekan.

***
“ Kesungguhanmu meraih apa yang telah dijamin untukmu dan kelalaianmu mengerjakan apa yang dituntut darimu merupakan bukti padamnya  mata hati. “ (5)

HIDUP ORANG beriman mengalir bersama – Nya ( Q. 16:99 ). Karena Dia-lah Zat Yang Maha Pemberi. Jadi , tidak sepantasnya kita menjalani hidup dengan penuh ketegangan. Sebab ketegangan dan rasa tertekan itulah yang sering menjadikan kita mengejar kebutuhan duniawi dan melupakan kepentingan ukhwari. Kita ibarat orang yang berjuang menggapai kebahagiaan “ sesaat “ untuk penderitaan “ seabad “ . Kita membutakan diri dari penghambaan kepada – Nya dan jatuh pada penghambaan pada dunia

***
Tertundanya pemberian setelah engkau mengulang-ulang permintaan , janganlah membuatmu berpatah harapan. Allah menjamin  pengabulan doa sesuai dengan apa yang Dia pilih untukmu , bukan menurut apa yang engkau pilih sendiri, dan pada saat yang Dia kehendaki, bukan pada waktu yang engkau ingini (6)

Allah lah yang paling tahu keadaan dan keinginan kita. Bahkan saat kita sendiri bingung dengan keadaan yang meliputi kita dan banyaknya keinginan yang mengganggu pikiran kita. Kita saja yang seringkali tidak sabar pada ketentuan-NYA , bisa jadi abai  terhadap setiap “tanda”  pengabulan-NYA. Permintaan kita berubah-ubah , tidak istiqamah. Tetapi pengabulan-NYA  selalu kita tuntut “tunai” . Doa kita perlakukan seperti sebuah garansi tanpa batas. Padahal berulangnya doa tak berarti berturut-turutnya pengabulan. Allah Maha Mengetahui kebutuhan kita. Berserahlah...

***
Jangan sampai tidak terwujudnya apa yang Dia janjikan  membuatmu ragu meskipun waktunya telah jelas.  Hal itu supaya tidak mengaburkan  pandangan mata  hatimu dan memadamkan cahaya lubuk jiwamu (7)

Tidak satupun orang beriman yang tidak yakin akan janji-NYA. Sebab yang diberikan kitab  dan Rasul NYA adalah benar dan pasti terjadi. Kita sungguh tidak layak meragukan kesucian sifat Allah. Apa yang kita anggap tidak sesuai  dengan janji-NYA kadang berkaitan dengan apa yang terjadi dengan kita. Bisa jadi kita sendiri yang hakikatnya belum siap menerima, sebab bergumulnya kelemahan, kekurangan,aib, cela dan sifat buruk dalam diri kita. Sungguh , sikap putus asa terhadap kenyataan yang harus  dijalani dan dialami bisa menjadi “tabir” yang menutupi kejernihan pandangan kita menuju-NYA

***
Jika Allah membukakan jalan bagimu untuk mengenali-NYA , tidak usah peduli meski amalmu masih sedikit. Sebab Dia tidak membukakan jalan tersebut kecuali karena ingin memperkenalkan diri  pada-mu. Tidakkah engkau menyadari bahwa  perkenalan tersebut merupakan  anugerah-NYA untukmu, sementara amal adalah persembahanmu untuk NYA. Tentu saja apa yang kau persembahkan untuk-NYA  tidak bisa dibandingkan dengan apa yang Dia anugerahkan untukmu.(8)
YA HAYYU Ya Qayyum birahmatika astaghitsu... Allah senantiasa memberikan sesuatu sesuai dengan ukuran-NYA . Tidak ada sangkut pautnya dengan kelayakan seseorang menurut ukuran dirinya sendiri. Sungguh betapa banyak dari diri kita yang memperoleh pencerahan spiritual meskipun mereka tidak belajar secara formal. Betapa sering Allah memberikan sapaan-sapaan lembut-Nya kepada mereka  yang “ amal “ nya sedikit, dan bukan kepada mereka yang hidup nya penuh dengan amal . Jadi bukanlah wilayah kita mempertanyakan kebijakan-Nya . Sebab , Allah berbuat menurut kehendak Nya , bukan menurut kehendak hamba-Nya . Jadi, selalu mintalah rahmat-Nya , bukan keadilannya

(Ibnu 'Athaillah, Al-Hikam )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar