Selasa, 06 Januari 2009

Sebuah Harapan

Pagi-Pagi sekali istri saya berkemas membenahi rumah. Rumah kami adalah rumah Ananda, bukan rumah panti asuhan tapi rumah dimana semua anak yatim berteduh dapat menemukan kebahagiaan hidupnya. istri saya pagi ini membeli bantal dan guling buat Icha. Rencananya nanti sore kami mengajak jalan-jalan icha dan tinggal bersama kami.

Istri saya sibuk mempersiapkan segala sesuatunya. dia bersuka cita menyambut Muharram sebagaimana suka citanya menyambut kehadiran icha dirumah kami. Dalam kebahagiaannya, istri berkata, “Cuma satu keinginan saya mas, saya bisa membahagiakan icha, juga anak-anak ananda lainnya, jika kelak saya meninggal nanti anak-anak yatim itu ada yang menangis”

Saya bisa merasakan kebahagiaan itu hadir disaat air matanya yang bening mengalir. Setiap hari senantiasa dengan sabar mengajar mengaji anak-anak. Entah kekuatan dari mana dia memiliki energi yang lebih untuk mengurus rumah, hana, anak-anak pengajian dan juga anak-anak ananda. tentunya saya juga punya harapan yang sama yaitu memasuki diakhir hidup dengan dicintai anak-anak yatim.

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS An-Nisa 36)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar