Senin, 22 Desember 2008

Air Mata Rani

Icha saya panggil untuk duduk didepan. Icha terlihat malu-malu, minta ditemani oleh Rani. Disaat Icha bercerita tentang ayahnya sangat lucu, suka menghibur Icha dan cici Fani (kakaknya) sampai mereka tertidur.

Rani yang duduk disamping Icha, nampak terisak. saya katakan padanya, "sudah Rani, jangan menangis?" "saya pilek kak."jawab Rani. Suasana pagi itu hening. Acara Tafakur Alam Ananda Cinta Alloh terasa syahdu. Icha melanjutkan cerita tentang Sosok sang ayah meninggal karena gagal ginjal.

Terdengar isak tangis Rani tambah keras dan berkata. "Iya kak, Fani (kelas 2 SMP) sewaktu dirumah sakit bersedia menyerahkan ginjal agar ayahnya bisa sembuh tapi oleh dokter ditolaknya."

Isak tangis itu tak kuasa kami bendung, Mas Erry yang nampak cuek nampak tak kuasa menahan air matanya, Mas tarmin meninggalkan tempat karena sudah menangis sejak mendengar penuturan Icha yang polos. Rika, istri saya sudah bercucuran air mata sejak tadi. Mbak meidy tidak lagi bisa membendung.

Seolah kami melihat wajah seorang anak yang sholehah yang merelakan ginjalnya untuk Sang Ayah. "Ya Alloh Ya robb, air mata kami adalah air mata cinta untuknya, limpahkanlah kebahagiaan dalam hidup Fani.."

© Segala puji bagi Alloh yang telah memerintah kami untuk bersyukur dan berbuat baik kepada ibu dan bapak dan berwasiat agar kami menyayangi mereka berdua sebagaimana mereka telah mendidik kami sewaktu kecil.

© Ya Alloh sayangilah kedua orang tua kami. Ampunilah, rahmatilah dan ridhoilah mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar