Kamis, 17 Juni 2010

Cahaya Di Dalam Hati

Di tengah malam bulan pernama bersinar nampak indah. Seorang laki-laki separuh baya sedang duduk termenung di Rumah Amalia. Mendengar lantunan ayat suci al-Quran. Ia dibesarkan dikeluarga yang berada dan berlimpah. Ayah dan ibunya selalu mencukupi semua kebutuhannya bahkan cenderung memanjakannya. Bahkan untuk belajar mengaji, orang tuanya memanggil guru mengaji secara privat.

Namun perjalanan hidupnya penuh liku. Ditengah berlimpahnya harta benda justru dirinya terperosok kepada kubangan yang teramat dalam. Tumbuh dewasa dengan mabuk dan mengkonsumsi pil ekstasi, hampir semua yang terlarang sudah pernah dicobanya.

'Saya tahu Mas Agus semua itu adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah,' tuturnya dengan wajah menunduk.

Perjalanan itu dikenangnya sebagai perjalanan yang pahit dalam hidupnya. Ia menyesali apa yang telah dilakukannya karena tidak mampu menahan diri dari jebakan hawa nafsu yang tak pernah terpuaskan. Sampai pada titik nadir, pernah pada satu malam sedang 'sakauw' sementara tidak ada satu orangpun yang peduli terhadap dirinya. Ia berjanji untuk bertaubat bila Allah berkenan memberikan kesempatan hidup bagi dirinya.

Dengan penuh linangan air mata, ia bertutur, 'Allah masih sayang ama saya Mas, seperti ada cahaya masuk ke dalam hati saya, terasa hangat dan tenteram. Mengajak saya untuk menuju kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Ketika kumandang adzan subuh menggugah saya untuk mengambil air wudlu dan sholat subuh berjamaah di masjid.' Wajahnya terlihat sembab, air matanya terus mengalir tiada henti. Beberapa kali tangannya mengusap air mata yang jatuh dipipnya.

Disaat itu juga dirinya mampu melepaskan diri dari semua jalan yang keliru. Hanya jalan menuju Allah yang menyelamatkan hidupnya. Selain mampu melepaskan diri dari segala bentuk narkoba, cara hidup yang salah semakin mampu mendekat diri kepada Sang Khaliq. 'Dan yang paling indah, saya menjadi mampu membuat hidup saya bermakna dengan bekerja sehingga saya mampu berbagi untuk anak-anak Amalia.' ucapnya.

Berkali-kali terdengar kata mengucap puji syukur kehadirat Allah atas semua karunia yang terlimpahkan pada dirinya. 'Alhamdulillah Mas Agus, semua itu atas kuasa Allah yang telah membuka cahaya dihati saya. Terima kasih Ya Allah..' Malam itu anak-anak Amalia terdengar riuh sedang membaca surat al-Kaustar. Lantunan ayat suci itu membawa kesejukan dihati kami. Sementara hujan rintik-rintik membasahi bumi. cahaya sinar rembulan memasuki relung hati. Wajah laki-laki itu terlihat cerah dalam syukurnya kehadirat Ilahi Robbi.

--
'Buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya, adapun yang memberi manfaat kepada manusia maka ia tetap di bumi.' (QS : al-Ra'd : 17).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar