Kamis, 17 Juni 2010

Kenapa Yahudi Pintar ?

Artikel DR Stephen Carr Leon patut menjadi renungan bersama. Stephen menulis
dari pengamatan langsung. Setelah berada tiga tahun di Israel karena menjalani
housemanship di beberapa rumah sakit disana. Dirinya melihat ada beberapa hal
yang menarik yang dapat ditarik sebagai bahan tesisnya, yaitu, "Mengapa
Yahudi Pintar?"

Ketika tahun kedua, akhir bulan
Desember 1980, Stephen sedang menghitung hari untuk pulang ke California ,
terlintas dibenaknya, apa sebabnya Yahudi begitu pintar? Kenapa Tuhan memberi
kelebihan kepada mereka? Apakah ini suatu kebetulan? Atau hasil usaha sendiri?

Maka Stephen tergerak membuat tesis
untuk PhD-nya. Sekadar untuk Anda ketahui, tesis ini memakan waktu hampir 8
tahun. Karena harus mengumpulkan data-data yang setepat mungkin.

Marilah kita mulai dengan persiapan
awal melahirkan. Di Israel, setelah mengetahui sang ibu mengandung, sang ibu
akan sering menyanyi dan bermain piano. Si ibu dan bapak akan membeli buku
matematika dan menyelesaikan soal bersama suami.

Stephen sungguh heran karena
temannya yang mengandung sering membawa buku matematika dan bertanya beberapa
soal yang tak dapat diselesaikan. Kebetulan Stephen suka matematika.

Stephen bertanya, "Apakah ini untuk anak kamu?" Dia menjawab,
"Iya, ini untuk anak saya yang masih didalam kandungan, saya sedang
melatih otaknya, semoga ia menjadi jenius." Hal ini membuat Stephen
tertarik untuk mengikuti terus perkembangannya.


Kembali ke matematika tadi, tanpa merasa jenuh
si calon ibu mengerjakan latihan matematika sampai genap melahirkan.
Hal lain yang Stephen perhatikan adalah cara makan. Sejak awal mengandung sang
ibu suka sekali
memakan kacang badam dan korma bersama susu.

Tengah hari makanan utamanya roti dan ikan tanpa
kepala bersama salad yang dicampur dengan badam dan berbagai jenis kacang.


Menurut wanita Yahudi itu, daging
ikan sungguh baik untuk perkembangan otak dan kepala ikan mengandung kimia yang
tidak baik yang dapat merusak perkembangan dan pertumbuhan otak anak di dalam
kandungan. Ini adalah adat orang-orang Yahudi ketika mengandung. Menjadi semacam
kewajiban untuk ibu-ibu yang sedang mengandung mengkonsumsi pil minyak ikan..

"Ketika saya diundang untuk
makan malam bersama orang-orang Yahudi, perhatian utama saya adalah menu
mereka. Pada setiap undangan yang sama saya perhatikan, mereka gemar sekali memakan ikan (hanya isi
atau fillet)."


Biasanya kalau sudah ikan, tidak ada daging. Ikan dan
daging tidak ada bersama di satu meja. Menurut mereka, campuran daging dan ikan
tak bagus dimakan bersama. Salad
dan kacang adalah suatu kemestian, terutama badam.


Uniknya, mereka akan memakan buah-buahan dahulu sebelum memakan hidangan
utama. Jangan terperanjat jika Anda diundang ke rumah Yahudi Anda akan
dihidangkan buah-buahan dahulu. Menurut mereka, dengan memakan hidangan karbohidrat (nasi atau
roti) dahulu kemudian buah-buahan, ini akan menyebabkan kita merasa mengantuk,
lemah dan payah untuk memahami pelajaran di sekolah.


Di Israel, merokok adalah tabu,
apabila Anda diundang makan di rumah Yahudi, jangan sekali-kali merokok. Tanpa
sungkan mereka akan menyuruh Anda keluar dari rumah mereka, menyuruh Anda
merokok di luar rumah.

Menurut ilmuwan di Universitas Israel , penelitian menunjukkan nikotin dapat
merusakkan sel utama pada otak manusia dan akan melekat pada gen. Artinya,
keturunan perokok bakal membawa generasi yang cacat otak (bodoh). Suatu
penemuan yang dahsyat ditemukan oleh saintis yang mendalami bidang gen dan DNA.


Perhatian Stephen selanjutnya adalah
mengunjungi anak-anak Yahudi. Mereka sangat memperhatikan makanan. Makanan awal
adalah buah-buahan bersama kacang badam, diikuti dengan menelan pil minyak ikan
(code oil lever).

Dalam pengamatan Stephen, anak-anak Yahudi sungguh cerdas. Rata-rata mereka
memahami tiga bahasa yaitu Hebrew, Arab, dan Inggris. Sejak kecil mereka telah
dilatih main piano dan biola. Ini adalah suatu kewajiban. Menurut mereka
bermain musik dan memahami not dapat meningkatkan IQ. Sudah tentu bakal
menjadikan anak pintar.

Ini menurut saintis Yahudi, hentakan musik dapat merangsang otak. Tak heran
banyak pakar musik dari kaum Yahudi.


Seterusnya di kelas 1 hingga 6,
anak-anak Yahudi akan diajar matematika berbasis perniagaan. Pelajaran IPA
sangat diutamakan. Di dalam pengamatan Stephen, perbandingan anak-anak di
Calfornia, dalam tingkat IQ-nya bisa dikatakan 6 tahun kebelakang!


"Segala pelajaran akan dengan
mudah ditangkap oleh anak Yahudi. Selain dari pelajaran tadi, olahraga menjadi
kewajiban bagi mereka. Olahraga yang diutamakan ialah memanah, menembak, dan
berlari. Menurut teman saya ini memanah dan menembak dapat melatih otak
memfokus sesuatu perkara disamping mempermudah persiapan membela negara."

"
Selanjutnya perhatian saya menuju ke
sekolah tinggi (menengah) disini murid-murid digojlok dengan pelajaran sains.
Mereka didorong untuk menciptakan produk. Meski proyek mereka kadangkala
kelihatannya lucu dan memboroskan, tetap diteliti dengan serius. Apalagi kalau
yang diteliti itu berupa senjata, medis, dan teknik. Ide itu akan dibawa ke
jenjang yang lebih tinggi."

"Satu lagi yang diberi
keutamaan ialah fakultas ekonomi. Saya sungguh terperanjat melihat mereka
begitu agresif dan serius belajar ekonomi. Di akhir tahun di universitas,
mahasiswa diharuskan mengerjakan proyek. Mereka harus mempraktekkannya. Dan
Anda hanya akan lulus jika tim Anda (10 pelajar setiap tim) dapat keuntungan
sebanyak US$ 1 juta! Anda terperanjat? Itulah kenyataannya. "


Kesimpulan, pada teori Stephen adalah,
melahirkan anak dan keturunan yang cerdas adalah keharusan. Tentunya bukan
perkara yang bisa diselesaikan semalaman. Perlu proses, melewati beberapa
generasi mungkin?

Kabar lain tentang bagaimana pendidikan anak adalah dari saudara kita di
Palestina. Mengapa Israel mengincar anak-anak Palestina? Terjawab sudah mengapa
agresi Israel yang biadab dari 27 Desember 2008 kemarin memfokuskan diri pada
pembantaian anak-anak Palestina di Jalur Gaza .

Seperti yang kita ketahui, setelah
lewat dua minggu, jumlah korban tewas akibat Holocaust itu sudah mencapai lebih
dari 900 orang. Hampir setengah darinya adalah anak-anak.

Selain karena memang tabiat Yahudi yang tidak punya nurani, target anak-anak
bukanlah kebetulan belaka. Sebulan lalu, seusai Ramadhan 1429 Hijriah, Ismail
Haniya, pemimpin Hamas, melantik sekitar 3500 anak-anak Palestina yang sudah
hafidz al-Qur'an.

Anak-anak yang sudah hafal 30 juz al-Qur'an ini menjadi sumber ketakutan Zionis
Yahudi. "Jika dalam seusia muda itu mereka sudah menguasai al-Qur'an,
bayangkan 20 tahun lagi mereka akan jadi seperti apa?" demikian pemikiran
yang berkembang di pikiran orang-orang Yahudi.

Tidak heran jika anak Palestina menjadi para penghapal al-Qur'an. Kondisi Gaza
yang diblokade dari segala arah oleh Israel menjadikan mereka terus intens
berinteraksi dengan al-Qur'an. Tak ada yang main playstation atau game. Namun
kondisi itu memacu mereka untuk menjadi para penghapal yang masih begitu belia.
Kini, karena ketakutan sang penjajah, sekitar 500 bocah penghapal al-Qur'an itu
telah syahid.


Perang panjang dengan Yahudi akan
berlanjut entah sampai berapa generasi lagi. Ini cuma masalah giliran. Sekarang
Palestina dan besok bisa jadi Indonesia . Ambil contoh tetangga kita yang
terdekat, Singapura.


Contoh yang penulis ambil sederhana
saja, rokok. Benarkah merokok dapat melahirkan generasi "goblok"?
Kata goblok diambil bukan dari penulis, tapi kata itu dari Stephen Carr Leon
sendiri. Dia sudah menemui beberapa bukti yang menyokong teori ini. "Lihat
saja Indonesia ," katanya seperti dalam tulisan itu.

"Jika Anda ke
Jakarta , dimana saja Anda berada; dari restoran, teater, kebun bunga hingga ke
museum, hidung Anda akan segera mencium asap rokok! Dan harga rokok? Cuma 70
sen dolar! Hasilnya! Dengan penduduk berjumlah jutaan orang, ada berapa
banyakkah universitas? Hasil apakah yang dapat dibanggakan? Teknologi? Jauh
sekali. Adakah mereka dapat berbahasa selain dari bahasa mereka sendiri?
Mengapa mereka begitu sukar sekali menguasai bahasa Inggris? Di tangga
berapakah kedudukan mereka di pertandingan matematika sedunia? Adakah ini bukan
akibat merokok? Anda pikirlah sendiri?"


Sumber : Sabili Edisi No. 16 Th XVI 26 Februari
2009/1 Rabiul Awal 1430H


Tidak ada komentar:

Posting Komentar