Pada suatu hari ada seorang raja yang marah karena kakinya tertusuk duri kemudian memerintahkan semua jalan ditutup dengan kulit binatang. Penasehatnya menyampaikan pesan kepada raja.
'Berapa binatang yang harus dibunuh, paduka? Bukankah lebih arif bila kaki paduka ditutupi dengan sepatu?'
Begitulah ketika seseorang sedang diselimuti dengan amarah, mau memusnahkan semua yang membuat hatinya jengkel. Ia menutupi pikiran sehatnya dan melampiaskan amarah. Pesan indah patutlah kita simak, 'When there's no anger, there's no enemy.' 'Bila marahnya hilang, musuhnya hilang.' Inilah ciri manusia yang sudah memiliki keteduhan dalam hidupnya.
Bila kita sudah mampu membebaskan diri dari kekotoran batin seperti keserakahan, kebodohan dan kemarahan maka yang ada keteduhan bagi dirinya dan orang lain. Hal itu ditandai dengan 'lapar' untuk senantiasa berbuat baik. Keteduhan itu hadir ketika kita mampu berhenti untuk mementingkan diri sendiri seperti kupu-kupu yang keluar dari kepompong diri keakuan, terbang bebas menjadi sosok yang indah dan menawan, hidup dengan penuh kebahagiaan.
--
Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh dengan tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allahlah kesudahan segala urusan ( QS. Luqman : 22).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar