Selasa, 27 Juli 2010

Sesuatu yang perlu dipahami.....

"Mengenal diri, mengenal Tuhan"
Bawa Muhaiyaddeen: Berikut ini adalah sesuatu yang perlu kalian pahami.

Masa hidupmu di dunia, masa kelahiranmu satu-satunya inilah saat ketika engkau menjalani seluruh kelahiran kembali (rebirth). Ada 105 juta kali kelahiran kembali. Setiap hari, engkau terlahir kembali. Setiap munculnya sifat baru di dalam dirimu adalah sebuah kelahiran kembali. Engkau menjalani seluruh kelahiran baru ini dalam rentang kehidupanmu satu-satunya ini.

Perhatikan wajah seseorang, sebagai contoh.
Suatu kali wajahnya tampak sedemikian marah, seperti wajah harimau. Kali yang lain ia menyerupai wajah gelap setan. Dan kali yang lain lagi, wajah yang tadinya ramah tiba-tiba menjadi berkerut. Begitu banyak ‘muka’ di wajah seseorang. Hati dan wajah menggambarkan keadaan seseorang ketika itu, apakah ia senang, sedih, marah, dendam, dan berbagai keadaan lain yang dialaminya. Masing-masing keadaan itu adalah suatu bentuk, suatu “tubuh” yang dikenakan seseorang pada saat itu. Begitulah, tanpa ia sadari, seseorang terlahir kembali ke berbagai bentuk di kehidupannya. Hal ini terjadi setiap saat, baik ketika ia tidur atau bangun, baik ketika ia berpikir atau bermimpi.

Tiap perbuatan di kehidupan ini bisa jadi baik atau buruk, benar atau salah. Di dalam kubur nanti, kita akan ditanya, dan penilaian akan ditentukan. Mereka yang berbuat baik akan memperoleh kebaikan, yang berbuat jahat akan terhukum. Masing-masing orang akan memperoleh apa yang telah diusahakannya.

iKetika Kiamat tiba, Israfil, sang malaikat udara, akan meniupkan sangkakalanya. Ketika itu semua orang akan dibangkitkan, masing-masing akan bangkit dengan bentuk kelahiran kembalinya sesuai dengan sifat atau perbuatannya di dunia. Hanya saat itulah, bentuk atau tubuh yang baru akan dikenakan kepadanya. Bisa jadi ia bertubuh anjing, kucing, tikus, atau makhluk lain, dan hanya dengan tubuh itulah ia akan menghadapi berbagai pertanyaan dan mempertanggungjawabkan seluruh perbuatannya.

Seperti apakah pertanggungjawaban akhir ini? Itu adalah hasil dari segala yang kita bawa. Apa itu surga? Surga adalah segala yang kita bawa bersama kita. Apa itu kebaikan? Kebaikan adalah segala yang kita bawa bersama kita. Untuk setiap perbuatan baik, sekecil apapun, seribu atau bahkan sepuluh ribu keindahan akan ditebar di sana. Sebersit kebaikan akan menjadi ribuan kebaikan. Apa saja yang kita perbuat di dunia ini, baik atau buruk, akan berlipat-lipat ganda yang nanti akan dibukakan untuk kita. Surga adalah sebuah tempat di mana segala perbuatan dan niat baik menjadi ribuan kali bahkan puluhan ribu kali, dan itu semua dipersiapkan bagi kita.

Anak-anakku terkasih, apa makna dari ucapan, “Kita harus mati sebelum mati“? Itu artinya kita harus berjuang agar seluruh sifat-sifat keji, sifat-sifat setan di dalam diri kita itu mati sebelum kematian mendatangi kita. Bila sifat-sifat itu mati, maka keduniaan di dalam diri kita pun akan mati. Dan bila keduniaan di dalam diri kita itu mati, maka segala dosa, makhluk-makhluk jahat dan setan yang bersembunyi di dalamnya pun akan mati. Nafsu dan keinginan akan tanah, emas, dan zina akan mati berbarengan dengan matinya keduniaan kita. Maka yang tinggal hanya Allah dan qudrat-Nya. Bila semua sifat-sifat keji di dalam diri kita itu mati, maka itu lah mati sebelum mati dan hanya sifat-sifat Allah, tindakan dan perilaku-Nya lah yang akan tinggal. Maka tak ada lagi kematian bagi kita. Kita akan menjalani hidup yang kekal, yang sejati. Bila kita menjalani hidup seperti itu, di manakah kita hidup? Kita hidup di dalam surga, kerajaan-Nya.

Seperti itulah, anakku. Bila hari itu tiba, orang seperti itu tak akan lagi masuk ke dalam kubur. Dia akan hidup di surga, karena di manapun ia berada adalah sebuah surga. Ia tak memiliki kematian. Di manapun ia berada adalah istana baginya. Di bumi, ia berada di istana. Di surga, ia pun berada di istana. Ketika dikubur, ia berada di istana. Ia memiliki satu istana di luar dan satu di dalam.

Ada ucapan seorang bijak dari Tamil, “Bila aku gagal di kelahiranku ini, ya Tuhan, adakah kesempatan lain bagiku?” Penjelasannya seperti ini: Kelahiran ini adalah kelahiran kita satu-satunya sebagai manusia dengan potensi kebijaksanaan tertinggi. Bila kita gagal dalam pencapaian di sini, kapankah kita memperoleh kelahiran yang serupa? Tak akan pernah. Bila kita tak mempelajari apa yang seharusnya kita datang untuk mempelajarinya, kita akan terperangkap ke dalam sekian banyak kelahiran kembali. Sifat dan kebijakan kita akan memburuk. Tindakan kita akan memburuk. Bentuk kita akan memburuk. Ini adalah satu-satunya kelahiran kita sebagai makhluk manusia, dan bila kita tidak meraih tingkat kehidupan sejati dengan mati sebelum mati, kita akan sulit beroleh rahmat-Nya. Namun bila kita melepas kesempatan di kehidupan yang ini, maka segenap sifat kebijaksanaan tertinggi akan meninggalkan kita, dan semua sifat kebinatangan, sifat jahat, sifat setaniah akan masuk ke dalam diri kita. Kita akan termangsa oleh amarah dan benci, dan kita akan mengalami banyak kesulitan. Sifat iri dan dengki, dan sifat terlampau membeda-bedakan “aku dan engkau”, “agamamu dan agamaku” akan mencengkeram dan menggiring kita ke tempat yang berbeda. Itu semua akan merubah diri kita. Itu sebabnya dikatakan bahwa bila kita kehilangan kesempatan di kelahiran yang ini, kita pun akan kehilangan bentuk kemanusiaan kita dan terperangkap ke dalam berbagai bentuk lain dan kelahiran kembali. Inilah yang dimaksud oleh para orang bijak itu.

Bila seorang manusia menjadi manusia yang sesungguhnya (insaan), maka hanya akan ada satu kelahiran. Bila segala sifat buruk dan keduniaan di dalam dirinya mati sebelum kematian fisik menjemputnya, maka ia akan mati ke dalam haribaan Allah dan tercerap ke dalam sifat-sifat-Nya. Inilah arti dari ucapan itu. Mengertikah engkau, anakku? Kasih sayangku untukmu.


..........................
.......................................000...................................

Listen to the tree

Seorang murid bertanya kepada Sang Guru, “Di tingkat mana saya berada kini?”

Guru berkata, “Benih mustilah ditanam tepat waktunya. Tatkala ia mulai tumbuh, akar-akarnya menjulur perlahan ke dalam tanah, merambah ke segala arah. Tanaman itu pun berkembang menjadi sebuah pohon, dan pohon itu tumbuh membesar, menghasilkan bunga dan buah-buahan. Tatkala berbuah, buah-buahan itu terpisah dengan tanah. Meski sebuah pohon terhubung dengan tanah di bawahnya, namun buah-buah itu hanya terhubung dengan manusia dan semua makhluk yang memanfaatkannya.

“Anakku, seperti itu jualah kehidupanmu. Engkau telah tumbuh tinggi, seperti pohon, hubungan dan keterikatan dalam pikiranmu, perhatianmu, dan keinginanmu tertuju pada tanah dan dunia ini. Seperti itulah tingkatanmu sekarang.

“Meski demikian, anakku, engkau memiliki suatu keterhubungan di dalam qalb-mu, hatimu, yang berpikir dan mencari Tuhan. Ijinkan aku menjelaskan bagaimana membangun keterhubungan itu. Camkan dan ikuti dengan baik.

“Betapa pun banyaknya perhatian dan keterhubunganmu pada dunia ini, jika engkau ingin mencari Tuhan, jika engkau hendak mengarungi jalan menuju Tuhan ini, maka dirimu, seluruh doa dan sujudmu haruslah bak sebuah pohon: meski tertancap ke tanah, ia menyerahkan buah-buahnya kepada semua makhluk. Meski engkau terhubung ke dunia ini seperti pohon, perhatianmu mustilah seperti buah-buahan itu: doa-doamu, pengabdianmu, ibadah dan sujudmu, sifat-sifat dan tidakanmu musti terhubung dengan Tuhan, dan engkau harus melakukan tugas tanpa mementingkan dirimu sendiri, yang bermanfaat bagi seluruh kehidupan. Maka engkau akan selamat dalam perjalanan menuju Tuhanmu.”

Diterjemahkan dari A Seed Must Be Planted At The Correct Time, buku The Golden Words of a Sufi Sheikh, oleh Bawa Muhaiyaddeen.

* * *

So dear friends, do you remember quotes from Quran:

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimah yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. QS [14]:24 - 25

Salaam.

By : Vicky Robiyanto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar