Minggu, 02 November 2008

Ingatan Itu Menoreh Luka

Malam begitu larut. Mamahnya Mantika bercerita tentang anak pertamanya yang duduk dibangku SMA sudah mulai gemar merokok, suka pulang malam bahkan terkadang tidak pulang ke rumah, entah tidur dimana, tanpa terasa air mata saya mengalir mendengar penuturannya.

Dulu ayahnya Mantika dan saya sama-sama pengajar di salahsatu SMK di Jakarta. Pengabdiannya sebagai guru membuat kami terasa dekat karena ketulusan dan baik budinya. Ketika meninggal, saya sangat kehilangan seorang teman dekat. Itulah sebabnya ketiga anaknya yang ditinggalkan buat saya adalah tanggungjawab untuk menjaganya.

Air mata saya mengalir teringat apa yang pernah Ayah Mantika katakan dengan bangga tentang anak pertamanya, “Pak Agus, lihat saja nanti. Dia akan menjadi anak kebanggaan buat saya. Rajin mengaji dan raport sekolah selalu bagus.” Ingatan itulah menoreh luka yang cukup dalam di hati saya. Ingatan itu begitu melekat yaitu sebuah kebanggan seorang ayah pada anaknya. Akankah saya membiarkan kebanggan itu menjadi sirna? “Tidak” jawab saya.

Saya katakan kepada mamahnya Mantika, saya akan membantu menasehatinya. Keesokan hari saya sempatkan bertemu dengannya, saya ceritakan bagaimana ayahnya yang bangga terhadapnya dan bagaimana sekarang ini ibunya sangat mengkhawatirkan dirinya. Wajahnya tertunduk lama sekali, tak lama dia mengangguk. Setelah itu beberapa hari kemudian nampak ada perubahan sikap dan selalu pulang ke rumah.

---------------------

Anak-anak yatim selalu cenderung untuk nakal dan cuek, hal itu adalah bentuk panggilan Alloh SWT terhadap kita agar lebih menyayangi terhadap mereka, sebagaimana Nabi SAW menyebutkan bahwa dirinya kelak akan bersama orang-orang yang mengasuh anak yatim bagaikan jari tengah dan jari telunjuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar