Selasa, 26 Mei 2009

Mengelola Sampah

Sewaktu Icha masih tinggal bersama kami, pernah suatu hari icha mendapati orang membuang sampah disamping rumah kami tinggal. 'kak agus, ada orang yang membuang sampah disamping rumah, kenapa ya mesti buang sampah ditempat kita?' tanya icha. Saya jelaskan pada icha bahwa mungkin saja orang itu dirumahnya tidak ada tempat sampah.

Kejadian ini sering kita jumpai. Betapa sulitnya mengelola sampah di kota-kota besar seperti Jakarta. Perilaku membuang sampah dirumah tetangga mudahlah dijumpai. Membuang sampah disungai, dijalanan dianggap lazim. Hal ini menandakan bahwa mengelola sampah yang berada dilingkungan kita tidaklah mudah namun mengelola sampah hati seperti kebencian, kemarahan dan keserakahan jauh lebih sulit untuk dikelola.

jika sampah barang dan sampah hati dikelola dengan baik maka kedua sampah akan banyak sekali manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari, seperti semalam anak-anak Amalia diajarkan oleh Mona untuk membuat pupuk organik dari sisa-sisa makanan atau buah2an yang sudah busuk. Mona memperagakan bagaimana mengolah sampah menjadi pupuk dengan cara sederhana dan mudah dipahami oleh anak-anak Amalia. lantas bagaimana dengan sampah-sampah hati? sampah hati mudah sekali kita jumpai acara reality show di televisi, seperti cacian, hujatan, gosip bahkan terkadang fitnah. Mengelola sampah hati berarti tidak membiarkan hati kita terkotori oleh segala kotoran (cacian, hujatan, gosip dan fitnah).

Jika hidup ditengah sampah, jangan lupa untuk menjadikan sampah sebagai pupuk, itulah yang diucapkan mona kepada teman-temannya Amalia. ditangan orang-orang yang mampu mengelola sampah banyak sekali manfaatnya yaitu untuk memupuk tanaman, untuk bunga-bunga yang tumbuh mekar dihalaman rumah dan juga sampah hati untuk memupuk agar hati senantiasa penuh bunga-bunga cinta bagi sesama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar