Minggu, 11 Juli 2010

Wanita Yang Seperti Kota dan Sahara

Ada wanita yang mirip kota yang indah, dan wanita yang mirip padang sahara yang tandus.
Ada juga laki-laki yang mirip laut terbuka, dan ada juga yang mirip dengan selokan tertutup.

Wanita yang mirip kota adalah yang tidak berhenti memberi, baik dalam keadaan sempit maupun lapang, dan baik ada suara anak-anak yang ribut bermain, atau seorang laki-laki yang sedang tenang membaca.

Adapun wanita yang mirip padang sahara , ia berjalan ditengah padang dan mata anda tidak memandang kecuali kepada tebalnya pasir. Ketika dahaga mulai menimpamu, kamu bergegas menuju fatamorgana yang kamu anggap oase. Dan ketika kamu mendekat, fatamorgana itu menjauh darimu.

Ingin tau contoh wanita yang mirip kota dan mirip padang sahara?
Sayyidah Khadijah r.a adalah contoh kota yang sempurna. Begitu juga istri Firaun, Asiyah, adalah kota. sedangkan wanita padang sahara adalah seperti istri nabi Luth a.s.

Khadijah adalah seorang wanita dermawan yang tidak berhenti memberi, serta penyayang yang tidak pernah berkurang. Ia merupakan kedamaian bagi Rasul SAW, tempat berteduh dan melepaskan dahaga.

Sedangkan istri nabi Luth, ia telah mengkhianati keyakinannya (A'qidah), keluar dari tauhid. Ia menjadi padang sahara. Jika orang yang berjalan diatasnya menoleh ke belakang, ia akan celaka.

Siapakah laki-laki yang bagaikan laut?. Yakni, laki-laki yang tenang. Ia tidak pernah di keruhkan oleh sesuatu meskipun ribuan kotoran dilemparkan kedalamnya.
Ia adalah kejernihan yang dapat menjernihkan kekeruhan itu sendiri.
Laki-laki yang bagaikan laut adalah yang di dalamnya sebuah mutiara bersembunyi di dalam kerang. selalu berombak baik dalam keadaan pasang maupun surut bersama gerakan bintang dan bulan.

Adapun laki-laki yang bagaikan selokan adalah laki-laki yang diam, dan tidak mengalir. Keberadaannya bergantung pada proses fisik, ia makan dan minum, tidur dan bangun, serta keluar dan masuk. Tapi ia tidak bermimpi dan tidak pula memiliki kemampuan untuk bermimpi.
Semua nabi adalah contoh laki-laki seperti laut, begitu juga para pejuang yang meninggal dimedan perang (syuhada'), dan juga para wali.
Adapun laki-laki yang bagaikan selokan adalah seperti Abu jahal, Abu lahab, Haman dan Fir'aun.
Seorang laki-laki yang seperti laut , kadang menikah dengan wanita yang seperti padang Sahara. Atau , wanita yang seperti kota menikah dengan laki-laki seperti selokan.

Nabi Luth -yang seperti laut- telah menikahi seorang istri yang seperti Padang Sahara . Sedangkan istri Fir'aun -yang bagaikan kota- telah menikah dengan Fir'aun yang seperti selokan.

Disini , hasilnya menjadi seperti tragedi dalam berbagai bentuk. Sebuah hasil berbeda-beda sesuai perbedaan kondisi. Tapi hasil puncaknya adalah kesengsaraan.

Laki-laki yang seperti Laut akan sengsara jika menikahi wanita yang seperti Padang Sahara. Dan wanita yang bagaikan kota akan sengsara jika menikah dengan laki-laki yang bagaikan selokan.

Laut dan Padang Sahara tidak akan pernah bersesuaian. Karena air laut akan hilang tanpa bekas diatas sahara. Begitu juga dengan kota , akan sengsara jika selokannya meluap. Seluruh jalan akan tergenang dan aktivitas terhenti.

Jadi , masih tetap ada perbedaan laut dan padang sahara. Dan masih ada permusuhan antara antara kota dan selokan.
Surga diatas bumi adalah keserasian antara laki-laki yang seperti laut dengan wanita yang bagaikan kota, dimana laut tidur ditepiannya dan angin segar bertiup membawa wanginya aroma lautan . Dan Pernikahan nabi Muhammad SAW dengan Khadijah merupakan utusan surga diatas bumi.

Sedangkan neraka diatas bumi adalah bersatunya padang sahara dengan selokan. Atau sebuah kota yang terjebak pada cengkraman padang sahara.

Bagaimana mengetahui bahwa laki-laki tersebut adalah laut atau selokan? Dan bagaimana mengetahui bahwa wanita itu kota atau padang sahara?

Standar untuk mengetahui hal tersebut disini adalah keimanan., kesadaran terhadap kecintaan transendental, semesta, kasih sayang , serta kedermawanan. Setiap kali memiliki bagian dari itu, kita adalah laut atau kota. Dan setiap kali keimanan hilang , kita beralih menjadi padang garam dan selokan yang tidak mengalir.

(Ahmad Bahjat " Hakikat Cinta menuju rumah tangga Ideal")


Tidak ada komentar:

Posting Komentar