Jumat, 24 September 2010

Hakekat Akal dan Perasaan

Jiwamu seringkali menjadi ajang dari sebuah pertempuran
Karena itu akal sehatmu berperang seru
Melawan perasaan hati dan selera nafsu
 













Mampukah hati menjadi pendamai  bagi jiwamu
Sehingga dapat merubah kericuhan
Persaingan kepingan –kepingan dirimu
Menjadi satu kesatuan aroma dan keindahan lagu
 

 
Akan tetapi apa daya orang lain ,pabila engkau sendiri
dingin
Dari hasrat pendamai diri 
dan berbagi unsur dalam diri mu?
 

 
Akal sehat dan perasaan hati diibaratkan
Perahu dan layar yang mendayung  jiwamu
Mengarungi lautan kehidupan.
Jikalau patah salah satu layar dan kemudi itu
Kau akan tetap terombang-ambing ombak  tetapi masih mengambang
Atau lumpuh tanpa daya dan terhenti di tengah samudra luas
 

 
Sebab akal pikiran yang sendiri mengemudi
Ibarat tenaga yang mendorong diri
Bagai api membara yang menjadi kekuatan bagi mesin dirimu
 
Karena itu ajaklah perasaan menjunjung tinggi hati
Menggapai pucuk-pucuk 
getaran kebenaran yang sejati
Keduanya merajut sebuah simfoni lagu
 

 
Lalu turutilah jiwamu membimbing perasaan dengan menggunakan
akal sehat
Hingga perasaan itu tetap hidup dengan setiap kebangkitannya
Laksana burung bangau terbang tinggi dari tengah padang
 

 
Tak jarang akal maupun perasaan
Seperti engkau memperhatikan dan menyuguhi dua orang tamu
yang terkasih
Dan sedang berada dalam perlindungan rumah tinggalmu
Kau takkan sanggup memuliakan yang satu melebihi yang lain
Sebab membedakan seseorang berarti bakal kehilangan
Kasih dan sayang keduanya... 
 
Diantara bukit biru, sedang engkau duduk santai
dikerindangan.
Pohon populir putih perak 
, membagi kedamaian dan ketenangan
Dengan sawah kuning dikejauhan , dan rerumputan hijau luas
mengalun
Perturutkanlah hati mengucapkan kalimat sunyi
 

 
“Tuhan berdiam diri dalam kalbu”
Pabila topan mendatang dan badai perkasa menggulung rimba
belantara,
Guntur halilintarpun sambar-menyambar
Berebut cepat merobek bilah angkasa
Maka turutilah hatimu mengucapkan doa puji
 

 
“Tuhan bertindak dengan rasa”
Dan karena engkau adalah nafas ciptaan Tuhan
Sebagai pucuk-pucuk 
daun kekayaan rimba Tuhan
Maka engkau hendaklah juga,
Berhening diri dalam kalbu,
Bergerak dalam rasa yang bergelora
 
(Kahlil Gibran)
BC25092010
*** 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar