Senin, 27 September 2010

KEMALANGAN ORANG YANG DURHAKA KEPADA ORANG TUANYA


Diriwayatkan dari Malik bin Dinar, dia berkata:
“Ketika aku sedang thawaf mengelilingi Ka’bah, tiba-tiba aku dibuat heran oleh banyaknya  jama’ah haji dan umrah. Aku berkata: “Seandainya aku ( termasuk bagian dari mereka). Siapakah dari mereka yang ibadahnya diterima, aku kan mengucapkan selamat kepadanya. Siapakah pula dari mereka  yang ibadahnya ditolak ,
aku kan menghiburnya. ‘Malam harinya aku bermimpi melihat seseorang berkata  : ‘Malik bin Dinar bertanya tentang jama’ah haji dan umrah itu. Sesungguhnya Allah  telah mengampuni mereka semua, yang kecil dan yang besar, yang laki-laki dan yang perempuan, yang hitam dan yang merah, kecuali satu orang. Sesungguhnya Allah murka kepadanya dan Allah menolak ibadah hajinya. Allah telah membuat tanda di wajahnya”.

Malik meneruskan:”Aku tidur pada suatu malam yang hanya diketahui Allah- dalam keadaan khawatir   kalau-kalau  akulah orang  (yang dimurkai Allah itu). Malam berikutnya aku memimpikan  mimpi itu lagi. Hanya saja dalam mimpi itu dikatakan kepadaku : “Engkau bukanlah  orang (yang dimurkai Allah ) itu.  Akan tetapi dia berasal dari Khurrasan, tepatnya dikota Balkh. Dia dipanggil Muhammad bin Harun Al- Balkhi’.

Keesokan harinya aku mendatangi kabilah  Khurrasan. Aku bertanya: ‘(Dimana ) saudara kalian,  Muhammad bin Harun?’ Mereka menjawab ; ‘O,o. Engkau bertanya tentang  sosok yang paling gemar  beribadah, paling zuhud dan paling pandai membaca Al-Quran di Khurrasan.’ Aku heran  dengan  keindahan sanjungan mereka terhadap dirinya, jika dibandingkan dengan apa yang aku lihat dalam mimpiku. Aku berkata : ‘Tunjukkanlah aku kepadanya!’ Mereka menjawab : ‘Sejak empat puluh tahun lalu , dia selalu puasa pada siang hari, beribadah pada malam hari, dan tidak pernah tidur, kecuali ditempat reruntuhan. Kami menduga dia  berada  di rempat reruntuhan yang ada di Makkah’.

Aku kemudian mengelilingi tempat reruntuhan itu. Ternyata dia sedang  berdiri di belakang dinding. Tangan kanannya terkait di lehernya. Dia mengikat tangan kanannya itu dengan  dua utas tali besar ke kedua telapak kakinya. Dia Ruku’ dan sujud. Ketika dia mendengar derap langkah ku, dia bertanya: ‘Siapa Engkau?’  Aku menjawab : ‘Malik bin Dinar’. Dia bertanya  : ‘Wahai Malik, apa yang membawamu untuk menemuiku? Jika  engkau memimpikan sebuah mimpi, maka ceritakanlah mimpi itu kepadaku.’   Aku berkata : ‘ Aku malu untuk menceritakannya. ‘ Dia berkata : ‘Katakanlah!’ Aku  kemudian menceritakan  mimpi itu kepadanya. Diapun menangis  dalam waktu yang lama. Dia berkata: ‘Dahulu aku  adalah lelaki yang sering  minum minuman yang memabukkan. Suatu hari aku  minum ditempat sahabatku hingga akalku hilang. Dilain tempat, ternyata ibuku sedang menyalakan tungku. Ketika dia melihat aku  (datang) dalam keadaan terhuyung-huyung karena mabuk, dia menjemputku seraya berkata: ‘ Ini adalah penghujung  Sya’ban dan awal Ramadhan. Orang-orang akan melaksanakan  puasa, sementara  engkau malah mabuk-mabukkan. Tidakkah engkau malu kepada Allah? ‘Aku  mengangkat tanganku dan menamparnya. Dia berkata: “Celaka engkau!”  Aku marah karena perkataannya itu. Aku membopong ibuku dalam keadaan yang  mabuk, kemudian melemparkannya kedalam tungku. Ketika istriku melihatku, dia memasukkan ku kedalam rumah lalu mengunciku. Dipenghujung malam aku mulai sadar. Aku memanggil istriku agar membukakan pintu untukku.

Dia menjawab panggilanku dengan nada yang ‘kering’. Aku berkata:’ Celaka engkau, mengapa engkau menjawabku sekering itu?’ . Dia berkata : ‘Engkau  pantas untuk  tidak aku sayangi’. Aku bertanya :’Mengapa?’. Dia menjawab ;  ‘(Karena) engkau telah membunuh ibumu. Engkau telah melemparkannya kedalam tungku, sehingga dia terbakar’. Aku kemudian keluar menuju tungku . Ternyata ibuku sudah seperti roti yang gosong. Aku kemudian keluar, menshadaqahkan hartaku, dan memerdekakan budakku. Sejak empat puluh tahun yang lalu, aku selalu puasa siang hari , beribadah pada malam hari, dan menunaikan ibadah haji pada setiap tahun. Setiap tahun ada saja orang yang rajin beribadah sepertimu, yang memimpikan mimpi ini. ‘

Aku mengusapkan tanganku ke wajahnya. Aku berkata:’Aduhai sosok yang malang, engkau hampir membakar bumi, namun apimu tidak mampu membakarnya.’ Aku menghilang dari sisinya. Aku mendengar desahnya, namun aku tidak melihat sosoknya. Dia menengadahkan lengannya kelangit, kemudian berujar :’Wahai  Yang Maha  Menghilangkan kesusahan, Wahai  Yang Maha  Menghilangkan  kebingungan,  Wahai Zat Yang  mengabulkan doa orang-orang yang terdesak, Aku berlindung dengan Keridhaan MU dari Murka Mu, dan dengan Ampunan-Mu dari hukuman-Mu. Janganlah Engkau memupus harapanku, dan jangan pula Engkau membuat hampa doa-doaku’.

Aku kembali kerumahku, kemudian tidur. Dalam mimpi , aku melihat seseorang berkata: ‘Wahai Malik , janganlah engkau membuat manusia  frustasi terhadap Rahmat Allah . Sesungguhnya  Allah mengetahui Muhammad bin Harun  Al- Balkhi dari kerajaan  Yang Maha Tinggi. Dia telah mengabulkan doanya  dan mengampuni kekhilafannya. Kembalilah  engkau kepadanya ! . Katakanlah kepadanya  : “Sesungguhnya Allah  akan mengumpulkan seluruh makhluk  pada hari kiamat, memberlakukan Qishash untuk kambing  yang tidak bertanduk atas kambing yang bertanduk, dan menyatukanmu dengan ibumu.  Dia akan menetapkan hukuman bagi  dirimu atas  apa yang telah engkau lakukan terhadap ibumu, menimpakan api  neraka  kepada dirimu, lalu menyerahkanmu kepada ibumu.”
Wallahu a’lam bisshawwab
(* Birrul  Walidain, Ibnu Al-Jauzi.
 (Sumber :  Tuntunan dan Kisah-kisah Teladan “Berbakti kepada Orangtua” karya Aiman Mahmud)
BC27092010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar