Jodohnya diujung harapan yang telah menipis. Dulu ia memiliki harapan sama seperti laki-laki pada umumnya ingin segera menikah dengan gadis yang dicintainya. Pada saat ia dengan gadis yang dicintainya sudah berkeinginan untuk segera menikah, ayahnya meninggal dunia. Impiannya untuk menikah menjadi sirna. Sebagai anak laki-laki yang tertua di dalam keluarga dirinya menanggung beban tanggung jawab pengganti ayah untuk mencari nafkah. Bekerja keras membiayai sekolah adik-adiknya sampai kuliah sehingga tidak sadarkan diri usianya sudah empat puluh tahun. Semua adik-adiknya telah berkeluarga dan bekerja, sementara ia masih dalam kesendirian. Terkadang kesedihan dan kebahagiaan bercampur baur menjadi satu. Kesedihan dirasakan ketika setiap kali ibunya yang selalu bertanya kapan dirinya menikah, hatinya bagai tersayat-sayat melihat ibu yang sangat berharap ia secepatnya menikah. Disisi yang lain ia merasakan pengorbanannya tidak sia-sia karena telah mengantarkan adik-adiknya kedepan gerbang pintu kebahagiaan.
Ditengah hatinya yang remuk redam berada di Rumah Amalia menyejukkan hatinya dengan berbagi berharap Allah memberikan kemudahan untuk bertemu jodohnya. Air matanya mengalir tak terasa. Kepedihan hatinya karena berharap bisa membahagiakan ibunda tercinta segera terwujud. Ia hanya bisa berserah diri memohon pertolongan pada Allah agar segera bertemu dengan jodohnya. Sampai satu hari hatinya terkesiap disaat adiknya perempuan mengenalkan temannya seorang gadis manis yang berjilbab merah muda yang sudah siap untuk walimah. Dengan penuh keraguan ia membisikan ditelinga adiknya bahwa dirinya sudah tua, gadis itu separuh dari usianya. Adiknya meyakinkan untuk meniatkan menikah karena Allah bukan karena muda, cantik atau materinya. Senyum indah menghiasi wajah adiknya. Tak kuasa lagi untuk menolak keinginan adiknya kali ini untuk segera menikah karena beberapa kali selalu menolak yang dikenalkan adiknya. Pernikahan dilaksanakan dengan sederhana, kebahagiaan diwajah sang ibu terlihat air mata yang bening mengalir dipipinya.
Pernikahan itu sebuah penantian yang panjang dan berliku. Bagai melepaskan beban yang begitu berat setelah bisa menunaikan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga untuk membesarkan adik-adiknya dan kini telah memenuhi tugasnya untuk melaksanakan Sunah rasul. Cintanya yang tulus penuh kebahagiaan mengarungi bahtera rumah tangga bersama istri yang dicintainya mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warahmah. Jodoh adalah sebuah misteri, manusia hanya berupaya dan berikhtiar sepenuhnya jodoh seseorang tetaplah keputusannya atas kehendak Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar