Malam hari di Rumah Amalia terdengar lantunan ayat suci al-Quran, suara itu begitu menyejukkan hati. Tiba-tiba Tia datang menghampiri saya, memeluk dan meminta dipangku. "Tia kangen ama Bapak.." Matanya jernih, berkaca-kaca. Udara terasa dingin, hujan mengguyur membasahi jalanan. "Apa Bapak Tia kedinginan Kak Agus?" Tutur kata dari bibir mungilnya tentang kerinduan pada bapaknya, membuat saya terdiam, seluruh tubuh saya menjadi lemas. Entah kenapa air mata itu mengalir begitu saja.
"Tia kangen ya ama bapak? Yuk kita berdoa untuk Bapak Tia agar tidak kedinginan, Doa Tia untuk bapak seperti lampu yang membuat rumah bapak menjadi terang benderang, tidak sendirian dan tidak kedinginan karena doa Tia." Malam itu baru pertama kalinya saya mendengar Tia kangen sama Bapaknya. Kerinduan seorang anak pada bapak yang begitu sangat disayanginya. Air matanya yang basah diusap dengan tangannya. senyum kecilnya menghiasi wajahnya yang cantik. "Bapak Tia ganteng kayak Kak Agus" Kata Tia berlari penuh kegembiraan membiarkan saya dalam kesendirian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar