Selasa, 13 Maret 2012

Keajaiban Doa, Selamat Dari Musibah

Di Rumah Amalia ada seorang bapak yang juga pengusaha yang taat dalam menjalankan ibadahnya. beliau suka hadir ditengah kami bersama anak-anak Amalia untuk bershodaqoh. Penampilannya begitu sederhana, terkadang maen ke rumah Amalia dengan mengendarai motor atau vespanya. Beliau pernah bertutur berbagi pengalaman yang merubah orientasi hidupnya kala dirinya berada diujung lorong kematian. "Mungkin, mas agus syafii tidak percaya dengan cerita saya ini tapi itulah kenyataan yang saya alami.'katanya. Beliau mengidap radang kantung empedu. penyakitnya sangat parah, bahkan dokter mengatakan hidupnya hanya tinggal 25%. Awalnya merasakan rasa dingin di kakinya naik ke paha, perut hingga ke ubun-ubun. Rasa dingin itu seolah berjalan begitu perlahan. 'Saya membayangkan nyawa saya sudah berada diujung kematian' katanya dengan berlinang air mata. 'Semua perbuatan kotor saya seperti terlihatkan, hanya satu yang saya inginkan. Mati dalam keadaan bersyahadat' tutur beliau tanpa ekpresi.

Sejak kecil beliau di didik dilingkungan pesantren. Setelah selesai SMA dirinya mengadu nasib di Ibukota namun perjalanan hidupnya tidak seperti yang ia bayangkan. Awalnya berdagang pakaian di Pasar Jakarta Selatan. Usahanya sukses namun semakin sukses dirinya semakin jauh dari agama. Kehidupan malam dan minuman keras terasa nikmat. Beliau menjadi tersadar justru setelah sakitnya parah. Yang paling ditakutkan oleh dirinya kehilangan momen membaca kalimah syahadat dipenghujung hayatnya. dirinya mengalami diujung lorong batas antara kematian dan kehidupan. Dalam keadaan tidak sadarkan diri, dirinya melihat bayangannya sendiri. Beliau bergerak melakukan apa yang pernah dia perbuat di masa lalu. 'Saya seperti melihat film yang aktornya adalah diri saya sendiri.'katanya, 'semua saya melihatnya dengan jelas, saya pernah menyia-nyiakan anak dan istri saya hanya karena menuruti kesenangan, sampai saya menangis meraung-raung menyesali semua kebodohan yang saya pernah saya lakukan.' lanjutnya.

Ketika beliau melihat semua dosa-dosanya yang menakutkan disaat itu juga dirinya memohon ampun kepada Allah, tuturnya,'begitu saya memohon ampun kepada Allah, saya berjanji untuk tidak melakukannya lagi. Disaat itu semua yang menyeramkan hilang semua.' Dirinya merasakan melewati sebuah lorong gelap sampai menuju tempat yang begitu indah dan nyaman. tempat itu seperti dikampung halamannya waktu beliau dimasa kecil. Dari yang dialami beliau itu pandangan hidupnya telah berubah. kehidupan yang bergelimang maksiat dirinya menjadi lebih mencintai Allah dan menjalankan semua perintahNya serta menjauhi laranganNya. 'dan itu tidak mudah mas agus syafii.'katanya. Untuk mencintai Allah kita harus menghadapi tantangan. Tantangan itu untuk membuktikan apakah kita benar-benar mencintai Allah atau tidak.' tutur beliau dpenghujung malam perjumpaan kami. Airmatanya benar-benar telah mengalir untuk Sang Khaliq, Allahyang Maha Besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar