Jumat, 13 Maret 2009

Membangun Tokoh Idola

Dalam pembahasan yang ketiga adalah membangun Tokoh Idola. Membangun tokoh Idola membentuk pola anak agar menjadi Insan Mulia paling tidak ada 4 infrastruktur, Yaitu:

1. penanaman nilai

2. Lingkungan yang Kondusif

3. Membangun Tokoh Idola

4. Pembiasaan kepada Pola Tingkah Laku Konstruktif.


Pada masa anak dn remaja, motif imitasi dan identifikasi sedang dalam pertumbuhan dan mencapai puncaknya ketika masa kanak-kanak, ayah adalah tokoh identifikasinya. Bagi kanak-kanak figur ayah adalah tokoh yang terhebat dalam alam psikologinya. Seorang ayah yang bisa memenuhi motif identifikasi anaknya hingga anak itu meningkat remaja, ia akan tetap menjadi tokoh idola anaknya. Di mata anak, ayah tetaplah besar meski secara sosial mungkin tidak. Sebaliknya seorang ayah yang gagal menjadi tokoh idola anaknya ketika masih anak-anak dan remajanya, di mata anak, ayah tetap tidak besar meskipun boleh jadi secara sosial ia adalah tokoh besar.

Seorang anak membutuhkan ayah sebagai ayahnya sendiri, bukan ayahnya orang banyak. Dalam perspektif ini, seseorang yang tidak mengenal siapa ayahnya (atau siapa ibunya) mengalami krisis identitas, karena ia kehilangan tokoh idola. Untuk bisa menjadi idola anaknya, seorang ayah juga harus mempunyai konsep tentang anak, apa yang diinginkannya tentang anaknya, mau dibentuk menjadi apa dan siapa. Tanpa konsep itu maka seorang ayah tidak bisa mendesain kapasitas dan corak moralitas anaknya. Pada usia sekolah kedudukan orang tua disaingi oleh guru. Terkadang seorang anak lebih memperhatikan apa kata guru dibanding apa kata ibunya di rumah.

Meningkat menjadi remaja, tokoh identifikasinya berubah kepada tokoh-toko “selebriti” terkenal, mungkin artis, olahragawan, atau tokoh apa saja yang melambangkan kehebatan dan keterkenalan. Mereka suka memasang poster tokoh yang menjadi idolanya dikamar tidur, meniru gaya rambutnya, mode pakaiannya, dan asesoris lainnya. Pada umumnya dalam usia remaja mereka mengambil tokoh idola tanpa memahami substansi kehebatan tokoh idolanya.

Dalam usia mahasiswa ketika mereka sudah bisa berpikir logis dan dapat membandingkan berbagai aliran pemikiran dari literatur yang dibaca tokoh idola yang dipilih, pada umumnya, adalah tokoh yang memiliki gagasan yang kuat, khas, menonjol, melawan arus, atau yang telah membuktikan mamapu melahirkan karya-karya besar. Baik orang itu masih hidup atau sudah menjadi catatan sejarah. bagi orang dewasa seusia mahasiswa, tokoh idola sangat berperan dalam membangun cita-cita masa depan pemikiran besar dari orang besar itu mengilhami orang muda untuk beerpikir besar. Orang besar adalah orang yang ruang lingkup pemikirannya luas melampaui ruang sosial, ruang geografi, serta ruang zaman tempat orang besar itu hidup. Tokoh-tokoh besar dunia yang banyak dijadikan idola pemuda dapat disebutkan, sperti Hitler, Napoleon, Gamal, Abdul Nasser, Soekarno, Imam Khomeini, dan Kaddafi.

Pengenalan kepada orang besar itu bisa dilakukan dengan membaca biografinya atau mengunjungi jejak sejarah tokoh tersebut. Dalam perspektif ini menjadi sangat penting penulisan biografi pelaku sejarah. Perlu disebarluaskan kepada generasi muda; misalnya biografi para pahlawan nasional RI, biografi tokoh bisnis, tokoh pemuda, dan tokoh keilmuan. Dari biografi itu generasi muda dapat mengetahui bagimana mereka mengalami pasang surut kehidupan, bagaimana mereka merespons perkembangan, dan bagaimana mereka berpikir menembus ruang dan waktu sehingga mereka tampil sebagai tokoh. Orang besar adalah orang yang bisa “bermimpi” tentang suatu hal yang mustahil, tetapi semua karya besar pada mulanya secara sinis dipandang orang sebagai impian kosong. Kajian tentang tokoh juga perlu di galakkan dalam bentuk seminar, dalam penelitian mahasiswa untuk penulisan skripsi, tesis, atau disertasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar