Kamis, 30 Desember 2010

Tanda-tanda Hari Kiamat (bag. 11); Menjelang Kemunculan Dajjal di Akhir Zaman

 
oleh David Muhammad 
Assalammu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Bismillahirrahmaanirrahiim..

Maha Suci Allah yang telah berfirman:
“(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari berbangkit, kapankah terjadinya?. Siapakah kamu (maka) dapat menyebutkan (waktunya)? Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya)”. (QS. An-Nazi’at (79): 42-44)

“Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang, Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa“. (QS. Thaha (20): 15-16)

Pada bagian ke-11 dari catatan ini, kita akan membahas beberapa tanda-tanda menjelang kedatangan Dajjal (al-Masih ad-Dajjal, Dajjal terbesar yang akan muncul di akhir zaman). Diantaranya hewan yang bisa bicara, banyaknya jumlah bangsa Rum (Eropa), jatuhnya Konstantinoipel, hingga peperangan besar dengan kaum Yahudi.


58. Banyaknya Jumlah Bangsa Rum (Eropa) dan Peperangan Mereka dengan Kaum Muslimin

Al Mustaurid Al Quraisyi pernah berkata di sisi Amir bin Al ‘Ash radhiyallahu ‘anhu., ”Saya pernah mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ’Kelak akan datang hari kiamat sedangkan Bangsa Rum (Bangsa Eropa, keturunan Al Aish bin Ishaq bin Ibrahim) paling banyak jumlahnya.’ Lalu ‘Amr berkata kepadanya, ”Jelaskanlah apa yang engkau katakan itu”. Dia menjawab, ”Saya mengatakan apa yang saya dengar dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam” (HR. Muslim)

Dan diriwayatkan dari Abu Malik Al Asya’i radhiyallahu ‘anhu., ia berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Saya menghitung enam perkataan yang akan terjadi menjelang datangnya hari kiamat…”. Lalu Beliau menyebutkan antara lain: ”Kemudian akan terjadi perdamaian antara kamu (kaum muslimin) dan Bani Ashfar (Bangsa Rum), tetapi kemudian mereka mencederai janji (perdamaian itu) dan datang kepadamu dengan membawa 80 bendera dan tiap-tiap bendera diikuti sebanyak 12 ribu orang.” (HR. Bukhari).

Dari Jabir bin Samurah dari Nafi’ bin Utbah, ia berkata: Kami pernah bersama-sama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam…lalu saya hafal 4 kalimat dari Beliau yang saya hitung dengan jari saya, Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Kamu akan memerangi Jazirah Arab, lalu Allah membukakannya untuk kamu, lalu Bangsa Persi (Iran) dan Allah membukakannya untuk kamu, kemudian Bangsa Rum dan Allah pun membukakannya untuk kamu, lalu kamu akan memerangi Dajjal, dan Allah membukakan (memberi kemenangan) untuk kamu.”
Jabir berkata: Lalu Nafi’ berkata,” Wahai Jabir, kita tidak akan melihat Dajjal keluar sehingga Negeri Rum ditaklukkan.” (HR. Muslim)

Dan mengenai sifat peperangan yang terjadi antara Kaum Muslimin dan Bangsa Rum ini dijelaskan dalam sebuah hadits dari Yasir bin Jabir, ia berkata, ”Akankah angin merah (panas) berhembus di Kuffah, lalu datang seorang laki-laki yang tidak mengigau, wahai Abdullah bin Mas’ud, melainkan datanglah hari kiamat.”

Ibnu Mas’ud radiyallahu ‘anhu yang sedang duduk sambil bersandar lantas berkata, ”Sesungguhnya kiamat itu tidak akan datang sehingga warisan tidak dibagikan dan rampasan perang tidak dibanggakan..” Lalu beliau berisyarat dengan tangannya menunjuk ke arah Syam, lantas berkata, ”Musuh akan berkumpul untuk memerangi orang-orang Islam, dan orang-orang Islam pun berkumpul untuk memerangi mereka.”
Saya bertanya, ”Apakah tentara Rum yang engkau maksudkan (dengan musuh itu)?”
Beliau menjawab, ”Ya, dan pada waktu perang itu ada perasaan yang kuat, lalu Kaum Muslimin mengirim satu jamaah berani mati ke garis depan, yang mereka ini tidak pulang kecuali dengan meraih kemenangan (mati syahid pun itu suatu kemenangan). Kemudian mereka berperang hingga mereka terhalang karena malam tiba, lalu kedua pasukan kembali pulang dengan tidak ada yang menang tetapi akhirnya pasukan garis depan Pihak Muslimin yang pertama itu binasa/syahid. Kemudian Kaum Muslimin mengirimkan lagi pasukan berani mati ke garis depan sampai tiga kali (note: redaksinya tidak seperti ini, untuk meringkas). Maka pada hari ke-4, bangkit dan majulah sisa-sisa pasukan Kaum Muslimin, yang mana mereka berperang dengan amat sengit yang belum pernah terjadi sebelumnya lalu Allah menjadikan kekalahan atas mereka, sehingga tatkala banyak burung-burung melewati mereka kecuali (mendapatkan sebagian besar mereka telah menjadi) mayat.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Kiamat tidak akan terjadi sebelum orang-orang Rum memasuki jebakan (yaitu dua tempat yang ada di Syam/Siria, dekat dengan Halb), lalu mereka dikejar oleh pasukan dari Madinah, yaitu orang-orang yang terbaik pada saat itu. Ketika mereka berbaris, orang-orang Rum mengatakan, ‘Lepaskan kemari orang-orang yang pernah menawan sebagian kami untuk kami perangi sekarang!’. Pasukan Muslim menjawab, ‘Tidak, Demi Allah! Kami tidak akan melepaskan saudara-saudara kami kepada kalian.’
Pasukan Muslimin memerangi mereka, lalu sepertiga pasukan muslimin mundur melarikan diri dan mereka ini selamanya tidak akan diampuni oleh Allah. Sepertiga yang lainnya terbunuh. Mereka adalah para syuhada yang paling utama di sisi Allah. Sepertiga lainnya tetap bertempur. Mereka pantang menyerah sehingga berhasil menaklukkan Konstantin”.
(HR. Muslim)


59. Penaklukan Qanstantiniyah (Konstantinopel)

Di antara tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat lagi ialah ditaklukkannya kota Konstantinopel -- sebelum keluarnya Dajjal -- oleh kaum Muslimin. Menurut beberapa hadits, penaklukan besar ini terjadi setelah peperangan yang sengit dan amat dahsyat antara kaum Muslimin dengan Bangsa Rum yang dimenangkan Pihak Muslimin, kemudian mereka menuju ke kota Konstantinopel, lalu Allah membukakannya untuk Kaum Muslimin tanpa peperangan. Senjata mereka pada waktu itu hanya takbir dan tahlil.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
"Pernahkah kamu mendengar sebuah kota yang salah satu dindingnya di darat dan yang satunya di laut?".
Para sahabat menjawab, "Benar, wahai Rasulullah."
Lalu beliau bersabda, "Tidak akan datang hari kiamat sehingga kota ini diperangi oleh tujuh puluh ribu anak cucu Ishaq. Bila mereka telah datang, maka mereka dapat memasukinya dengan tidak melakukan perang bersenjata dan tidak pula menggunakan panah. Mereka berkata ( mengucapkan ) kalimat Laa ilaah illallah wallahu akbar, lalu robohlah salah satu dinding kota itu."
Tsaur (bin Zaid Ad-Daili - salah seorang perawi hadits ini) berkata, "Saya tidak mengetahuinya melainkan beliau bersabda: '(Dinding  yang ada di laut).'"
Kemudian pada kali yang kedua mereka mengucapkan Laa illaha illallah wallahu akbar, lalu runtuhlah dinding yang lain. Kemudian pada kali yang ketiga mereka mengucapkan Laa illaha illallah wallahu akbar, lantas pintu gerbangnya terbuka, lalu mereka memasukinya dan mengambil harta rampasan. Ketika mereka sedang membagi-bagikan harta rampasan, tiba-tiba datanglah kepada mereka seseorang yang meminta tolong sambil berteriak, 'Sesungguhnya Dajjal telah keluar!!' Lalu mereka tinggalkan segala sesuatunya, kemudian mereka kembali pulang."
(HR. Muslim, Kitab Al-Fijan wa Asyroth As-Sa'ah 75: 43-44 ).

Sekilas ada yang janggal dalam teks hadits di atas, yaitu bagian sabda Rasul yang bunyinya,” … (kota ini) akan diperangi oleh 70.000 (tujuh puluh ribu) orang anak cucu (keturunan) Ishaq (Izaac) bin Ibrahim Al Khalil ‘Alayhissalam (Lihat Kitab An Nihayah fil Fitan wal Malahim 1:58 dengan tahqiq Dr Thaha Zaini). Maka bagaimana mungkin dapat dikatakan bahwa penaklukan kota Konstantinopel ini dilakukan oleh mereka yang notabene hari ini mayoritas mereka beragama Kristen (Baik Katholik, Protestan, Anglikan tapi bukan Nasrani. Beda) ?

Al Qadhi ‘Iyadh rahimahullah menjelaskan kejanggalan ini sebagai berikut,” Demikianlah yang tersebut dalam Shahih Muslim bahwa silsilah mereka berasal dari Bani Ishaq (Izaac).” Lalu beliau melanjutkan, ”Sebagian ulama mengatakan, ’Yang terkenal dan yang terpelihara bahwa mereka berasal dari Bani Isma’il (keturunan Isma’il), dan inilah yang ditunjuki oleh konteks hadits sebab yang dimaksudkan adalah Bangsa Arab (Bani Isma’il). (Syarah Muslim 18: 43-44 ).

Barangkali yang lebih tepat adalah penjelasan dari Al Hafizh Ibnu Katsir yaitu bahwa Bangsa Rum (Eropa) pada akhir zaman akan masuk Islam, sehingga penaklukan Konstantinopel ini dilakukan oleh sekelompok dari kalangan mereka sendiri. Hal itu sebagaimana disebutkan dalam hadits terdahulu bahwa kota tersebut akan ditaklukan oleh 70 ribu orang anak cucu Ishaq.

Dalam mengemukakan pendapatnya ini, Ibnu Katsir mengambil kesaksian (dukungan) dari hadits Al Mustaurid Al Quraisy bahwa mereka adalah orang-orang terpuji. Al Mustaurid berkata,” Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
 “Hari Kiamat akan terjadi, sedang Bangsa Rum merupakan orang yang paling banyak jumlahnya.”
Lalu Amr bin Al Ash radhiyallahu ‘anhu berkata kepadanya, ”Jelaskanlah apa yang engkau katakan itu!”
Dia menjawab, ”Saya mengucapkan apa yang disabdakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.”
Amr berkata, ”Kalau engkau berkata demikian, maka terdapat 4 macam karakter pada mereka, yaitu mereka adalah orang-orang yang (1) paling sabar ketika terjadi fitnah, (2) paling cepat sadar setelah tertimpa musibah, (3) paling cepat kembali setelah berlari dan (4) paling baik terhadap orang miskin, anak yatim dan orang lemah. Dan sebagai tambahan mereka adalah orang yang paling bagus dan indah serta paling semangat mencegah kezhaliman para raja.” (Shahih Muslim, Kitab Al Fitan wa Asyroth As Sa’ah 18:22 ).

Yusuf bin ‘Abdullah mengatakan bahwa masuk Islamnya Bangsa Rum pada akhir zaman ditunjukkan oleh hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu mengenai peperangan dengan mereka di mana pada saat itu orang-orang Rum mengatakan, ”Biarkanlah kami memerangi orang-orang yang mencela kami!” Kemudian Kaum Muslimin menjawab, “Tidak! Demi Allah, kami tidak akan membiarkan kalian memerangi saudara-saudara kami!”

Maka Bangsa Rum meminta Kaum Muslimin agar membiarkan mereka memerangi orang-orang yang mencela mereka yang berasal dari golongan mereka sendiri, karena mereka telah masuk Islam (Maksudnya sebagian dari pasukan kaum muslimin adalah Bangsa Rum yang telah masuk Islam, wallahu ’alam).

Kemudian Kaum Muslimin menolak permintaan mereka serta menjelaskan kepada mereka (Bangsa Rum yang masih kafir) bahwa orang yang telah masuk Islam adalah saudara Kaum Muslimin yang tidak mungkin diserahkannya kepada orang lain. Dan keberadaan pasukan Muslimin yang berasal dari orang-orang kafir yang ditawan bukanlah suatu yang aneh.
Mengenai masalah bahwa pasukan yang menaklukkan Kota Konstantinnopel itu berasal dari anak cucu Ishaq ini diperkuat lagi oleh kondisi bahwa pasukan Rum jumlahnya hampir mencapai 1 juta orang, di mana sebagian mati terbunuh dan sebagian yang hidup masuk Islam. Dan kelompok yang masuk Islam inilah yang bersama-sama dengan kaum muslimin menaklukkan Konstantinnopel. Wallahu ‘alam.

Dan penaklukan Kota Konstantinopel tanpa dengan perang fisik ini belum pernah terjadi sampai sekarang. Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, ”Penaklukan Kota Konstantinopel itu hampir bersamaan dengan datangnya hari kiamat.”
Kemudian Tirmidzi berkata: Mahmud Ibnu Ghailan (Syaikh/Guru Imam Tirmidzi) berkata, ”Ini adalah hadits yang gharib (aneh). Kota Konstantinopel adalah kota di Negeri Rum yang akan ditaklukan pada waktu keluarnya Dajjal, padahal Kota itu sudah pernah ditaklukan di zaman Shahabat Nabi.” (Jami’ At Tirmidzi, Bab Maa Jaa-a Fi ‘Alaamaati Khuruji Ad Dajjal 6: 498).

Memang bahwa Konstantinopel pernah ditaklukan di zaman Shahabat, yaitu pada saat Khalifah Mu’awiyah radhiyallhu ‘anhu. mengutus putranya yaitu Yazid, dengan pasukannya (di antara jamaah ini terdapat shahabat Abu Ayyub Al Anshari radhiyallhu ‘anhu) ke sana. Tetapi penaklukan tersebut dilalui dengan peperangan fisik. Selain itu, Konstantinopel juga pernah dikepung oleh jamaah Maslamah bin Abdul Malik. Ia bahkan lalu mengadakan perjanjian damai dengan penduduknya dan membangun masjid di sana.


60. Munculnya Orang (Tokoh) Dari Qahthan

Pada akhir zaman akan muncul seorang laki-laki dari Qahthan. Orang-orang tunduk dan patuh kepadanya serta bersatu padu membelanya. Hal ini terjadi ketika zaman sudah berubah, karena itulah Imam Bukhari menyebutkannya dalam bab Taghayyuruz-Zaman.

Imam Ahmad dan Asy-Syaikhani (Bukhari dan Muslim) meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
"Tidak akan datang hari kiamat sehingga muncul seorang laki-laki dari Qahthan yang menggiring manusia dengan tongkatnya." (HR. Ahmad, Bukhari, dan Muslim)

Laki-laki yang disebutkan dalam hadist ini akan menjadi raja Qahtan. Bukhari meriwayatkan bahwa Abdullah bin Amr bin al-Ash radhiyallahu ‘anhu berkata, “Ia akan menjadi raja dari Qahtan”.

Al-Hafidz Ibnu Hajar menambahkan bahwa Qahtan merujuk pada wilayah seluruh Yaman.

Al-Qurthubi berkata, "Sabda beliau menggiring manusia dengan tongkatnya itu adalah kiasan tentang komitmen, kepatuhan, dan ketundukan manusia kepadanya, bukan tongkat yang sebenarnya. Beliau membuat perumpamaan dengan tongkat itu adalah untuk menunjukkan betapa patuhnya mereka kepadanya dan betapa berkuasanya dia atas mereka, dan penyebutannya ini juga menunjukkan kekejaman dan kebengisannya atas mereka. Kemungkinan dia adalah al-Jahjah yang disebutkan dalam hadist lain. Makna ‘al-Jahjah’ sendiri adalah ‘teriakan’ yang merupakan sebuah deskripsi yang selaras dengan arti sebuah tongkat”.  (At-Tadzkirah: 635).

Riwayat lain yang dimaksud dalam komentar al-Qurthubi diatas adalah dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Siang dan malam tidak akan menghilang sampai seorang pria yang disebut al-Jahjah memimpin” (HR. Muslim dan Tirmidzi)

Ibnu Hajar menolak kemungkinan bahwa Raja Qahtan adalah dan al-Jahjah adalah satu orang. Karena pria yang berasal dari Qahtan tentunya seorang yang merdeka, sedangkan al-Jahjah adalah seorang budak (atau setidaknya tadinya seorang budak). Ibnu Hajar menerangkan secara panjang lebar tentang pria dari Qahtan ini dalam kitabnya: al-Fath.

Dan lagi diperkuat oleh riwayat yang diriwayatkannya dengan sanad yang bagus dari Ibnu Abbas bahwa ia berkata mengenai lelaki Qahthan itu demikian, "Dan laki-laki dari Qahthan, semuanya orang shalih." (Fathul-Bari 6: 535).


61. Fitnah Pelana dan Fitnah Duhaima (Pagi Beriman, Sore Kafir...)

Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan kesengsaraan-kesengsaraan, hingga beliau membahas fitnah pelana (Sebagaimana pelana yang mengikuti / menempel pada kuda tunggangan, begitu juga fitnah ini akan mengikuti manusia. Ini adalah satu kemungkinan mengapa fitnah ini disebut fitnah pelana; kemungkinan yang lain adalah karena pelana ini biasanya hitam, dan fitnah yang sedang dibahas ini hitam, gelap, dan suram).
Seseorang berkata, “Ya Rasulullah, apakah yang dimaksud fitnah pelana?”.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Adalah perampas harta dan melarikan diri. Kemudian terjadi fitnah as-sarra’ (banyak harta dan keselamatan) – adalah dakhal,  yaitu curang dan korupsi. Di bawah kakiku ada seorang pria dari kaumku yang menyatakan dia dari keturunanku, tetapi dia bukan keturunanku; sungguh waliku hanya mereka orang-orang yang takwa. Kemudian orang akan berkumpul dan setuju atas seorang pria, (tetapi ini akan menjadi persetujuan yang) seperti tulang pinggul di atas tulang iga (Pinggul tidak menempel pada tulang iga. Dan jika menempel padanya, pinggul tidak akan tegak; demikian pula mengenai persetujuan yang dimaksud: lemah dan tidak kokoh atau tegak). Dan akan ada fitnah duhaima (hitam, gelap, yang merupakan bencana besar). Fitnah ini akan menghantam setiap orang dari bangsa ini. Dan ketika dikatakan bahwa fitnah ini telah berakhir, sejatinya tetap berlanjut; selama masa itu, seorang akan beriman dipagi hari dan menjadi kafir di malam hari. (Hal ini akan terus berlangsung) hingga orang menuju ke dua fustat (fustat berarti sebuah kelompok atau sebuah kota) – kelompok orang beriman, didalamnya tidak ada kemunafikan. Dan kelompok orang munafik, didalamnya tidak ada orang beriman. Dan ketika masa itu datang kepadamu, maka tunggulah Dajjal pada hari itu atau esok harinya”. (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan al-Hakim. Al-Hakim mengatakan bahwa urutannya shahih, dan disetujui oleh adh-Dhahabi. Al-Albani juga menyatakan shahih dalam ash-Shahihah).

Fitnah Pelana dan Fitnah Duhaima adalah merupakan salah satu tanda-tanda menjelang kedatangan al-Masih ad-Dajjal.

Dimana pada saat itu keadaan benar-benar kacau, gelap, dan suram. Kekacauan yang membuat terpecahnya manusia menjadi dua golongan: Kaum beriman dan kaum munafik.

Lebih jelas lagi kondisi zaman pada saat itu seperti digambarkan dalam riwayat Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya akan terjadi bermacam-macam huru-hara menjelang hari Kiamat bagaikan potongan-potongan malam yang gelap, dimana seseorang di pagi hari mukmin, lalu sore harinya menjadi kafir. Di sore hari mukmin, lalu pagi harinya kafir. Orang yang duduk lebih baik daripada yang berdiri. Orang yang berjalan lebih baik daripada yang berlari. Maka dari itu, patahkan busur-busurmu, potong-potonglah tali-talinya, dan hantamlah pedang-pedangmu dengan batu. Lalu, kalau salah seorang dari kamu sekalian dimasuki (rumahnya), maka tirulah yang terbaik diantara kedua putra Adam” (HR. Abu Dawud).

Kita berlindung kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar terhindar dari fitnah-fitnah itu. Dan kita memohon kepada-Nya agar keimanan kita tetap terjaga dan selalu berada di jalan yang lurus. Aamiin...


62. Binatang Buas dan Benda-benda Mati Berbicara Kepada Manusia

Di antara tanda telah dekatnya hari kiamat lagi ialah berbicaranya binatang buas dan benda-benda mati kepada manusia, dan mengkhabarkan kepadanya mengenai peristiwa yang terjadi ketika ia sedang bepergian, dan berbicaranya sebagian organ tubuh manusia, seperti paha, yang memberitahukan kepadanya mengenai apa yang diperbuat keluarganya sepeninggalnya.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, "Seekor serigala datang kepada penggembala kambing, lalu ia menerkam seekor kambing, lantas penggembala itu merebutnya hingga lepas darinya. Kemudian serigala itu duduk atas pantatnya dan memasukkan ekornya di antara kedua pahanya hingga menempel di perutnya, seraya ber¬kata, 'Engkau sengaja merebut rejeki yang diberikan Allah kepadaku hingga terlepas dariku.'
Kemudian laki-laki itu berkata, 'Demi Allah, saya tidak pernah melihat peristiwa seperti pada hari ini, yaitu ada serigala yang dapat berbicara.'
Serigala itu menimpali. 'Yang lebih mengherankan lagi daripada ini ialah ada seorang laki-laki di tengah-tengah pepohonan kurma yang berada di antara dua bidang tanah yang tak berpasir, yang memberitahukan kepadamu tentang sesuatu yang telah terjadi dan akan terjadi sesudahmu, padahal dia itu seorang Yahudi.'
Lalu lelaki itu datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menceritakan peristiwa yang baru saja dialaminya. kemudian beliau membenarkannya seraya bersabda:
“Sesungguhnya itu salah satu tanda di antara tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat. Sesungguhnya akan ada seseorang yang keluar dari rumah, kemudian ia tidak kembali pulang sehingga kedua sandal dan cemetinya memberitahukan kepadanya mengenai apa yang diperbuat keluarganya sesudah ia pergi." (HR. Ahmad, dalam al-Musnad Imam Ahmad 15: 202-203, hadits nomor 8049 dengan tahqiq dan syarah Ahmad Syakir. Beliau berkata, "Isnadnya shahih." )

Dan diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu yang menceritakan kisah itu hingga ia berkata:
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Benar (peristiwa itu). Demi Allah yang diriku di dalam kekuasaan-Nya, tidak akan datang hari kiamat sehingga ada binatang buas yang berkata kepada manusia, dan tali gantungan cemeti dan tali sandal seseorang berkata kepadanya, dan pahanya memberitahukan kepadanya apa yang diperbuat keluarganya sesudah kepergiannya." (HR. Ahmad, dalam al-Musnad Imam Ahmad 3:83-84 dengan catatan pinggir Muntakhab Kanzui 'Umal. Al-Albani berkata, "Ini adalah sanad yang shahih. Perawi-perawinya kepercayaan, perawi-perawi Muslim kecuali juga meriwayatkan darinya di dalam Muqaddimahnya." Lihat: Silsilah Al-Ahadits Ash-Sha-hihah. 21: 31, nomor 122. Dan diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam Abwab Al-Fitan, Bab Maa Jaa-a Fi Kalam As-Siba' 6: 409. Dan beliau berkata, "Ini adalah hadits hasan shahih yang tidak kami ketahui kecuali dari hadits Al-Qasim bin Al-Fadhl, seorang yang dapat dipercaya menurut para ahli hadits, dan dia juga dianggap kepercayaan oleh Yahya bin Sa'id dan Abdur-Rahman bin Mahdi).


63. Kota Madinah Menyingkirkan Orang-orang Jahat Kemudian Hancur Berantakan Pada Akhir Zaman

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan penduduk Madinah agar tetap tinggal di kota Madinah, dan beliau memberitahukan bahwa tidak ada seorang pun yang keluar (pindah) dari kota Madinah melainkan Allah akan menggantinya dengan orang yang lebih baik daripada dia. Beliau juga memberitahukan bahwa di antara tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat nanti, kota Madinah akan menyingkirkan orang-orangnya (penduduknya)  yang jelek sebagaimana halnya ububan pandai besi menghembus kotoran-kotoran besi.

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
"Akan datang suatu zaman pada manusia yang waktu itu seseorang memanggil anak pamannya dan kerabatnya: 'Marilah kita pergi mencari kelapangan dan kemewahan, marilah kita pergi mencari kelapangan dan kemewahan!" padahal kota Madinah lebih baik bagi mereka kalau mereka mengetahui. Demi Allah yang diriku ditangan-Nya, tidak seorang pun dari mereka yang keluar meninggalkan Madinah karena merasa tidak suka melainkan Allah akan menggantinya dengan orang yang lebih baik daripada dia. Ketahuilah, sesungguhnya kota Madinah itu bagaikan ububan pandai besi yang mengeluarkan (membuang) kotorannya. Tidak akan datang hari kiamat sehingga kota Madinah menyingkirkan warganya yang jahat sebagaimana ububan pandai besi menyingkirkan (membuang) kotoran-kotoran besi." (HR. Muslim)

Al-Qadhi 'Iyadh berpendapat bahwa kota Madinah menyingkirkan kotorannya itu terjadi pada zaman Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam karena tidak ada yang sabar dan tabah melakukan hijrah dan berdomisili di Madinah kecuali orang yang mantap imannya. Adapun orang-orang munafik dan orang-orang Arab yang jahil, maka mereka tidak sabar menghadapi kekerasan dan kondisi kota Madinah yang memilukan saat ini, apalagi dalam hal itu mereka tidak berniat mencari keridhaan Allah.

Sementara itu Imam Nawawi berpendapat bahwa hal ini akan terjadi pada zaman Dajjal, dan beliau menganggap jauh pendapat yang dikemukakan oleh Al-Qadhi 'Iyadh. Kemudian beliau juga mengatakan bahwa hal itu mungkin terjadi pada waktu-waktu yang berbeda-beda (tidak sekali waktu). (Syarah Ahahih Muslim 9: 154).

Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa hal itu bisa jadi terwujud pada dua zaman, yaitu pada zaman Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam sendiri dengan alasan kisah seorang Arab kampung sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Jabir radhiyallahu ‘anhu: "Ada seorang Arab kampung datang kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam untuk berbaiat masuk Islam. Kemudian pada keesokan harinya ia datang lagi dengan hati yang gelisah, lalu Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda 'Akuilah aku!'. Tetapi ia enggan. - Hal ini terjadi tiga kali (diusapkan lantas dijawab lagi hingga tiga kali) - Kemudian beliau bersabda:
"Madinah itu bagaikan ububan pandai besi, ia menyingkirkan kotorannya dan memelihara yang baik." (HR. Bukhari)

Dan zaman yang kedua ialah zaman Dajjal sebagaimana tersebut dalam hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau pernah menyebut Dajjal, lalu bersabda:
"Kemudian kota Madinah menggoncang warganya tiga kali, lalu Allah mengeluarkan setiap orang kafir dan munafik." (HR. Bukhari)

Adapun masa-masa di antara keduanya itu tidak termasuk yang disinyalir dalam hadits-hadits tersebut, karena banyak sahabat utama yang keluar (pindah). dari Madinah sesudah zaman Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, seperti Mu'adz bin Jabal, Abu Ubaidah, Ibnu Mas'ud, Ah, Thalhah, Zubeir, Ammar dan lain-lainnya, padahal mereka adalah orang-orang terbaik. Semua ini menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan hadits di atas adalah manusia tertentu pada waktu yang tertentu pula, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa ta’ala:
"Di antara orang-orang Arab Badawi yang di sekelilingmu itu ada orang-orang munafik, dan juga di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya." (At-Taubah: 101).
Sedangkan orang munafik itu tak diragukan lagi adalah orang yang jelek, jahat. (Fathul-Bari 4: 88).

Adapun keluarnya manusia secara keseluruhan dari kota Madinah, maka hal itu terjadi pada akhir zaman, ketika hari kiamat telah dekat.

Diriwayatkan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
"Kamu akan meninggalkan Madinah dalam keadaan yang baik, tidak ada yang mendatanginya kecuali binatang buas dan burung- burung. Dan orang yang paling akhir dikumpulkan ialah dua orang penggembala dari Muzayanah. Mereka datang ke Madinah sambil berteriak teriak mencari kambing mereka, tetapi tiba-tiba didapatinya kambingnya telah menjadi liar, sehingga ketika keduanya sampai di Tsaniyyatul Wada', keduanya jatuh tersungkur." (HR. Bukhari)


64. Peperangan Antara Kaum Muslimin Dan Kaum Yahudi

Di antara tanda akan datangnya hari kiamat lainnya ialah peperangan yang terjadi antara kaum muslimin dan bangsa Yahudi pada akhir zaman. Hal ini disebabkan kaum Yahudi merupakan tentara Dajjal, lantas diperangi oleh kaum muslimin yang merupakan tentara Isa ‘alaihissalam. Hingga pohon-pohon dan batu berkata, "Wahai orang muslim, wahai hamba Allah, ini ada orang Yahudi di belakangku, kemarilah dan bunuhlah dia!'
Kaum muslimin sebenarnya telah berperang dengan kaum Yahudi sejak zaman Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam; mereka dapat mengalahkan kaum Yahudi itu dan mengusir mereka dari Jazirah Arab, sebagai pelaksanaan sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam:
"Sungguh saya akan mengeluarkan kaum Yahudi dan Nasrani dari Jazirah Arab, hingga tidak ada yang saya biarkan kecuali beragama Islam. " (HR. Muslim).

Tetapi peperangan ini bukan peperangan yang merupakan tanda telah dekatnya hari kiamat itu. Dan disebutkan dalam beberapa hadits shahih sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang memberitahukan bahwa kaum muslimin akan memerangi mereka pada waktu al-Masih ad-Dajjal telah muncul dan Nabi Isa ‘alaihissalam telah turun.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Samurah bin Jundub radhiyallahu ‘anhu sebuah hadits yang panjang yang diucapkan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam dalam khutbah beliau pada waktu terjadi gerhana matahari. Dalam khutbah tersebut beliau menyebut-nyebut Dajjal seraya bersabda:
"Sesungguhnya Dajjal akan mengepung kaum mukminin di Baitul-Maqdis lantas menggoncangkannya dengan keras, kemudian Allah Subhanahu wata’ala membinasakan dia bersama tentaranya, sehingga pangkal dinding... Hasan Al-Asyyab (Abu Ali-Al-Hasan bin Musa Al-Asyyab Al-Baghdadi) berkata: Dan pangkal pohon-berseru atau berkata: "Wahai si mukmin . . atau wahai si muslim ini ada orang Yahudi... "Atau ia berkata, "Ini ada orang kafir, kemarilah dan bunuhlah!" Beliau berkata, "Dan hal itu tidak akan terjadi sehingga kalian melihat perkara-perkara yang menyesatkan hati kalian, dan kalian saling bertanya satu sama lain, "Apakah Nabi kalian pernah mengingatkan kepada kalian tentang hal itu?!" (HR. Ahmad, dalam Musnad Imam Ahmad 5: 16 dengan catatan pinggir Muntakhab Kanzul 'Ummal. Ibnu Hajar berkata, "Isnadnya hasan. " (Fathul-Bari 6: 610)

Imam Asy-Syaikhani (Bukhari-Muslim) meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau berkata:
"Tidak akan datang hari kiamat sehingga kaum muslimin memerangi kaum Yahudi dan membunuh mereka, sehingga bersembunyilah orang-orang yahudi di belakang batu atau kayu, lantas batu atau kayu itu berkata, 'Wahai orang muslim, wahai hamba Allah, ini ada orang Yahudi di belakang saya, kemarilah dan bunuhlah dia, kecuali pohon Al-Gharqad (yang tidak berbuat demikian), karena ia termasuk pohon Yahudi." (HR. Bukhari dan Muslim, dan lafadz ini adalah lafadz Muslim)

Menurut zhahir hadits di atas bahwa berbicaranya batu dan pohon serta lainnya itu adalah hakiki (sebenarnya). Hal ini disebabkan karena peristiwa berbicaranya benda-benda mati itu telah sah riwayatnya dalam beberapa hadits selain hadits peperangan dengan kaum Yahudi ini, dan hal ini telah kita bahas tersendiri karena termasuk salah satu tanda telah dekatnya hari kiamat.

Kalau benda-benda mati dapat berbicara pada waktu itu, maka tidaklah perlu mengartikan pembicaraan pohon dan batu itu sebagai majaz, sebagaimana pendapat sebagian ulama. Karena tidak ada dalil yang mengharuskan mengartikan lafadz tersebut kepada yang bukan hakiki.
Wallahu’alam...


Alhamdulillah, demikianlah tanda-tanda kecil (Sughra) menjelang hari Kiamat seperti yang telah disampaikan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam kepada kita ummatnya agar kita mewaspadai dan bersiap dengan bekal amal sholeh untuk menghadapinya. Tidak ada yang tahu secara pasti kapan Hari Kiamat itu akan terjadi, karena ia adalah salah satu rahasia milik Allah azza wa jalla.

Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Luqman (31) : 34)

Setelah tanda-tanda Hari Kiamat (Sughra) yang telah dijelaskan pada catatan ini (bag-1 s/d 11) maka selanjutnya adalah tanda-tanda (peristiwa-peristiwa besar) menjelang terjadinya Hari yang telah ditentukan itu.

Imam Muslim dalam kitab shahiihnya (2901) meriwayatkan, dari Hudzaifah bin Asid Al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasullullah shalallahu ‘alaihi wasallam tiba-tiba muncul di tengah-tengah kami saat kami sedang membicarakan sesuatu. Ketika melihat kami, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bertanya, ”Apa yang sedang kalian perbincangkan?”. Jawab mereka, “Tentang hari Kiamat”. Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya hari Kiamat tidak akan datang hingga kalian menyaksikan – sebelum itu – sepuluh tanda-tanda kedatangannya. Maka Beliau menyebutkannya, yaitu: adanya asap, munculnya Dajjal, keluarnya hewan melata, terbitnya matahari dari tempat terbenamnya, turunnya Nabi Isa as, munculnya Ya’juj dan Ma’juj, serta terjadinya tiga gerhana: gerhana di belahan bumi timur, gerhana di belahan bumi barat, dan gerhana di Jazirah Arab. Adapun tanda yang terakhir adalah munculnya api di Yaman yang menggiring manusia menuju tempat berhimpun, al-Mahsyar. (HR. Muslim)

Dalam riwayat lainnya, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam memperingatkan dalam sabdanya:
“Segeralah kamu berbuat baik sebelum datang enam hal: (1). Dajjal, (2). Asap (menjelang Kiamat), (3). Makhluk yang melata di bumi, (4). Terbitnya matahari dari Barat, (5). Kehancuran total (Kiamat), dan (6). Kematianmu pribadi”. (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

Dan juga menjelang Hari Kiamat, Ka’bah di Mekkah akan dihancurkan oleh orang-orang dari Habasyah. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullahshalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Orang-orang berbetis kecil dari Habasyah akan menghancurkan Ka’bah” (HR. Muslim)

Penjelasan mengenai masing-masing tanda-tanda (peristiwa-peristiwa besar) sebelum hari Kiamat, mudah-mudahan dapat kita bahas pada catatan-catatan selanjutnya. Insya Allah, bila saya dimampukan-Nya...

Saya berharap, dengan kita mengetahui tanda-tanda menjelang hari Kiamat ini maka kita dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Dengan adanya tulisan/catatan tentang ini, semoga menjadi tambahan ilmu yang bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Tentulah ada kekurangan disana-sini, dan mungkin saja terdapat kesalahan dan kekhilafan; dan itu semua berasal dari saya dan kebenaran hanya milik Allah semata. Dan saya terbuka atas segala kritik, saran, dan masukan dari sahabat-sahabat semua.

Demikian, semoga bermanfaat bagi saya pribadi dan para sahabat sekalian.

Wallahu alam bishshawwab...

Billahi taufiq wal hidayah
Wasalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Note:
[1]. Catatan (Tulisan) ini dibuat dari berbagai sumber, diantaranya:
a. Tanda-Tanda Hari Kiyamat Besar dan Kecil, karya Awadh bin ‘Ali bin ‘Abdullah. Terjemah oleh : Muh. Khairuddin Rendusara, Islamhouse.com. 2009.
b. Tanda-tanda Kecil Hari Kiamat, dari buku ‘Smaller Signs of The Day’, karya Muhammad bin Bayyumi. Terjemah oleh: Aish. Terdapat dalam buku ‘Semalam Saja di Neraka’, karya Nurul Mubin. DIVA Press, Jogjakarta. 2008.
c. An-Nihayah Fitanun wa Ahwalun Akhir az-Zaman, karya Ibnu Katsir. Dalam edisi Indonesia, ‘Huru-hara Hari Kiamat’, terjemah oleh: H. Anshori Umar Sitanggal dan H. Imron Hasan S.Ag. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2010.
d. Ringkasan Shahih Muslim, karya Muhammad Nashiruddin al-Albani, terjemah oleh: Elly Lathifah, SPd. Gema Insani Press. Jakarta. 2007. Bab Kitab Fitnah.
e. Sumber-sumber lainnya yang dapat dipercaya (Insya Allah)

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar